Share

Pertemuan Kembali

Author: Deschya.77
last update Last Updated: 2022-03-11 23:42:44

Aku kaget melihat salah satu pria yang tidak asing, berada tepat di depanku. Dia pun juga terlihat sangat kaget ketika melihatku, tatapan kagetnya terpampang jelas di raut wajahnya.

Deg...

Entah kenapa aku merasa malu ketika mata kami bertemu, padahal kita baru bertemu tadi siang karena ketidak sengajaan. Ya pria itu adalah James. Wajahnya mengingatkanku dengan wajah polos dan menggemaskan, yang tadi siang kutemui. Kini tatapannya kepadaku terlihat kaget dan tidak percaya. Hatiku sedikit sakit dengan tatapannya itu, mengingat kami bertemu kembali disaat aku sedang bekerja seperti ini.

Aku mencoba bersikap profesional, dan melanjutkan melayani salah satu pria dan menuangkannya minuman. Namun tiba-tiba James mencengkeram lenganku dan menariknya, entah apa yang ada difikiran pria yang didepan ku ini. Kenapa dia menarikku? Apa aku membuat kesalahan tadi siang? Atau dia hanya ingin berterima kasih kembali karena sudah menolong anaknya?

Setelah keluar dari bar, cengkeraman di lenganku mulai longgar dan kemudian terlepas. James membalikkan badan dan menatapku dengan matanya yang menawan.

"Kenapa kamu ada disini?" tanyanya.

"Saya bekerja disini, apa anda tidak melihatnya?" jawabku berusaha bersikap santai.

"Jadi kamu bekerja disini? Oh aku mengerti. Aku tidak menyangka kamu orang seperti itu. Aku hanya ingin bilang jangan pernah kamu berurusan lagi dengan anakku." katanya tegas.

"Maksud anda apa ya? Lagipula bagaimana saya bisa berurusan dengan anak anda lagi? Saya hanya bertemu karena menolongnya tadi untuk mencari papa yang tidak menjaganya." jawabku sarkas.

"Aku menjaganya, Jesen pergi ketika aku sedang menerima telepon sebentar. Walaupun kamu tidak sengaja bertemu lagi nanti dengan Jesen, anggap saja kamu tidak mengenalnya."

"Huh, alasan. apakah anda sudah minta maaf kepada anak anda atas kelalaian anda? Saya rasa belum, pasti anda lebih mementingkan ego anda dan menganggap diri anda tidak bersalah sama sekali. Lagipula Memang saya kenapa? Kenapa saya harus sampai berpura-pura tidak mengenali Jesen?" tanyaku kesal.

"Dengan pekerjaanmu ini, kamu akan membawa dampak buruk untuk anakku, jadi jangan pernah muncul dihadapannya lagi!" katanya dengan tegas.

Aku mulai geram dengan kata-kata yang dilontarkannya. Kesabaranku sudah sampai di ambang batas. Orang yang baru aku temui sekali hari ini berani-beraninya menghakimiku. Kenapa juga dia menghinaku seperti ini?

"Maaf ya tuan, saya memang wanita panggilan. Tapi saya juga tidak akan mengajarkan hal buruk kepada seorang anak kecil. Lagi pula siapa anda? Kenapa saya harus mendengar penghinaan ini? Jangan menghakimi saya kalau anda tidak mengenal siapa saya, dan jika tidak paham dengan kehidupan yang telah saya jalani. Saya juga dengan senang hati menganggap saya tidak mengenal anda, karena memang nyatanya kita hanya tidak sengaja bertemu sekali. Jadi saya mohon, anda juga anggap tidak kenal dengan saya dan jangan menghina saya lagi!" teriakku kesal melampiaskan semua amarahku dan pergi meninggalkannya.

Setelah itu aku menuju kamar mandi untuk membasuh wajah, terlihat di pantulan cermin wajahku yang merah padam akibat marah. Aku membasuh wajahku lagi untuk mendinginkan kepalaku. Setelah mulai tenang, aku mengambil alat makeup ku dan memperbaiki riasanku yang berantakan.

