Share

3

Penulis: KARTIKA DEKA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-15 11:20:19

POV ALYA

“Nanti Papa cerita. Papa ada rapat jam sepuluh nanti,” kata Papa langsung bangkit. Sekarang, aku yang bengong. 

Papa kok bisa sesantai itu? Kayak nggak ada kejadian apa-apa. Kok aku jadi semakin curiga sama Papa. Mama juga kelihatan tidak terlalu menaruh curiga sama Papa. Mama terlihat biasa aja.

“Kamu ngapain duduk aja?” tanya Mama karena aku masih terpaku di tempatku duduk. 

Akhirnya, aku bangkit juga. Setelah mencium Mama, aku berpamitan. Masih kesal dengan Papa, aku memilih naik mobilku sendiri. 

~~~~~~~

“Mbak Dona, Papa mana?” tanyaku pada sekretaris Papa. Aku mengenal hampir semua karyawan Papa yang lama, sebab dari kecil sudah sering datang ke kantor Papa. 

Sekarang jam makan siang, Papa pasti sudah selesai meeting. Aku mau makan siang sama Papa, karena kami sepertinya harus bicara secara dewasa. 

“Tapi Bapak selesai meeting, keluar. Nggak ada bilang mau kemana, malah meeting sore nanti disuruh batalkan,” jawab Mbak Dona. 

Dahiku mengernyit. Kenapa Papa nggak bilang ya. Ah, ya wajarlah, Papa mungkin masih kesal sama aku. Atau, Jangan-jangan ….

“Mbak, Papa sering ya, keluar kantor pas jam kerja?” Aku terpaksa menyelidiki Papa. 

“Nggak. Paling kalau mau ketemu klien,” jawab Mbak Dona. 

“Hari ini, Papa ada jadwal ketemu klien?” tanyaku, karena Mbak Dona yang mengatur waktu pertemuan Papa dengan klien. 

“Kayaknya nggak ada. Tadi kan, semua udah ketemu pas meeting bareng investor. Meeting sore nanti, jadwalnya sama staff marketing, tapi udah dibatalkan.” 

Kan … aku jadi semakin curiga kalau Papa pasti nemui tuh perempuan. Nggak bisa dibiarin ini. Sebelum keluargaku hancur, aku harus menyelamatkan keluargaku. 

“Eh, mau kemana, Al?” tanya Mbak Dona karena aku langsung saja pergi dari hadapannya. Aku sampai lupa bilang terima kasih atas info yang sudah diberi. 

“Ada urusan sebentar di luar, Mbak. Makasih ya,” balasku, lalu melenggang pergi. 

Awas aja perempuan ja lang! Kalau sampai kamu ganggu papaku lagi. Aku nggak akan sungkan, membuatmu malu di depan orang banyak. 

~~~~~~

“Kan, Papa di rumahnya,” gumamku ketika melihat mobil Papa parkir di halaman rumah perempuan itu.

Ternyata hati nggak bisa dibohongi. Dari tadi aku langung mikir, kalau Papa pasti ke rumah perempuan itu, ternyata benar.

“Nggak bisa dibiarin,” kataku sambil keluar dari mobil. 

Sengaja aku jalan mengendap-endap, supaya Papa sama perempuan itu nggak tau aku datang. Benar perempuan munafik kan? Harusnya dia tau, kalau perempuan tak boleh menerima tamu laki-laki di dalam rumah. Tadi malam saja, tak ada keluarganya yang keluar, pasti cuma dia yang tinggal di rumah itu.

Sebelum aku melabraknya, aku ingin tau, apa yang dibicarakan Papa. Namun, saat aku jalan akan melewati teras, aku melihat sandal heel. Kayak kenal sandal itu. Itu kayak … sandal Mama. 

Jantungku langsung berdebar kencang. Aku memandangi sandal itu untuk memastikan aku tak salah. Apa mungkin, Papa yang belikan buat perempuan itu? Nggak mungkin itu sandal Mama. Tapi … model dan warnanya persis banget sama yang Mama punya. Tentu aku sangat mengenal sandal kesayangan Mama itu, karena hanya sandal itu yang paling sering dipakai sama Mama. 

Aku melangkah mundur, bingung antara masuk atau pergi. Apa yang sebenarnya terjadi? Kalau Mama di sini, berarti Mama kenal dengan wanita itu.

“Kamu sudah janji nggak akan datang lagi.” Aku mendengar suara Mama. Dahiku mengernyit mendengarnya. 

Aku jadi semakin penasaran, akhirnya aku jalan mendekat ke jendela dan memastikan kalau orang di dalam tak mengetahui keberadaanku. 

“Maaf, Bu. Saya tak bermaksud mengganggu kehidupan keluarga Ibu–”

“Terus kenapa kamu malah balik ke kota ini?” Mama menyela omongan wanita itu.

“Karena permintaan anak saya. Saya sendiri tidak menyangka kalau dia buka usaha di kota ini. Dia ingin, saya tinggal bersamanya,” jawab perempuan itu. Berarti dia punya anak. Kenapa tadi malam nggak kelihatan?

