Share

Kerisauan Hati

Author: Deschya.77
last update Last Updated: 2022-03-13 08:09:42

Wajah wanita yang tidak asing, yang sedari tadi terbayang-bayang di kepalaku. Wanita yang menolong anakku Jesen dan membuat Jesen tertawa bahagia. Wanita yang senyumannya membuat hatiku tergelitik, sekarang dia berdiri tepat di hadapanku. Mata kami bertemu dan dia terlihat sedikit bingung dan malu.

Deg...

Aku hanya bisa terpaku ditempat, entah aku harus bersikap seperti apa kepadanya. Menganggap seperti tidak mengenalnya, membuat hatiku tidak tenang. Namun jika aku berlagak mengenalnya, pasti akan terasa lebih canggung. Kami baru bertemu dan kenal tadi siang, itu pun hanya sebentar. Apakah aku punya hak untuk berbicara dengannya? Aku harus bersikap seperti apa dengan kondisi seperti ini?

Aku melihatnya menuangkan minuman kepada salah satu temanku. Perasaanku menjadi tidak nyaman dan membuat emosiku mendidih. Tanpa sadar aku mencengkeram lengannya dan menariknya keluar dari bar itu. Entah apa yang ada difikiranku saat ini, yang pasti aku hanya mengikuti refleks badanku. Apakah aku marah karena dia menuangkan minuman? Tapi kenapa aku harus marah? Atau aku marah karena pekerjaan dia yang seperti ini? Aku masih berharap jika dia disini hanya untuk sesekali refreshing sepertiku.

Setelah keluar dari bar, aku melepaskan cengkeraman tanganku dan berbalik menghadapnya. Aku lihat dari sudut mataku, tangan yang baru saja aku cengkeram memerah. Itu membuatku sedikit bersalah kepadanya."Kenapa aku begitu kasar kepadanya?" rutukku dalam hati.

"Kenapa kamu ada disini?" tanyaku memberanikan diri.

"Saya bekerja disini, apa anda tidak melihatnya?" jawabnya santai yang membuatku terpancing emosi.

"Jadi kamu bekerja disini? Oh aku mengerti. Aku tidak menyangka kamu orang yang seperti itu. Aku hanya ingin bilang jangan pernah kamu berurusan lagi dengan anakku." kataku yang tersulut emosi.

"Maksud anda apa ya? Lagipula bagaimana saya bisa berurusan dengan anak anda lagi? Saya hanya bertemu karena menolongnya untuk mencari papa yang tidak menjaganya." jawabnya sarkas.

"Aku menjaganya, Jesen pergi ketika aku sedang menerima telepon sebentar. Nanti walaupun kamu tidak sengaja bertemu lagi dengan Jesen, anggap saja kamu tidak mengenalnya." teriakku.

Aku pun bingung kenapa aku berkata kasar seperti itu. Tapi mulutku tak bisa dikontrol, entah perasaan apa yang merasukiku hingga bisa bersikap seperti ini.

"Huh, alasan. apakah anda sudah minta maaf kepada anak anda atas kelalaian anda? Saya rasa belum, pasti anda lebih mementingkan ego anda dan menganggap diri anda tidak bersalah sama sekali. Lagipula Memang saya kenapa? Kenapa saya harus sampai berpura-pura tidak mengenali Jesen?" tanyanya kesal.

"Dengan pekerjaanmu ini, kamu akan membawa dampak buruk untuk anakku, jadi jangan pernah muncul dihadapannya lagi!" kataku sambil merutuki diri sendiri.

Dia pasti marah terhadapku, terlihat dati tatapan mata dan bibirnya yang tadi siang menyinggungkan senyuman kini terlihat mengerucut menahan amarah. Bagaimana dia tidak marah dengan kata-kataku yang seperti melecehkannya?