Aku berjalan kembali menuju meja di bar tadi, terlihat James sudah duduk kembali di tempatnya. Aku memilih tempat duduk terjauh, namun sudut mata ku dapat menangkap tatapan tajam James yang mengarah padaku.

Aku berusaha bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, aku kembali melayani salah satu pria dan menuangkan minumannya lagi. Hingga jam menunjukkan hampir tengah malam, aku berencana untuk kembali ke rumah. Amarah tadi membuatku merasa lelah, dan badan terasa memikul beban yang berat. Aku hanya ingin istirahat dan tidur di kasurku.

Aku ijin ke Mami untuk pulang lebih awal hari ini, Mami yang khawatir ketika aku bilang tidak enak badan memperbolehkannya. Ketika keluar dari hotel, tanganku ditahan oleh James. Kemudian James menarikku untuk mengikutinya ke arah tempat parkir.

"Masuklah!" pintanya.

"Anda mau membawa saya kemana?"tanyaku kembali bingung dibuatnya.

"Sudah masuklah!" kata James lagi sambil menarik tanganku agar masuk kedalam mobil.

"Berikan aku nomor atasanmu!" pinta James sambil menyodorkan handphone nya kehadapanku.

"Atasan saya? Maksud anda Mami?"

"Entahlah, mungkin itu."

"Buat apa anda membutuhkan nomor Mami?"

"Nanti kamu akan tahu, bisa minta tolong berikan?" tanyanya lagi dengan nada lembut.

Akupun mengetikkan sederet angka di layar ponsel tersebut dan menyerahkannya kembali kepada James dengan memberikan ekspresi bingungku. James yang sepertinya tahu akan arti tatapanku tidak menghiraukannya. Kemudian James menghubungi nomor yang kuberikan tadi.

"Halo, saya akan membawa Daisy selama tiga hari, saya akan membayar mahal, sekretaris saya yang akan mengurusnya." ucap James kepada seseorang di ujung telepon sana.

Setelah mendapat persetujuan James langsung menutup teleponnya, kemudian menghubungi sekretarisnya. Mobilpun mulai berjalan, setelah James menyelesaikan panggilannya. Aku memandang ke arah pria itu dengan fikiranku yang berkecamuk.

"Anda akan membawa saya kemana? Apa maksud telepon anda tadi?" tanyaku dengan nada sedikit meninggi.

"Kamu sudah dengar kan tadi, tiga hari ini kamu milikku." ucapnya lembut dengan sedikit senyuman di wajahnya.

"M-maksud anda? Saya tidak mau, tolong turunkan saya. Saya mohon saya lelah, biarkan saya pulang." ratapku memohon sambil berusaha membuka pintu mobil.

Mobilpun mulai menepi, aku merasa sedikit lega karena permintaanku dituruti olehnya. Ketika aku akan membuka pintu, ternyata pintu masih terkunci dan tidak bisa dibuka. Aku membalikkan pandanganku dan menatap James dengan tajam.

"maaf." kata James sambil menundukkan kepalanya diatas setir.

Satu kata itu lolos dari mulut James dan berhasil membuat dadaku berdegup. Sebenarnya apa maksud ini semua? Baru tadi dia menghinaku sekarang dengan mudahnya mengucapkan maaf. Akupun bingung dengan perasaanku yang campur aduk, baru tadi aku emosi hingga ke ubun-ubun, satu kata itu berhasil membuatku merasa tenang dan nyaman.

"Sebenarnya apa maksud anda?" tanyaku putus asa.

"Aku minta maaf atas perkataanku tadi, aku juga meminta maaf atas perkataan dan perbuatan kasarku." katanya dengan suara putus asa.

James kemudian menghadapku dan menatap mataku dengan tajam namun lembut. Aku berusaha menelan salivaku yang sangat sulit. Debaran jantungku terdengar sangat keras, aku hampir takut kalau James mendengarnya.

