Home / Romansa / Wanita Pemuas Sang CEO / Bab 3 - Pertemuan Kedua

Share

Bab 3 - Pertemuan Kedua

Author: Fantazia
last update Last Updated: 2025-04-15 10:30:28

Aurora berdiri terpaku di depan kamar rawat inap. Napasnya terasa berat, seolah ada batu besar yang menghimpit dadanya. Dengan tangan gemetar, ia mendorong pintu dan melangkah masuk.

Di atas ranjang rumah sakit yang serba putih itu, sosok Ibunya tampak jauh lebih kecil dan rapuh dibandingkan yang ia ingat. Selang infus menempel di tangan kurus itu, dan wajahnya yang pucat membuat Aurora merasa seolah dunia di sekitarnya runtuh perlahan.

“Ibu...” bisik Aurora, suaranya bergetar. Sekuat tenaga ia menahan air mata yang hampir keluar.

Sang Ibu membuka matanya perlahan, tersenyum lemah. “Aurora... kamu datang...”

Aurora menggenggam tangan ibunya, membiarkan air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh juga.

“Ibu... jangan khawatir soal biaya, ya. Aku... aku akan segera mendapatkannya,” katanya dengan suara parau, berusaha terdengar kuat walau hatinya remuk.

Namun sang Ibu hanya menggeleng pelan, air mata menggenang di sudut matanya. “Nak... Ibu tidak mau jadi beban kamu. Jangan korbankan masa depanmu hanya untuk menyelamatkan Ibu... Ibu sudah cukup bahagia melihatmu tumbuh menjadi gadis yang kuat...”

“Ibu, jangan bilang begitu!” Aurora menangis tersedu-sedu, menundukkan wajahnya di atas tangan ibunya. “Aku janji, aku akan cari uang itu. Aku akan lakukan apa pun...”

Sang Ibu mengelus kepala Aurora dengan gerakan lemah, berusaha menenangkan walau dirinya sendiri tengah berperang melawan rasa sakit.

Tak sanggup lagi menahan emosi yang meledak-ledak dalam dadanya, Aurora akhirnya bangkit dan berlari keluar dari ruangan itu.

Ia terduduk di bangku taman rumah sakit, sendirian, membiarkan malam dan udara dingin menusuk kulitnya.

Di tangannya, ia memandang kartu nama itu—Leonhart D’Amico. Nama itu seperti berkilat dalam gelap, seolah menawarkan sesuatu: kesempatan... dan mungkin kehancuran.

Dengan jemari bergetar, Aurora mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari informasi tentang pria itu.

Beberapa menit kemudian, layar ponselnya dipenuhi berita-berita tentang Leonhart. Calon pewaris perusahaan multinasional D’Amico Corporation. Sosok dingin, tak tersentuh, dibesarkan dalam keluarga berkuasa yang penuh skandal dan rahasia.

Aurora menelusuri lebih dalam, hatinya berdetak liar saat menemukan nama lain—William D’Amico—paman Leonhart D’Amico.

William. Pria itu... yang sepuluh tahun lalu menikah dengan Emily Lorenz.

Aurora menahan napas.

Emily... wanita itu... penghancur keluarganya.

Darah Aurora berdesir panas. Seketika segala kesedihan, keputusasaan, rasa bersalah, berpadu menjadi satu emosi, yaitu tekad.

Jika Leonhart adalah pewaris sah D’Amico Corporation, maka dia punya kekuatan. Jika Aurora bisa mendekatinya—mungkin bahkan menaklukkannya—maka dia bisa membalas dendam. Bisa menghancurkan hidup Emily, seperti dulu Emily menghancurkan hidupnya.

Tangannya mengepal di atas lutut. Ia tidak boleh ragu. Tidak sekarang.

Saat matanya kembali menatap layar ponsel, sebuah iklan kecil menarik perhatiannya.

“Lowongan: Asisten Administratif. Lokasi: D’Amico Corporation Headquarters, Manhattan.”

Tanpa berpikir panjang, Aurora berdiri. Ia menghapus air matanya, membetulkan pakaiannya seadanya.

Langkah-langkah kecil menuju balas dendamnya sudah mulai terbuka.