"Maaf ya tuan, saya memang pelacur. Tapi saya juga tidak akan mengajarkan hal buruk kepada anak kecil. Lagi pula siapa anda sampai saya harus mendengar penghinaan ini? Jangan menghakimi saya kalau anda tidak mengenal siapa saya, dan jika tidak paham dengan kehidupan yang sudah saya jalani. Saya juga dengan senang hati menganggap saya tidak mengenal saya, karena memang nyatanya kita hanya tidak sengaja bertemu sekali. Jadi saya mohon anda juga anggap tidak kenal dengan saya dan jangan menghina saya lagi!" teriaknya kesal melampiaskan semua amarahnya dan pergi meninggalkanku.

Seperti tertohok oleh kata-katanya, akupun hanya bisa berdiri mematung di depan pintu bar itu. Pikiranku berkecamuk mencerna semua kejadian ini, masih tidak habis pikir dengan tindakanku yang baru saja kulalukan. Hatiku sangat nyeri, seperti merasakan rasa sakit yang dia rasakan. Akupun mencoba menenangkan diri dan memikirkan apa yang akan aku lakukan selanjutnya.

Entah kenapa dadaku terasa seperti diremas, dan didalam kepalaku seperti ada siaran ulang yang menayangkan kejadian seharian ini yang membuat tenagaku sangat terkuras. Rasa bersalah juga membuatku masih merutuki diri sendiri, dengan kebodohan yang aku lakukan tadi.

Aku berjalan kembali menuju meja di bar tadi, aku tidak melihat Daisy duduk disana yang membuatku merasa sedikit lega kalau dia pergi. Sampai saat ini, aku masih tidak tahu harus bersikap seperti apa lagi kepadanya. Namun tidak beberapa lama, terlihat Daisy yang kembali ketempat duduk kami. Aku melihat, dia memilih tempat duduk yang berada paling jauh dari tempatku. Tatapan mataku yang tajam mengarah padanya, namun aku tidak bertindak apa pun ketika dia kembali menuangkan minuman kepada teman-temanku.

Wajahnya sedikit terlihat pucat walaupun dia menutupinya dengan riasan. Rasa bersalah langsung menghampiriku seketika. Badannya yang kecil terlihat sangat rapuh, walaupun dia berusaha bersikap tenang. Aku pun membulatkan tekad untuk meminta maaf kepadanya, tapi aku bingung harus bagaimana menyampaikannya.

Ketika jam menunjukkan hampir jam dua belas malam, terlihat Daisy meninggalkan tempat duduknya. Akupun mengikutinya dari belakang, dan melihat cara berjalannya sedikit sempoyongan yang membuatku menjadi khawatir. Sesampainya di luar hotel, aku melihat dia hampir terjatuh. Aku dengan sigap meraih tubuhnya sebelum terjatuh, aku melihat dia kaget. Tanpa berkata apapun aku meraih tangannya dan menariknya dengan lembut untuk mengikutiku menuju tempat parkir.

"Masuklah!" pintaku dengan nada lembut.

"Anda mau membawa saya kemana?" tanyanya dengan ekspresi bingung.

"Sudah masuklah!" jawabku lagi sambil menarik tangannya lembut agar masuk kedalam mobil.

"Berikan aku nomor atasanmu." pintaku ketika kami berdua sudah duduk di dalam mobil, sambil menyodorkan handphoneku kehadapannya.

"Atasan saya? Maksud anda Mami?" tanyanya terlihat semakin bingung.

"Entahlah, mungkin itu." jawabku ragu

"Buat apa anda membutuhkan nomor Mami?"

"Nanti kamu akan tahu, bisa minta tolong berikan?"tanyaku sambil tersenyum.

Dia pun mengetikkan sederet angka di layar ponselku dan menyerahkannya kembali kepadaku dan menapku dengan ekspresi yang benar-benar butuh penjelasan. Aku paham dengan maksud tatapannya itu, namun aku tidak menghiraukannya. Kemudian aku menghubungi nomor yang diberikannya tadi.

"Halo, saya akan membawa Daisy selama tiga hari, saya akan membayar mahal, sekretaris saya akan mengurusnya." ucapku kepada seseorang di ujung telepon sana.