"Selama tiga hari ini istirahatlah. Aku tidak akan macam-macam denganmu." James berbicara dengan nada yang sangat lembut.

"Dan tolong temuilah Jesen, sedari siang dia selalu bercerita tentangmu. Dia terus bertanya, kapan bisa bertemu denganmu lagi." tambah James dengan ragu.

"Anda bercanda? Baru tadi anda berteriak kepada saya untuk tidak muncul dihadapan anak anda lagi, kemudian anda sekarang meminta saya bertemu dengannya? Apakah anda punya dua kepribadian? Anda sangat labil sekali." jawabku yang masih berusaha menetralkan suara jantungku.

"Sekali lagi aku minta maaf, hem. Aku berjanji akan memperlakukanmu dengan lebih baik, jadi aku mohon kamu mau ikut denganku." pintanya dengan penuh tatapan rasa bersalah.

Setelah beberapa saat aku berpikir, akupun menganggukkan kepalaku menyetujuinya. Mobilpun mulai kembali berjalan. Di sepanjang perjalanan fikiranku mulai berdebar, aku tidak tahu apakah keputusan yang aku ambil ini benar atau tidak. Disatu sisi masih ada sedikit kekesalan dalam hatiku, namun disisi lain ada perasaan aman dan nyaman ketika aku bersama James, akupun juga ingin bertemu dengan Jesen yang sangat menggemaskan. Karena pikiranku yang bergerumul, akupun tidak sengaja tertidur di perjalanan itu.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Kejutan Membahagiakan (The End)

    Mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah parkiran, aku tidak tahu jelas tempat apa ini karena di luar cukup gelap. Aku melepas seatbelt dan akan membuka pintu mobil, namun lenganku buru-buru dihadang oleh James."Tunggu dulu, Sayang!""Kenapa? Bukankah kita sudah sampai?""Aku ingin memberikan kejutan untukmu, jadi sebelum keluar kamu tutup mata terlebih dahulu.""Kejutan? Bukankah tempat ini gelap, kejutan apa yang kamu maksud, Sayang?"Aku bingung dengan apa yang direncanakan oleh James, karena tempat ini terlalu sepi dan gelap. Bahkan dari kaca mobil, aku tidak bisa melihat pemandangan di luar selain lampu tempat parkir."Namanya bukan kejutan kalau aku beri tahu, kamu percaya saja sama aku."Akupun mengikuti semua arahan James, dia melilitkan sebuah kain untuk menutupi mataku. Setelahnya terdengar suara James membuka dan menutup pintu mobil di sebelahnya, dan tidak lama kemudian pintu di sebelahku terbuka. James meraih tanganku dengan lembut,sambil memegang bagian atas kepalaku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Rumah Baru

    Ternyata James menahan diri dengan sangat baik. Aku kira kami akan menjalani malam panas di ranjang, tapi nyatanya kami hanya tiduran dengan posisi James yang memelukku dari belakang. Walaupun dia sempat membisikkan tepat di telingaku dengan suara rendah, bahwa dia sedang sangat menahannya. Aku hanya terkekeh mendengar bisikan darinya, dan hanya menikmati tubuh hangat James yang menyentuh punggungku. Aku sangat menyukai posisi ini, perasaan nyaman yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.Aku masih tidak menyangka, kalau saat ini aku sudah menjadi istri seseorang. Dulu untukku membayangkannya saja sangat sulit, dan aku kira aku akan tetap berada di kubangan lumpur itu hingga aku sudah tidak terpakai lagi. Tapi seperti pangeran berkuda putih, James mengangkat ku dari kubangan itu dan bahkan kini menjunjungku hingga ke atas langit.Semoga saja tidak ada hal lain yang menjatuhkan ku dari ketinggian ini, karena itu pasti akan semakin membuatku terpuruk dari sebelumnya. Aku masih mera