Aurora pun mendaftar. Dia mengerjakan semua tes online dengan benar, dan besok dia harus datang ke perusahan untuk melakukan interview.

“Bagaimanapun caranya, aku akan masuk ke perusahaan D’Amico. Tunggu aku, Emily. Aku akan membalas semua perlakuanmu padaku dan juga Ibuku.”

Dengan tekad di hatinya dan luka di punggungnya, ia bersumpah:

Kali ini, dia tidak akan menjadi korban. Dia akan menjadi pelaku.

Malam itu juga Aurora segera menyiapkan dokumen untuk melamar pekerjaan di perusahaan D’Amico Corporation. Ia bahkan memilih keluar dari perusahaan sebelumnya demi melamar pekerjaan ini.

***

Langit pagi itu tertutup awan kelabu saat Aurora melangkahkan kakinya ke dalam gedung pencakar langit milik D’Amico Corporation. Angin pagi membawa aroma hujan yang menggantung di udara, menambah berat beban di dadanya. Tangannya bergetar halus saat ia memegang erat dokumen lamaran kerja yang telah ia siapkan semalaman.

Di dadanya, kartu nama itu masih tersimpan rapi.

Leonhart D’Amico.

Malam itu... wajah pria itu, sentuhan panasnya, tatapan gelapnya... semuanya masih membekas terlalu nyata di kulitnya. Tapi pagi ini, dia harus mengubur semuanya. Dia harus kuat. Ini bukan tentang perasaan. Ini tentang balas dendam. Tentang membalas kehancuran keluarganya.

Langkah Aurora terhenti di depan meja resepsionis yang dingin dan modern. Wanita di balik meja itu memandangnya tanpa banyak ekspresi.

“Nama?” tanyanya singkat.

“Aurora Smith,” jawab Aurora dengan suara bergetar namun tegas.

Wanita itu mengetik sesuatu di komputernya, lalu mengangguk. “Hmm, hasil tes onlinemu sangat bagus," ucapnya sembari terus terfokus pada layar komputer di hadapannya.

Aurora mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.

"Silakan ke lantai tiga puluh dua. Tunggu di ruang tunggu, Anda akan dipanggil," ucap wanita lagi.

"Terima kasih, saya permisi."

Aurora membungkuk kecil, lalu melangkah menuju lift. Jantungnya berdentum keras di dada, mengalahkan suara musik instrumental yang diputar di lobi.

“Aku pasti bisa dan masuk ke perusahaan ini.”

Dia berusaha bernapas pelan, mengatur detak yang seakan mau merobek dadanya.

Lift bergerak cepat ke atas, setiap angka yang berganti terasa seperti menghitung mundur menuju sebuah takdir yang tak bisa ia hindari.

Tiga Puluh Dua.

Pintu lift terbuka dengan suara mendesing halus. Aurora melangkah keluar, matanya menangkap ruang tunggu berdesain elegan. Dinding kaca besar menghadap kota, kursi-kursi minimalis berjejer rapi, dan sebuah meja penerima tamu.

Ia duduk dengan hati berdebar, tangannya mencengkram erat dokumen di pangkuannya.

Beberapa menit kemudian, seorang wanita berseragam hitam menghampirinya.

“Miss Smith? Silakan ikut saya.”

"Baiklah," jawab Aurora tanpa ragu.

Aurora berdiri, hampir terpeleset karena telapak kakinya yang licin oleh keringat dingin. Ia mengikuti wanita itu melewati koridor panjang, lalu berhenti di depan sebuah pintu besar berwarna hitam mengilap. Setiap langkah yang ia lewati membuat jantungnya berdegup tak karuan.

“Masuklah. Tuan Leonhart sudah menunggu.”

Wanita itu membuka pintu, dan Aurora melangkah masuk.

Ruangan itu luas, minimalis, dinding kaca di belakang meja kerja membingkai pemandangan Broadway yang memukau. Di tengah ruangan, di balik meja kerja besar dari marmer hitam, duduklah pria itu.

Leonhart D’Amico.

