Share

Permintaan Maaf

Author: Deschya.77
last update Last Updated: 2022-03-13 10:33:24

"maaf." Aku masih menundukkan kepalaku di atas setir.

Satu kata itu lolos dari mulutku dan membuatku takut untuk melihat reaksinya. Akupun berusaha memberanikan diri untuk melihat reaksi dari ucapanku tadi.

"Sebenarnya apa maksud anda?" tanyanya sedikit putus asa.

Melihat tatapannya yang terlihat marah bercampur bingung membuatku kembali membulatkan tekad untuk meminta maaf dengan benar.

"Aku minta maaf atas sikapku tadi, aku juga meminta maaf atas perkataan dan perbuatan kasarku." mohonku tulus.

Aku pun menghadap ke arahnya dan menatap matanya agar dia bisa melihat permintaan maafku tulus. Dia menatapku membisu, mungkin dia masing bingung dengan tindakanku yang labil. Aku pun juga tidak terlalu berharap dia akan langsung memaafkanku, aku menunggu beberapa saat namun dia tetap tidak merespon ku.

"Selama tiga hari ini istirahatlah. Aku tidak akan macam-macam denganmu." Aku menjelaskan agar dia tidak salah paham, tapi dia tetap tidak memberi respon.

"Dan tolong temuilah Jesen, sedari siang dia selalu bercerita tentangmu dan bertanya kapan bisa bertemu kamu lagi." tambahku ragu, aku pikir ketika menyebutkan nama Jesen dia akan menjawab semua pernyataanku.

"Anda bercanda? Baru tadi anda berteriak kepada saya untuk tidak muncul dihadapan anak anda, kemudian anda sekarang meminta saya bertemu dengannya? Apakah anda punya dua kepribadian? Anda sangat labil sekali." jawabnya marah dan mengalihkan pandangan dariku.

"Sekali lagi aku minta maaf, hem. Aku berjanji akan memperlakukanmu dengan lebih baik, jadi aku mohon kamu mau ikut denganku." Kataku memohon.

Daisy terlihat masih diam berpikir, dan dia pun akhirnya menganggukkan kepala tanda menyetujui. Entah kenapa senyumku mengembang, aku sedikit merasa lega walaupun belum mendengar kalau dia sudah memaafkanku. Aku akan membuktikan dengan perbuatan kalau aku benar-benar mengakui kesalahan, aku pun menjalankan mobil kembali dengan perasaan senang.

Mobil pun berhenti tepat di depan rumah. Ketika aku menengok ke arah Daisy, ternyata dia sedang duduk terlelap di kursinya. Aku melihat wajahnya yang terlihat lelah dan bertambah pucat, membuatku mengurungkan niat untuk membangunkannya. Semakin aku memandang wajah itu, semakin terpesona aku dibuatnya. Kulit yang putih halus dengan bibir mungil yang membuatnya terlihat sangat menggemaskan.

Aku terus menatapnya sambil tersenyum, entah kenapa ada perasaan nyaman yang tidak bisa dijelaskan. Sebenarnya siapa pun akan menghindar darinya, setelah tahu apa pekerjaannya. Awalnya aku pun sama, ada rasa ingin menghindarinya. Namun rasa ketertarikanku tidak bisa dibantah, jadi aku pun melakukan hal gila ini.

Aku melepaskan jaketku untuk menyelimutinya, sekitar hampir satu jam aku menunggunya terbangun, dan akhirnya dia mulai menggeliat bangun dari tidur cantiknya. Aku segera berpura-pura seperti baru saja menghentikan mobil, aku tidak mau dia berpikiran buruk tentangku karena membiarkannya tidur begitu lama.

Di perjalanan tadi aku sudah menyuruh andre untuk menyiapkan semua keperluan wanita. Andre sempat sedikit protes, namun aku menyuruhnya meminta tolong kepada pacarnya untuk memilihkan. Aku juga menjajikan bonus bulanan untuknya, Andre pun langsung menyetujuinya. Siapa yang akan menolak untuk bekerja sambil kencan dengan pacarnya dan mendapatkan bonus pula.

Aku pun mengantarkan Daisy menuju salah satu kamar yang akan ditempatinya selama tiga hari ini. Aku sedikit takut Daisy akan merasa tidak nyaman, sehingga aku memberikannya kamar di samping kamar Jesen. Untung Jesen sudah tidur malam ini, sehingga Daisy bisa langsung istirahat.

"Ini kamar kamu. Untuk perlengkapan pribadi akan di siapkan sekretarisku, mungkin akan siap besok, sementara kamu bisa pakai pakaian yang ada di atas kasur," Kataku sambil menunjuk pakaian yang terlipat rapi di atas ranjang kamar itu.

Ketika aku menunggu Daisy tidur tadi, aku menghubungi pembantu yang biasanya membersihkan rumah, untuk kembali dan menyiapkan beberapa pakaian dari mantan istriku di kamar ini.