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Setelah Pernikahan

    Setelah selesai acara inti, James tidak memperbolehkanku berdiri lagi begitu lama. James langsung mengantarkanku masuk ke dalam ruang rias tadi, dan ditemani oleh Lina. Benar kata Alice waktu itu, bahwa James akan membawaku kabur dari acara setelahnya. Aku tidak menyangka kalau James akan segentle itu, untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan para tamu seorang diri.Setelah itu aku menghabiskan waktu hanya untuk mengobrol dengan Lina, hingga aku ketiduran. Entah berapa lama, dan setelah aku bangun aku berada di kasur dan sudah berganti pakaian. Aku sangat asing dengan ruangan ini, bahkan James pun tidak terlihat disana. Ini bukan kamarku atau kamar James, ini juga bukan kamar di rumah utama.Aku mencoba turun dari kasur, dan berjalan keluar mencari siapapun orang yang aku kenal. Aku hanya takut diculik oleh seseorang, mungkin memang kedengarannya lucu, tapi mungkin saja ada seseorang yang tidak menyukaiku karena menikah dengan James. Tapi kalau aku diculik, mana mungkin aku dibiarkan be

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Jesen Anak Baik

    Isi suratnya tidak terlalu panjang, tapi aku sangat merasakan ketulusan Jesen dalam setiap tulisannya yang masih belum rapi.'Untuk Mama DaisyTerimakasih sudah mau jadi Mama Jesen. Jesen sayang sekali sama Mama. Jesen janji akan jadi anak baik buat Mama dan Papa. Jesen juga akan jadi kakak yang baik buat Baby DE.I Love You Mama'Aku sama sekali tidak habis pikir dengan surat yang di tulisnya ini. Bagaimana anak ini begitu polos, dan menyayangiku sedalam ini. Bahkan aku tidak melakukan apapun untuknya, tapi dia menganggap semua yang kulakukan begitu istimewa.Aku kembali memeluknya dengan erat, sedangkan yang kupeluk malah seperti orang dewasa yang menepuk-nepuk punggungku secara perlahan.Bagaimana bisa ibu kandungnya meninggalkan anak yang hatinya setulus ini. Bahkan dia rela membenci keluarga yang menjelek-jelekkan ibunya itu, walaupun dia tidak ingat wajahnya.Aku berjanji untuk menjaganya dengan sepenuh hati, dan akan berusaha untuk selalu membahagiakannya.Dari arah panggung te

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pernikahan Kami

    Hari yang sudah dinanti-nanti kini sudah ada di depan mata, perasaanku sudah campur aduk karena gugup. Aku sudah berada di kamar rias dengan memakai gaun pernikahan, make up pada wajah dan rambut yang tertata dengan cantik, membuatku terlihat sangat berdeda dari biasanya.Terlihat dari pantulan cermin senyumku yang mengembang begitu lebar, aku hanya berharap acara hari ini akan berjalan dengan lancar. Semoga kejadian sebelumnya tidak terulang kembali dan tidak akan mempengaruhi pernikahanku ini.Mama dan Alice masuk kedalam kamar, untuk mengiringku menuju mobil yang akan mengantar kami menuju gereja. Karena acara akan segera dimulai dan James sudah menungguku disana, kami pun segera bergegas untuk berangkat.Sesampainya di depan pintu gereja, Mama dan Alice membantuku untuk merapikan gaun. Kulihat gereja yang akan menjadi tempat bagi kami untuk mengucap janji, ini gereja yang sama tempat Kak Jeremy dan Kak Emely menikah dulu. "Mama selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian, kamu ja

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pesta Piyama

    Tidak terasa lusa sudah hari pernikahanku dan James, semua dibuat sibuk oleh semua persiapan acara. Walaupun sudah ada WO yang menanganinya, semua keluarga tetap ikut memberi saran dan membantu. Alice malam ini menginap disini, dan tidur denganku. Katanya kita akan pesta piyama, sebelum melepas masa lajangku. Sebenarnya Kak Emely sangat ingin ikut dengan kami, tapi perutnya yang sudah mulai membuncit membuat kami takut jika harus tidur bertiga di ranjangku.Sebenarnya Alice yang paling takut, karena katanya kebiasaannya tidur lumayan parah. Aku sendiri sedikit melotot ke Alice, saat dia mengatakannya, tapi dia hanya memperlihatkan cengiran tanpa dosa.Aku pun pasrah dengan kondisiku nanti saat kami tidur, tapi aku tetap senang karena Lina mau menggantikan Kak Emely untuk menginap juga.Alice sangat mudah bergaul, jadi tidak ada rasa canggung diantara kami bertiga, bahkan aku sempat merasa seperti obat nyamuk, karena mereka bercerita tentang banyak hal yang aku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Persiapan Pernikahan