“Ya seharusnya kamu bisa menolak kalau sudah tau!” Suara Mama terdengar tegas. Papa terlihat diam saja. Aku kok merasa ada yang janggal. 

Perempuan itu tidak langsung membalas kata-kata Mama. Siapa dia sebenarnya? Kenapa Mama terlihat memiliki kendali atas dirinya?

“Saya mengira, jarak antara rumah Ibu dan rumah kami cukup jauh, makanya akhirnya saya mau. Lagipula, saya nggak punya alasan yang kuat untuk menolak ajakan anak saya. Kami tinggal hanya berdua. Ibu saya yang dulu mengasuh dia saat kecil, juga sudah meninggal. Saya juga akan lebih tenang kalau dekat dengan anak saya.” Perempuan itu juga bicara dengan nada suara yang terdengar cukup berwibawa, namun terdengar lembut. 

“Ma, kita nggak bisa mengatur kehidupan Laras lagi,” kata Papa akhirnya ikut bicara. “Dia nggak kerja sama kita lagi.”

Apa? 

Perempuan itu pernah bekerja sama Papa Mama. Kapan? Kok aku nggak pernah kenal sama dia?

“Terus, kenapa Papa datangi dia? Mau mengulang kesalahan yang dulu lagi?” tanya Mama balik. Nada suara Mama terdengar menahan marah.

Aku semakin bingung. Kesalahan yang dulu? Apa maksud Mama? Apa kesalahan yang sudah Papa buat?

Aku mencoba mengingat-ingat. Setahuku, Papa nggak pernah terlibat skandal apa pun. Hubungan Papa dan Mama juga selalu baik, meski Papa bukan tipe laki-laki romantis, tapi hubungan mereka cukup harmonis. Kalau memang ada sesuatu di masa lalu yang berhubungan dengan perempuan ini, kenapa aku nggak pernah tahu? 

“Ibu jangan khawatir. Saya sudah ikhlas dengan kejadian yang dulu. Saya juga sudah memaafkan apa yang pernah terjadi. Bapak tak perlu datang kalau hanya untuk minta maaf. Bagi saya … bisa melihat dia saja, sudah cukup.” Kali ini, suara wanita itu bergetar. Sepertinya menahan tangis. 