"Iya, makasih. Tapi benar ini tidak apa-apa?" tanyanya sedikit ragu.

"Maksud kamu gimana, hem?" tanyaku bingung akan maksud pertanyaannya tadi.

"Itu..., kamu kan sudah membayar mahal selama tiga hari. Apa emb...maksudku.." dia bertanya dengan gugup yang membuatnya terlihat lucu, membuatku ingin menggodanya.

"Kalau itu yang kamu pikirkan, kamu tidak usah khawatir. Aku tidak akan menyentuhmu, kecuali kalau kamu yang menginginkannya." kataku sambil tersenyum genit.

Daisy pun terlihat memelotkan matanya kaget, dia telihat gugup dan malu. Aku pun tidak tega menggodanya terlalu lama karena wajahnya sudah sangat merah.

"Bercanda, sudah kamu istirahatlah. Besok pagi temuilah Jesen, besok dia pasti akan sangat senang melihatmu."

"Baik, kamu juga istirahat, semoga mimpi indah." kata Daisy sambil masuk kamar dan menutup pintu.

"Selamat malam." jawabku dengan menatap pintu yang ada di hadapanku.

Aku pun berjalan menuju kamar dan membersihkan diri dan berganti pakaian. Setelah itu aku merebahkan tubuhku di atas kasur, aku kembali termenung mengingat kejadian hari ini. Pikiran dan hatiku semakin gundah, ketika mengingat apa yang harus aku lakuan setelah tiga hari ini.

Aku tidak akan rela jika Daisy kembali ketempat itu lagi, membayangkan Daisy bersama pria lain membuatku frustasi. Sebenarnya aku bisa saja menghancurkan rumah pelacuran itu, tapi aku takut Daisy tidak suka dengan caraku. Mungkin besok aku harus membicarakan hal ini dengannya, aku akan membantu apapun keputusannya nanti. Mataku mulai terasa berat dan aku pun memejamkan mata dan kemudian terlelap.

Paginya aku mencium bau harum masakan, padahal tidak ada pembantu yang memasak. Pembantu hanya datang untuk membersihkan rumah dan mengurus cucian. Selama ini walaupun tidak terlalu jago, aku yang membuatkan sarapan dan makan malam untuk Jesen. Aku terlalu berhati-hati untuk masalah makanan. Jika aku ada meeting di perusahaan dan tidak bisa memasak untuk Jesen, aku akan memesan makanan di restoran langgananku yang sudah terjamin kebersihannya dan nilai gizinya.

Akupun melihat jam yang ada di atas meja, terlihat jam masih menunjukkan pukul setengah lima pagi. Aku bangun dari tempat tidurku dan berjalan menuju dapur untuk melihat asal bau ini. Sesampainya di dapur, aku melihat Daisy sedang berkutan dengan bahan-bahan masakan.

Dia belum menyadari kedatanganku, aku berhenti untuk melihat Daisy yang memasak dan sesekali bersenandung. Aku tidak tahu dia punya sisi yang seperti ini, membayangkan aku bisa melihatnya seperti ini lagi dikemudian hari membuatku merasa nyaman.

Aku pun berjalan mendekat, dan berdiri tepat dibelakangnya. Ketika dia membalikkan badan, dia terkejut melihatku dan langsung melangkah mundur. Namun dia kehilangan pijakannya dan hampir jatuh kebelakang, dengan sigap aku langsung menangkap pinggangnya dan menariknya agar tidak terjatuh.

Kini wajah Daisy berada tepat di depan wajahku. Jantungku mulai berdetak cepat dan keras, aku berusaha menelan salivaku yang sangat sulit. Mata kami saling bertemu, seperti ada lem yang membuatku tidak bisa terlepas dari matanya. Hingga kami pun tersadar kalau tubuh kami masih menempel kemudian melepaskan pagutan itu.

POV James End

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Kejutan Membahagiakan (The End)

    Mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah parkiran, aku tidak tahu jelas tempat apa ini karena di luar cukup gelap. Aku melepas seatbelt dan akan membuka pintu mobil, namun lenganku buru-buru dihadang oleh James."Tunggu dulu, Sayang!""Kenapa? Bukankah kita sudah sampai?""Aku ingin memberikan kejutan untukmu, jadi sebelum keluar kamu tutup mata terlebih dahulu.""Kejutan? Bukankah tempat ini gelap, kejutan apa yang kamu maksud, Sayang?"Aku bingung dengan apa yang direncanakan oleh James, karena tempat ini terlalu sepi dan gelap. Bahkan dari kaca mobil, aku tidak bisa melihat pemandangan di luar selain lampu tempat parkir."Namanya bukan kejutan kalau aku beri tahu, kamu percaya saja sama aku."Akupun mengikuti semua arahan James, dia melilitkan sebuah kain untuk menutupi mataku. Setelahnya terdengar suara James membuka dan menutup pintu mobil di sebelahnya, dan tidak lama kemudian pintu di sebelahku terbuka. James meraih tanganku dengan lembut,sambil memegang bagian atas kepalaku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Rumah Baru

