Share

Bab 6 Apakah Kamu Sakit?

Suasana di dalam ruangan menjadi sangat hening.

Alex diam-diam menatap Shiera yang sangat gugup dengan matanya yang sedingin kolam, seolah sedang mencari kebenaran dari kata-katanya.

Shiera menatap Alex dengan cemas, telapak tangannya dibasahi oleh keringat.

Dia hampir gila dibuatnya dan berdoa agar Rachel tidak mengiriminya pesan lagi.

Di saat dia hampir kehilangan kendalinya, Alex akhirnya berkata dengan dingin, "Pekerjaan apa?”

“Memahat relief,” jawab Shiera.

“Apa itu?”

Dia tiba-tiba menggunakan kata professional seperti itu, Alex yang baru pertama kali mendengarnya sama sekali tidak mengerti.”

“Lukisan dinding tiga dimensi,” jawab Shiera lagi.

Pekerjaan sampingannya ini memang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya di perusahaan.

Shiera mengamati wajah Alex dengan saksama, kedua mata pria tersebut tampak sangat dalam seolah menyembunyikan sesuatu dan Shiera tidak tahu apakah dia sudah melewati rintangan atau belum.

Alex mengangkat kelopak matanya yang dingin dan meliriknya, lalu menghisap rokoknya sambil bertanya, “Apakah gajinya tidak cukup?”

“Bukan, bukan seperti itu. Saya melakukannya karena menyukainya.”

Ya, dia mengambil pekerjaan sampingan karena menyukainya!

Merasakan hawa dingin yang terpancar dari tubuhnya, Shiera langsung menundukkan kepalanya dan menghela napas dengan frustasi.

Lalu dengan suara yang sangat pelan, dia pun berkata, “Kalau Anda tidak mengizinkannya, saya tidak akan melakukannya lagi.”

Saat bergabung dengan perusahaan, staff dari departemen HR sudah memberitahunya dengan jelas, kalau karyawan tidak diizinkan untuk mengambil pekerjaan sampingan di luar perusahaan.

Mungkin karena mereka juga khawatir kalau ada orang dalam industry yang sama akan mengambil keuntungan dari situasi ini.

Shiera mengira kalau Alex akan menghukumnya, tetapi Alex malah tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya berkata, “Keluar.”

Keluar?

Shiera mengangkat kelopak matanya, dia benar-benar tidak mengerti apa maksud dari sikapnya.

Saat ini, jari-jari panjang pria tersebut sudah menari-nari di atas laptopnya, dia sama sekali tidak menatapnya lagi.

Shiera yang tidak berani tinggal di sana langsung kabur dari kantornya, saat dia memasuki lift, dia baru mengelus dadanya dengan lega.

Tadi, dia benar-benar sangat ketakutan.

Jika sampai Alex bertanya satu pertanyaan lagi tentang malam itu, dia mungkin tidak akan bisa mengelak lagi.

Saat dia bertemu dengan Rachel, wajah Shiera masih tampak pucat.

Rachel menariknya ke jalan untuk memanggil taksi sambil mengeluh, “Bukankah kamu bilang hanya butuh waktu setengah jam? Kamu bahkan tidak membalas pesanku!”

Masih bagus dia tidak mengungkit soal pesan singkat, begitu dia mengungkitnya, kepala Shiera seperti mau meledak!

Melihat Shiera yang tidak bicara dan juga wajahnya yang pucat, Rachel pun mencubit tangannya dengan kuat dan berkata, "Kenapa kamu begitu pucat? Apakah kamu sakit?”

“Aku tidak sakit.”

Dia merasa heran, kenapa setiap orang selalu berpikir kalau dia sedang sakit saat melihat wajahnya yang pucat?

Dia bukan sedang sakit, dia benar-benar ketakutan karena mereka!

“Sebenarnya, apa yang terjadi denganmu? Kenapa wajahmu begitu pucat?” tanya Rachel.

“Aku ketakutan!” jawab Shiera.

“Ke … ketakutan?” tanya Rachel dengan kaget.

Dia pergi ke kantor untuk merevisi kontrak, siapa yang menakutinya hingga seperti ini?

Dalam sekejap mata, Rachel tiba-tiba teringat akan sesuatu, wajahnya langsung menjadi muram dan berkata, “Jangan-jangan Pak Alex ….”

Kelopak mata Shiera langsung memerah.

Melihat Shiera yang sudah mau menangis, hati Rachel pun ikut sedih, dia lalu bertanyanya, “Apakah sudah ketahuan?”

Shiera menggelengkan kepalanya dan berkata, "Pesan yang kamu kirim padaku terlihat oleh Pak Alex!”

“…” Mendengar perkataannya, Rachel jadi tidak tahu harus berkata apa.

Pesan yang dikirim olehnya untuk Shiera langsung terlintas di benaknya, selain mendesaknya, dia juga bertanya-tanya padanya.

Dalam sekejap, satu-satunya suara yang tersisa di udara hanyalah suara angin dan deru mobil di jalan raya.

Wajah kecil juga langsung memucat, dia lalu berkata, "Pak Alex, belum tahu apa-apa, ‘kan?

Wajah Shiera langsung membeku!

Kelopak matanya semakin merah dan dia tersedak, "Seharusnya dia tidak mengetahuinya, tapi dia sedang mencari wanita malam itu.”

Mendengar perkataannya, saraf Rachel juga ikut menegang.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Shiera menatapnya dan berkata, “Ke depannya, kalau kamu ada urusan saat aku sedang bekerja, bisakah kamu meneleponku saja?”

Dia tidak boleh mengirim pesan lagi, isi pesannya membuat orang jadi berpikir terlalu banyak.

Jika sampai terjadi beberapa kali lagi, dia bisa mati ketakutan dibuatnya!

Rachel menganggukkan kepalanya dan berkata, "Tenang saja, aku tidak akan mengirim pesan padamu lagi.”

Dia juga tidak berani lagi!

Hanya saja, apakah Alex sudah mengetahuinya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status