Aurora nyaris terhenti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 4 - Godaan Dahsyat

    Leonhart D’Amico.Pria itu mengenakan setelan abu-abu gelap, dasinya hitam polos, rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, membingkai wajah yang begitu tampan namun dingin. Mata kelamnya mengangkat dari dokumen di tangannya dan bertemu langsung dengan mata Aurora.Untuk sesaat, dunia seolah membeku.Mata itu... mata yang sama yang menatapnya dalam kegelapan malam itu.Aurora bisa melihat kilatan keterkejutan di sorot mata pria itu. Sangat cepat, sangat samar, tapi nyata. Sebuah kerutan kecil muncul di antara alis Leonhart sebelum ia menghilangkannya secepat kilat, kembali ke ekspresi datar dan dingin.Aurora menggigit bibirnya. Dadanya bergemuruh liar.“Silakan duduk,” suara Leonhart terdengar rendah, serak, namun sangat terkontrol.Aurora duduk perlahan, menahan seluruh gemetar dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan tatapan pria itu membakar kulitnya, seolah menyayat semua lapisan ketenangannya.Leonhart meletakkan dokumen di mejanya, lalu menyandarkan punggung ke kursi dengan si

    Last Updated : 2025-04-15
  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 5 - Ketagihan

    Ciuman itu liar, brutal, penuh amarah yang tak lagi bisa dibendung.Aurora membalas dengan semangat yang sama, menyalurkan semua dendam, keinginan, dan rasa sakit yang selama ini dia kubur.Tangan Leonhart menjalar ke pinggangnya, menariknya lebih dekat, seolah ingin menyatu dengan tubuhnya.Aurora melilitkan tangannya di leher pria itu, membalas ciumannya dengan gigitan kecil di bibir bawahnya yang membuat Leonhart menggeram rendah, liar.Mereka seolah kehilangan diri dalam badai gairah.Tangan Leonhart bergerak turun, mengusap garis pinggang Aurora, lalu mengangkat tubuhnya dengan mudah, menekan tubuh mungil itu di dinding. Aurora melilitkan kakinya di pinggang Leonhart.Dalam kepungan ciuman dan desahan, Aurora bisa merasakan... ini bukan hanya tentang hasrat.Ada sesuatu yang lebih dalam.Sesuatu yang menakutkan... dan membahayakan.Karena saat Leonhart mencengkeramnya, saat napas mereka bertaut, Aurora tahu, pria ini bisa menghancurkannya.Dan mungkin... mungkin dia jug

    Last Updated : 2025-04-15
  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 6 - Kegelisahan Seorang D'Amico

    Setelah malam panas itu, keesokkan harinya Aurora kembali ke apartemen kecilnya untuk mengganti pakaiannya. Sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. ia pun duduk di tepi ranjang untuk melihat notifikasi apakah itu.Ia terdiam menatap layar ponselnya. Seseorang telah mentransfer sejumlah uang dalam nominal besar. Angka itu membuatnya nyaris terjatuh.Transfer masuk: $500.000Pengirim: Leonhart D’AmicoJantungnya berdentum hebat. Itu bukan mimpi. Bukan khayalan. Angka nol yang berderet itu nyata. Membanjiri rekeningnya dan menyulut satu hal yang sudah lama ia kubur dalam-dalam: harapan.Tanpa menunggu lama, Aurora segera meraih jaket dan tas kecilnya. Langkahnya menyusuri lorong apartemen sempit, lalu memanggil taksi ke rumah sakit tempat ibunya dirawat. Hari itu, ia hanya punya satu tujuan: menyelamatkan ibunya. Apapun caranya.Aurora langsung menuju rumah sakit di mana Ibunya dirawat. Tujuannya saat ini adalah loket administrasi. “Pembayaran diterima, Miss Smith.”Petugas administrasi

    Last Updated : 2025-05-02
  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 7 - Mobil Yang Bergoyang (18+)