    Ternyata James menahan diri dengan sangat baik. Aku kira kami akan menjalani malam panas di ranjang, tapi nyatanya kami hanya tiduran dengan posisi James yang memelukku dari belakang. Walaupun dia sempat membisikkan tepat di telingaku dengan suara rendah, bahwa dia sedang sangat menahannya. Aku hanya terkekeh mendengar bisikan darinya, dan hanya menikmati tubuh hangat James yang menyentuh punggungku. Aku sangat menyukai posisi ini, perasaan nyaman yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.Aku masih tidak menyangka, kalau saat ini aku sudah menjadi istri seseorang. Dulu untukku membayangkannya saja sangat sulit, dan aku kira aku akan tetap berada di kubangan lumpur itu hingga aku sudah tidak terpakai lagi. Tapi seperti pangeran berkuda putih, James mengangkat ku dari kubangan itu dan bahkan kini menjunjungku hingga ke atas langit.Semoga saja tidak ada hal lain yang menjatuhkan ku dari ketinggian ini, karena itu pasti akan semakin membuatku terpuruk dari sebelumnya. Aku masih mera

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Setelah Pernikahan

    Setelah selesai acara inti, James tidak memperbolehkanku berdiri lagi begitu lama. James langsung mengantarkanku masuk ke dalam ruang rias tadi, dan ditemani oleh Lina. Benar kata Alice waktu itu, bahwa James akan membawaku kabur dari acara setelahnya. Aku tidak menyangka kalau James akan segentle itu, untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan para tamu seorang diri.Setelah itu aku menghabiskan waktu hanya untuk mengobrol dengan Lina, hingga aku ketiduran. Entah berapa lama, dan setelah aku bangun aku berada di kasur dan sudah berganti pakaian. Aku sangat asing dengan ruangan ini, bahkan James pun tidak terlihat disana. Ini bukan kamarku atau kamar James, ini juga bukan kamar di rumah utama.Aku mencoba turun dari kasur, dan berjalan keluar mencari siapapun orang yang aku kenal. Aku hanya takut diculik oleh seseorang, mungkin memang kedengarannya lucu, tapi mungkin saja ada seseorang yang tidak menyukaiku karena menikah dengan James. Tapi kalau aku diculik, mana mungkin aku dibiarkan be

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Jesen Anak Baik

    Isi suratnya tidak terlalu panjang, tapi aku sangat merasakan ketulusan Jesen dalam setiap tulisannya yang masih belum rapi.'Untuk Mama DaisyTerimakasih sudah mau jadi Mama Jesen. Jesen sayang sekali sama Mama. Jesen janji akan jadi anak baik buat Mama dan Papa. Jesen juga akan jadi kakak yang baik buat Baby DE.I Love You Mama'Aku sama sekali tidak habis pikir dengan surat yang di tulisnya ini. Bagaimana anak ini begitu polos, dan menyayangiku sedalam ini. Bahkan aku tidak melakukan apapun untuknya, tapi dia menganggap semua yang kulakukan begitu istimewa.Aku kembali memeluknya dengan erat, sedangkan yang kupeluk malah seperti orang dewasa yang menepuk-nepuk punggungku secara perlahan.Bagaimana bisa ibu kandungnya meninggalkan anak yang hatinya setulus ini. Bahkan dia rela membenci keluarga yang menjelek-jelekkan ibunya itu, walaupun dia tidak ingat wajahnya.Aku berjanji untuk menjaganya dengan sepenuh hati, dan akan berusaha untuk selalu membahagiakannya.Dari arah panggung te

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pernikahan Kami

    Hari yang sudah dinanti-nanti kini sudah ada di depan mata, perasaanku sudah campur aduk karena gugup. Aku sudah berada di kamar rias dengan memakai gaun pernikahan, make up pada wajah dan rambut yang tertata dengan cantik, membuatku terlihat sangat berdeda dari biasanya.Terlihat dari pantulan cermin senyumku yang mengembang begitu lebar, aku hanya berharap acara hari ini akan berjalan dengan lancar. Semoga kejadian sebelumnya tidak terulang kembali dan tidak akan mempengaruhi pernikahanku ini.Mama dan Alice masuk kedalam kamar, untuk mengiringku menuju mobil yang akan mengantar kami menuju gereja. Karena acara akan segera dimulai dan James sudah menungguku disana, kami pun segera bergegas untuk berangkat.Sesampainya di depan pintu gereja, Mama dan Alice membantuku untuk merapikan gaun. Kulihat gereja yang akan menjadi tempat bagi kami untuk mengucap janji, ini gereja yang sama tempat Kak Jeremy dan Kak Emely menikah dulu. "Mama selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian, kamu ja