Akupun penutup sambungan telepon itu sebelum orang itu membalas ucapanku. Aku bersikap seperti sudah mendapatkan persetujuan. Kemudian aku menghubungi Andre, aku menyuruhnya untuk mengurus semuanya di bar tadi. Andre yang sudah lama menjadi asisten dan sekretaris kepercayaanku, langsung menyanggupi tanpa bertanya apapun.

"Anda akan membawa saya kemana? Apa maksud telepon anda tadi?" tanya Daisy dengan sedikit berteriak.

"Kamu sudah dengar kan tadi, tiga hari ini kamu milikku." ucapku lembut dengan sedikit menyunggingkan senyuman terbaikku.

"M-maksud anda? Saya tidak mau, tolong turunkan saya. Saya mohon saya lelah, biarkan saya pulang." teriaknya sambil berusaha membuka pintu mobil.

Aku mulai menepikan mobil, setelah mobil berhenti dia berusaha untuk membuka pintu kembali. Aku memang sengaja masih mengunci pintu mobil, agar dia tidak keluar. Aku menundukkan kepala, dan menyenderkannya di atas setir mobil. Akupun kembali membulatkan tekad untuk meinta maaf, namun sedikit takut dengan reaksinya. Biar bagaimanapun tadi aku memang sangat keterlaluan.

"maaf." hanya kata itu yang dapat meluncur dari mulutku.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Kejutan Membahagiakan (The End)

    Mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah parkiran, aku tidak tahu jelas tempat apa ini karena di luar cukup gelap. Aku melepas seatbelt dan akan membuka pintu mobil, namun lenganku buru-buru dihadang oleh James."Tunggu dulu, Sayang!""Kenapa? Bukankah kita sudah sampai?""Aku ingin memberikan kejutan untukmu, jadi sebelum keluar kamu tutup mata terlebih dahulu.""Kejutan? Bukankah tempat ini gelap, kejutan apa yang kamu maksud, Sayang?"Aku bingung dengan apa yang direncanakan oleh James, karena tempat ini terlalu sepi dan gelap. Bahkan dari kaca mobil, aku tidak bisa melihat pemandangan di luar selain lampu tempat parkir."Namanya bukan kejutan kalau aku beri tahu, kamu percaya saja sama aku."Akupun mengikuti semua arahan James, dia melilitkan sebuah kain untuk menutupi mataku. Setelahnya terdengar suara James membuka dan menutup pintu mobil di sebelahnya, dan tidak lama kemudian pintu di sebelahku terbuka. James meraih tanganku dengan lembut,sambil memegang bagian atas kepalaku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Rumah Baru

    Ternyata James menahan diri dengan sangat baik. Aku kira kami akan menjalani malam panas di ranjang, tapi nyatanya kami hanya tiduran dengan posisi James yang memelukku dari belakang. Walaupun dia sempat membisikkan tepat di telingaku dengan suara rendah, bahwa dia sedang sangat menahannya. Aku hanya terkekeh mendengar bisikan darinya, dan hanya menikmati tubuh hangat James yang menyentuh punggungku. Aku sangat menyukai posisi ini, perasaan nyaman yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.Aku masih tidak menyangka, kalau saat ini aku sudah menjadi istri seseorang. Dulu untukku membayangkannya saja sangat sulit, dan aku kira aku akan tetap berada di kubangan lumpur itu hingga aku sudah tidak terpakai lagi. Tapi seperti pangeran berkuda putih, James mengangkat ku dari kubangan itu dan bahkan kini menjunjungku hingga ke atas langit.Semoga saja tidak ada hal lain yang menjatuhkan ku dari ketinggian ini, karena itu pasti akan semakin membuatku terpuruk dari sebelumnya. Aku masih mera