    Pernikahanku tinggal seminggu lagi, semua persiapan pernikahan sudah hampir selesai. Aku tinggal fitting baju pernikahan terakhir, agar gaunnya nanti sesuai dan tidak perlu dirubah lagi.Dan hari ini aku juga sudah janjian dengan WO yang mengurus pernikahanku, untuk persiapan terakhir acara yang masih belum selesai dipilih. Rencananya aku akan janjian di rumah, setelah dari rumah sakit untuk periksa kandunganku.James juga jadi calon suami siaga saat ini, karena mulai hari ini dia sudah tidak masuk bekerja. Semua pekerjaan sudah dia serahkan kepada Alex dan Andre, katanya agar Alex segera bisa membantu nanti, jadi semua tanggung jawab diserahkan kepadanya untuk sementara.Tapi James masih memantau pekerjaan Alex dari rumah, jadi sekarang semua waktu James sepenuhnya untukku dan Jesen.Setelah aku kembali, aku tidak diperbolehkan oleh James untuk mengantar Jesen ke sekolah. Entah karena apa, tapi aku mengikuti saja apa keinginan James.Aku tahu James Berusaha meli

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Melepas Rindu

    Warning 18+"Ini kebab pesanan kamu."James meletakkan bungkusan kebab di atas meja yang ada di hadapanku. Dia pun melepas jaketnya dan ikut duduk disampingku sambil menghela napasnya."Terimakasih sayang, maaf ya udah ngerepotin kamu. Aku juga gak tahu, kenapa tiba-tiba pengen banget makan itu.""Tidak apa-apa sayang, mungkin itu mau anak kita yang ada di dalam sini."James menenangkanku, sambil mengelus perutku yang masih rata. Entah kenapa aku sangat menyukainya, dan membuatku sudah tidak mual lagi berdekatan dengan James.Aku pun langsung mendekat, dan memeluk James dengan erat. Sebenarnya aku sangat merindukannya, dan ingin memeluknya seperti ini sejak pertemuan kami kembali waktu itu."Sayang, kamu sudah tidak mual lagi berdekatan denganku?"Tubuh James sedikit menegang saat pertama kupeluk tadi, mungkin dia kaget karena aku memeluknya secara tiba-tiba."Aku suka waktu kamu mengelus perutku tadi sayang, entah kenapa aku sudah tidak

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Ngidam

    "Sayang!"Aku memanggil James sambil mengetuk pintu kamarnya."Sayang, bangun dong!" teriakku lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari dalam.Aku akhirnya membuka pintu kamar yang tidak terkunci dan masuk ke dalam. James ternyata masih tertidur pulas, namun aku tidak segan untuk membangunkannya,"James sayang, ayo bangun!"Aku menggoncang-goncangkan badannya agar dia segera bangun. Beberapa detik kemudian dia bangun sambil mengucek matanya, dan melihatku yang sedang ada dihadapannya."Ada apa sayang? Ini masih tengah malam, apa kamu mau tidur denganku? Sini langsung masuk aja!"James malah kegirangan mengira aku sudah tidak mual lagi berdekatan dengannya, tapi melihat matanya sudah terbuka dengan lebar, membuatku senyumanku merekah."Sayang aku mau itu!"Kataku mencoba merayunya, entah kenapa aku sangat menginginkanya. Walaupun ini masih tengah malam, tapi aku tidak bisa tidur kalau belum merasakannya."Benarkah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status