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pesta Piyama

    Tidak terasa lusa sudah hari pernikahanku dan James, semua dibuat sibuk oleh semua persiapan acara. Walaupun sudah ada WO yang menanganinya, semua keluarga tetap ikut memberi saran dan membantu. Alice malam ini menginap disini, dan tidur denganku. Katanya kita akan pesta piyama, sebelum melepas masa lajangku. Sebenarnya Kak Emely sangat ingin ikut dengan kami, tapi perutnya yang sudah mulai membuncit membuat kami takut jika harus tidur bertiga di ranjangku.Sebenarnya Alice yang paling takut, karena katanya kebiasaannya tidur lumayan parah. Aku sendiri sedikit melotot ke Alice, saat dia mengatakannya, tapi dia hanya memperlihatkan cengiran tanpa dosa.Aku pun pasrah dengan kondisiku nanti saat kami tidur, tapi aku tetap senang karena Lina mau menggantikan Kak Emely untuk menginap juga.Alice sangat mudah bergaul, jadi tidak ada rasa canggung diantara kami bertiga, bahkan aku sempat merasa seperti obat nyamuk, karena mereka bercerita tentang banyak hal yang aku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Persiapan Pernikahan

    Pernikahanku tinggal seminggu lagi, semua persiapan pernikahan sudah hampir selesai. Aku tinggal fitting baju pernikahan terakhir, agar gaunnya nanti sesuai dan tidak perlu dirubah lagi.Dan hari ini aku juga sudah janjian dengan WO yang mengurus pernikahanku, untuk persiapan terakhir acara yang masih belum selesai dipilih. Rencananya aku akan janjian di rumah, setelah dari rumah sakit untuk periksa kandunganku.James juga jadi calon suami siaga saat ini, karena mulai hari ini dia sudah tidak masuk bekerja. Semua pekerjaan sudah dia serahkan kepada Alex dan Andre, katanya agar Alex segera bisa membantu nanti, jadi semua tanggung jawab diserahkan kepadanya untuk sementara.Tapi James masih memantau pekerjaan Alex dari rumah, jadi sekarang semua waktu James sepenuhnya untukku dan Jesen.Setelah aku kembali, aku tidak diperbolehkan oleh James untuk mengantar Jesen ke sekolah. Entah karena apa, tapi aku mengikuti saja apa keinginan James.Aku tahu James Berusaha meli

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Melepas Rindu

    Warning 18+"Ini kebab pesanan kamu."James meletakkan bungkusan kebab di atas meja yang ada di hadapanku. Dia pun melepas jaketnya dan ikut duduk disampingku sambil menghela napasnya."Terimakasih sayang, maaf ya udah ngerepotin kamu. Aku juga gak tahu, kenapa tiba-tiba pengen banget makan itu.""Tidak apa-apa sayang, mungkin itu mau anak kita yang ada di dalam sini."James menenangkanku, sambil mengelus perutku yang masih rata. Entah kenapa aku sangat menyukainya, dan membuatku sudah tidak mual lagi berdekatan dengan James.Aku pun langsung mendekat, dan memeluk James dengan erat. Sebenarnya aku sangat merindukannya, dan ingin memeluknya seperti ini sejak pertemuan kami kembali waktu itu."Sayang, kamu sudah tidak mual lagi berdekatan denganku?"Tubuh James sedikit menegang saat pertama kupeluk tadi, mungkin dia kaget karena aku memeluknya secara tiba-tiba."Aku suka waktu kamu mengelus perutku tadi sayang, entah kenapa aku sudah tidak

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Ngidam

    "Sayang!"Aku memanggil James sambil mengetuk pintu kamarnya."Sayang, bangun dong!" teriakku lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari dalam.Aku akhirnya membuka pintu kamar yang tidak terkunci dan masuk ke dalam. James ternyata masih tertidur pulas, namun aku tidak segan untuk membangunkannya,"James sayang, ayo bangun!"Aku menggoncang-goncangkan badannya agar dia segera bangun. Beberapa detik kemudian dia bangun sambil mengucek matanya, dan melihatku yang sedang ada dihadapannya."Ada apa sayang? Ini masih tengah malam, apa kamu mau tidur denganku? Sini langsung masuk aja!"James malah kegirangan mengira aku sudah tidak mual lagi berdekatan dengannya, tapi melihat matanya sudah terbuka dengan lebar, membuatku senyumanku merekah."Sayang aku mau itu!"Kataku mencoba merayunya, entah kenapa aku sangat menginginkanya. Walaupun ini masih tengah malam, tapi aku tidak bisa tidur kalau belum merasakannya."Benarkah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status