Tunggu dulu. Dia? Dia siapa lagi yang dimaksud? 

~~~~~~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Lain di Hati Papa   98

    Beberapa minggu kemudian. Gedung tinggi Vantara Group tampak megah seperti biasa. Nadine baru saja masuk ruangannya ketika sekretaris pribadinya datang dengan wajah panik.“Bu Nadine, kita dapat somasi. Dari firma hukum yang mewakili Alya dan Angkasa Group.”“Somasi?” Nadine mengerutkan kening. Ia membuka dokumen yang dibawa sekretarisnya. Matanya melebar membaca isi surat itu.Somasi ini menyatakan bahwa Vantara Group, atas perintah langsung dari Nadine Ardianto, diduga terlibat dalam tindakan sabotase, manipulasi data keuangan, pelanggaran kerahasiaan perusahaan, dan pencucian uang melalui PT Saka Muda, dengan bukti rekaman digital, laporan audit independen, serta pengakuan dari salah satu mantan komisaris PT Saka Muda yang kini bekerja sama dengan pihak berwenang.Nadine melempar dokumen itu ke meja.“Ini perang,” gumamnya dingin.Di sisi lain, Alya berdiri di podium kecil dalam sebuah konferensi pers yang diselenggarakan di salah satu hotel besar.Wartawan, investor, pengamat bis

  • Wanita Lain di Hati Papa   97

    Alya menatap layar laptopnya dengan dada sesak. Tatapannya terpaku pada sosok Dimas Gunawan, pria yang selama ini dikenal sebagai pilar keuangan perusahaan. Lelaki dengan sikap kalem, tutur kata halus, dan penuh wibawa. Tak ada tanda-tanda kalau laki-laki itu akan berkhianat. Rasanya Alya sampai tak tahu harus percaya pada siapa. Dia sangat kecewa. Dikhianati seseorang yang begitu ia percaya.Ia segera meraih ponselnya dan mengetik cepat pesan untuk Kayra.[Siapkan ruangan rapat rahasia. Hanya kita berdua, pengacara, dan satu orang staf IT. Aku butuh rekaman CCTV lengkap dari tiga hari terakhir. Dan mulai sekarang, pantau semua aktivitas Dimas Gunawan. Jangan sampai dia tahu]~~~~~Kayra, dua staf IT pilihan, dan pengacara perusahaan duduk di dalam ruangan bersama dengan bos mereka, Alya. Di layar besar, mereka memutar ulang beberapa rekaman dari berbagai sudut gedung.“Ini dia,” ujar salah satu staf IT sambil memperbesar tampilan video. “Ini rekaman dari dua hari sebelum kebakaran.”

  • Wanita Lain di Hati Papa   96

    Pagi buta hape Alya berdering hingga memekakkan telinga. Disusun suara ketukan panik di depan pintu kamarnya. Alya segera membuka matanya, dia langsung melihat hape yang sudah tak berdering lagi. Mungkin karena dia terlalu lama menjawab. Alya melihat jam di dinding, masih pukul tiga pagi. “Alya!” panggil Bastian sambil mengetuk pintu kamar Alya. “Iya,” sahut Alya masih setengah mengantuk. Namun begitu, dia tetap bangkit dan melangkah agak sempoyongan ke arah pintu kamarnya sambil memegangi perutnya.Begitu membuka pintu, wajah tegang Bastian yang terlihat. “Kamu sudah angkat telepon dari Pak Jhon?” tanya Bastian. Jhon adalah kepala keamanan gudang pusat perusahaan yang ada di area kawasan industri. “Oh, tadi Pak Jhon. Belum sempat, Pa. Ada apa?” tanya Alya yang sudah mulai menghilang rasa kantuknya. Pasti ada hal penting kalau jam segini kepala keamanan sampai menghubungi.“Gudang pusat kebakaran,” kata Bastian membuat Alya tercekat. Mereka semua segera bersiap. Tak ada yang ber

  • Wanita Lain di Hati Papa   95

    Sudah tiga hari berlalu sejak pertemuannya dengan Nadine, tapi kata-kata perempuan itu masih bergema di kepala Alya.Hari itu, Alya datang lebih pagi ke kantor pusat Angkasa Group. Ia mengenakan setelan abu muda dengan blouse navy di dalamnya. Meski kehamilannya sudah masuk bulan keenam, tak satupun dari staf berani menyepelekan ketegasannya.“Bu Alya,” sapa tim logistik saat ia memasuki ruang rapat internal, “kami sudah menerima laporan dari tiga distributor besar. Mereka menolak memperpanjang kontrak. Dua di antaranya bahkan sudah menandatangani kontrak baru dengan pihak lain.”Alya menatap layar proyektor. Grafik distribusi menunjukkan penurunan tajam dalam dua minggu terakhir.“Ini tidak wajar,” gumamnya. “Distribusi kita sebelumnya stabil. Tidak ada kendala pengiriman, pembayaran lancar, hubungan baik. Tiba-tiba semua berubah drastis?”“Menurut kabar yang kami dapat, perusahaan Vantara Group yang sekarang mengurus distribusi mereka,” jelas salah satu staf.Alya mengangguk pelan.

  • Wanita Lain di Hati Papa   94

    Mendengar pertanyaan itu, Bastian langsung bungkam. Seakan-akan berusaha menemukan satu kata bijak untuk disampaikan pada Alya.“Papa sudah semakin tua. Papa sudah berjanji akan menua bersama Mama. Ibu kamu juga sudah ada yang menjaga. Mungkin, dia tetap ada di hati Papa, jadi Adik Papa,” kata Bastian. Alya tersenyum mendengar jawaban papanya. Dirinya berharap, papanya tak lagi meletakkan ibunya di dalam hati menggantikan posisi sang Mama. Hatinya bahagia akhirnya, mamanya bisa berdamai dengan ibunya. Kebahagiaannya semakin sempurna, karena ibunya juga sudah menemukan pendamping. “Ayok pulang. Malah senyum-senyum,” tegur Bastian sambil membukakan pintu mobil untuk anaknya. “Makasih papaku yang ganteng,” ucapnya lalu masuk. Bastian tertawa dan ikut masuk ke dalam mobil. ~~~~~~Hari itu langit Jakarta mendung, seolah ikut meramalkan suasana yang akan berubah dalam hidup Alya.Alya melangkah memasuki lobi gedung perkantoran megah berlantai tiga puluh dua di kawasan bisnis. Sepatunya

  • Wanita Lain di Hati Papa   93

    Setelah urusan dengan Arjuna dan keluarganya selesai tanpa banyak drama dan perjanjian hitam di atas putih kalau mereka tak akan lagi mengganggu keluarga Bastian apapun alasannya, keluarga Bastian memutuskan datang ke rumah Handoko. Suasana di ruang tamu rumah Handoko terasa mencekam bagi Ratna. Dirinya merasa dihakimi, padahal dirinya dan Bastian belum menceritakan maksud kedatangan mereka ke rumah Handoko.Handoko duduk di kursi panjang dengan punggung tegak, kedua tangan disatukan di atas pangkuan. Wajahnya tampak sangar, matanya menatap Ratna dan Bastian tanpa sedikit pun senyum.Ratna mencoba mengatur napas. Tangannya yang dingin digenggam erat oleh Bastian, memberi isyarat agar ia tak perlu takut bicara.“Jadi,” kata Handoko membuka suara, “kalian datang mau apa?”Sebelum mulai bicara, Ratna menarik nafas dalam. “Ada hal yang ingin Ratna sampaikan sama Om.”“Apa?” tanya Handoko membuat Ratna semakin menggengam tangannya yang dingin. “Tentang Alya,” kata Ratna pelan. Tak ada p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status