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Setelah Pernikahan

    Setelah selesai acara inti, James tidak memperbolehkanku berdiri lagi begitu lama. James langsung mengantarkanku masuk ke dalam ruang rias tadi, dan ditemani oleh Lina. Benar kata Alice waktu itu, bahwa James akan membawaku kabur dari acara setelahnya. Aku tidak menyangka kalau James akan segentle itu, untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan para tamu seorang diri.Setelah itu aku menghabiskan waktu hanya untuk mengobrol dengan Lina, hingga aku ketiduran. Entah berapa lama, dan setelah aku bangun aku berada di kasur dan sudah berganti pakaian. Aku sangat asing dengan ruangan ini, bahkan James pun tidak terlihat disana. Ini bukan kamarku atau kamar James, ini juga bukan kamar di rumah utama.Aku mencoba turun dari kasur, dan berjalan keluar mencari siapapun orang yang aku kenal. Aku hanya takut diculik oleh seseorang, mungkin memang kedengarannya lucu, tapi mungkin saja ada seseorang yang tidak menyukaiku karena menikah dengan James. Tapi kalau aku diculik, mana mungkin aku dibiarkan be

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Jesen Anak Baik

    Isi suratnya tidak terlalu panjang, tapi aku sangat merasakan ketulusan Jesen dalam setiap tulisannya yang masih belum rapi.'Untuk Mama DaisyTerimakasih sudah mau jadi Mama Jesen. Jesen sayang sekali sama Mama. Jesen janji akan jadi anak baik buat Mama dan Papa. Jesen juga akan jadi kakak yang baik buat Baby DE.I Love You Mama'Aku sama sekali tidak habis pikir dengan surat yang di tulisnya ini. Bagaimana anak ini begitu polos, dan menyayangiku sedalam ini. Bahkan aku tidak melakukan apapun untuknya, tapi dia menganggap semua yang kulakukan begitu istimewa.Aku kembali memeluknya dengan erat, sedangkan yang kupeluk malah seperti orang dewasa yang menepuk-nepuk punggungku secara perlahan.Bagaimana bisa ibu kandungnya meninggalkan anak yang hatinya setulus ini. Bahkan dia rela membenci keluarga yang menjelek-jelekkan ibunya itu, walaupun dia tidak ingat wajahnya.Aku berjanji untuk menjaganya dengan sepenuh hati, dan akan berusaha untuk selalu membahagiakannya.Dari arah panggung te

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pernikahan Kami

    Hari yang sudah dinanti-nanti kini sudah ada di depan mata, perasaanku sudah campur aduk karena gugup. Aku sudah berada di kamar rias dengan memakai gaun pernikahan, make up pada wajah dan rambut yang tertata dengan cantik, membuatku terlihat sangat berdeda dari biasanya.Terlihat dari pantulan cermin senyumku yang mengembang begitu lebar, aku hanya berharap acara hari ini akan berjalan dengan lancar. Semoga kejadian sebelumnya tidak terulang kembali dan tidak akan mempengaruhi pernikahanku ini.Mama dan Alice masuk kedalam kamar, untuk mengiringku menuju mobil yang akan mengantar kami menuju gereja. Karena acara akan segera dimulai dan James sudah menungguku disana, kami pun segera bergegas untuk berangkat.Sesampainya di depan pintu gereja, Mama dan Alice membantuku untuk merapikan gaun. Kulihat gereja yang akan menjadi tempat bagi kami untuk mengucap janji, ini gereja yang sama tempat Kak Jeremy dan Kak Emely menikah dulu. "Mama selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian, kamu ja

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pesta Piyama

    Tidak terasa lusa sudah hari pernikahanku dan James, semua dibuat sibuk oleh semua persiapan acara. Walaupun sudah ada WO yang menanganinya, semua keluarga tetap ikut memberi saran dan membantu. Alice malam ini menginap disini, dan tidur denganku. Katanya kita akan pesta piyama, sebelum melepas masa lajangku. Sebenarnya Kak Emely sangat ingin ikut dengan kami, tapi perutnya yang sudah mulai membuncit membuat kami takut jika harus tidur bertiga di ranjangku.Sebenarnya Alice yang paling takut, karena katanya kebiasaannya tidur lumayan parah. Aku sendiri sedikit melotot ke Alice, saat dia mengatakannya, tapi dia hanya memperlihatkan cengiran tanpa dosa.Aku pun pasrah dengan kondisiku nanti saat kami tidur, tapi aku tetap senang karena Lina mau menggantikan Kak Emely untuk menginap juga.Alice sangat mudah bergaul, jadi tidak ada rasa canggung diantara kami bertiga, bahkan aku sempat merasa seperti obat nyamuk, karena mereka bercerita tentang banyak hal yang aku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Persiapan Pernikahan

    Pernikahanku tinggal seminggu lagi, semua persiapan pernikahan sudah hampir selesai. Aku tinggal fitting baju pernikahan terakhir, agar gaunnya nanti sesuai dan tidak perlu dirubah lagi.Dan hari ini aku juga sudah janjian dengan WO yang mengurus pernikahanku, untuk persiapan terakhir acara yang masih belum selesai dipilih. Rencananya aku akan janjian di rumah, setelah dari rumah sakit untuk periksa kandunganku.James juga jadi calon suami siaga saat ini, karena mulai hari ini dia sudah tidak masuk bekerja. Semua pekerjaan sudah dia serahkan kepada Alex dan Andre, katanya agar Alex segera bisa membantu nanti, jadi semua tanggung jawab diserahkan kepadanya untuk sementara.Tapi James masih memantau pekerjaan Alex dari rumah, jadi sekarang semua waktu James sepenuhnya untukku dan Jesen.Setelah aku kembali, aku tidak diperbolehkan oleh James untuk mengantar Jesen ke sekolah. Entah karena apa, tapi aku mengikuti saja apa keinginan James.Aku tahu James Berusaha meli

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Melepas Rindu

    Warning 18+"Ini kebab pesanan kamu."James meletakkan bungkusan kebab di atas meja yang ada di hadapanku. Dia pun melepas jaketnya dan ikut duduk disampingku sambil menghela napasnya."Terimakasih sayang, maaf ya udah ngerepotin kamu. Aku juga gak tahu, kenapa tiba-tiba pengen banget makan itu.""Tidak apa-apa sayang, mungkin itu mau anak kita yang ada di dalam sini."James menenangkanku, sambil mengelus perutku yang masih rata. Entah kenapa aku sangat menyukainya, dan membuatku sudah tidak mual lagi berdekatan dengan James.Aku pun langsung mendekat, dan memeluk James dengan erat. Sebenarnya aku sangat merindukannya, dan ingin memeluknya seperti ini sejak pertemuan kami kembali waktu itu."Sayang, kamu sudah tidak mual lagi berdekatan denganku?"Tubuh James sedikit menegang saat pertama kupeluk tadi, mungkin dia kaget karena aku memeluknya secara tiba-tiba."Aku suka waktu kamu mengelus perutku tadi sayang, entah kenapa aku sudah tidak

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Ngidam

    "Sayang!"Aku memanggil James sambil mengetuk pintu kamarnya."Sayang, bangun dong!" teriakku lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari dalam.Aku akhirnya membuka pintu kamar yang tidak terkunci dan masuk ke dalam. James ternyata masih tertidur pulas, namun aku tidak segan untuk membangunkannya,"James sayang, ayo bangun!"Aku menggoncang-goncangkan badannya agar dia segera bangun. Beberapa detik kemudian dia bangun sambil mengucek matanya, dan melihatku yang sedang ada dihadapannya."Ada apa sayang? Ini masih tengah malam, apa kamu mau tidur denganku? Sini langsung masuk aja!"James malah kegirangan mengira aku sudah tidak mual lagi berdekatan dengannya, tapi melihat matanya sudah terbuka dengan lebar, membuatku senyumanku merekah."Sayang aku mau itu!"Kataku mencoba merayunya, entah kenapa aku sangat menginginkanya. Walaupun ini masih tengah malam, tapi aku tidak bisa tidur kalau belum merasakannya."Benarkah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status