    Saat tengah malam, Aurora berdiri di bawah cahaya lampu jalan yang remang, hoodie abu-abunya setengah menutupi wajah. Nafasnya berembus putih di udara malam yang dingin. Matanya menyapu jalan sepi, sampai lampu sorot mobil hitam muncul perlahan dari tikungan. Rolls Royce hitam itu berhenti tepat di depannya. Kaca jendela depan perlahan turun. “Masuk,” suara Leonhart terdengar tegas dari balik kemudi. Aurora menelan ludah. Ia masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara. Aroma kulit dan parfum mahal langsung membungkusnya. Mereka diam beberapa saat. Mobil melaju. Namun bukan ke arah pusat kota, juga bukan ke mansion Leonhart. Aurora mengerutkan kening. “Kita... mau ke mana?” Leonhart tak menjawab. Fokus pada jalan. Wajahnya gelap, rahangnya mengeras. Aurora menggigit bibir. “Aku—maaf soal tadi. Aku benar-benar harus menemani Ibu—” “Kenapa kau tak membalas pesanku seharian?” potong Leonhart, dingin. “Aku... sibuk. Di ruang operasi. Aku... aku takut mengganggumu dengan k

    Last Updated : 2025-05-05
  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 1 - Hampir Terjebak

    Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aurora, memaksa kepala wanita muda itu menoleh ke samping. Rasa panas segera menjalar di kulitnya, membuat matanya berkaca-kaca, tetapi dia menahan air matanya dengan segenap kekuatan. “Katakan sekali lagi!” seru seorang wanita bergaya edgy dengan riasan tebal—Emily Lorenz, suaranya tajam mengiris udara sore di dalam mansion megah itu. “Aku wanita yang merebut Ayahmu?! Hah?!” Aurora menahan napas, lidahnya hampir kelu. Tapi rasa sakit di pipinya kalah dibandingkan luka di hatinya. Ia mengangkat wajahnya, menatap Emily dengan mata penuh dendam. “Ya!” suaranya bergetar namun lantang. “Kau hanya selingkuhan Ayahku! Tapi kau mendapatkan segalanya! Aku... aku hanya minta sedikit bagianku... untuk operasi Ibuku!” Emily menghela napas panjang dengan ekspresi jijik. Ia berbalik sambil mengisap rokok di jemarinya, kemudian meniupkan asap ke langit-langit, seperti merendahkan Aurora hanya dengan keberadaannya. “Bahkan ibumu,” Emily menyer

    Last Updated : 2025-04-15
  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 2 - Malam Panas (18+)

    Di lantai tertinggi sebuah hotel mewah yang menghadap gemerlap Broadway, malam membeku dalam keabadian sunyi. Aurora terhuyung, napasnya berat, kulitnya seolah membara di bawah balutan kemeja tipis yang kini terasa terlalu panas. Matanya, setengah terpejam karena efek wine dan obat perangsang yang diminumnya. Seorang pria bertubuh tinggi, berjas gelap sempurna, dengan aura yang menggetarkan, menggendong tubuh mungil itu dalam pelukannya. Langkahnya mantap saat ia membaringkan Aurora di atas ranjang berseprai putih bersih, beraroma segar lavender dan kekayaan. Pria itu menatapnya sejenak, seolah ragu. Ia bukan pria yang bisa tidur dengan sembarang wanita. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari sana. Namun sebelum sempat menjauh, tangan mungil Aurora—gemetar, lemah, tapi penuh keputusasaan—meraih dasinya. Ia menariknya ke arah wajahnya, menghapus jarak di antara mereka hingga wajah mereka hanya tinggal beberapa senti. Mata mereka bertemu. Aurora bisa melihat dirinya sendir

    Last Updated : 2025-04-15

Latest chapter

  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 7 - Mobil Yang Bergoyang (18+)

    Saat tengah malam, Aurora berdiri di bawah cahaya lampu jalan yang remang, hoodie abu-abunya setengah menutupi wajah. Nafasnya berembus putih di udara malam yang dingin. Matanya menyapu jalan sepi, sampai lampu sorot mobil hitam muncul perlahan dari tikungan. Rolls Royce hitam itu berhenti tepat di depannya. Kaca jendela depan perlahan turun. “Masuk,” suara Leonhart terdengar tegas dari balik kemudi. Aurora menelan ludah. Ia masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara. Aroma kulit dan parfum mahal langsung membungkusnya. Mereka diam beberapa saat. Mobil melaju. Namun bukan ke arah pusat kota, juga bukan ke mansion Leonhart. Aurora mengerutkan kening. “Kita... mau ke mana?” Leonhart tak menjawab. Fokus pada jalan. Wajahnya gelap, rahangnya mengeras. Aurora menggigit bibir. “Aku—maaf soal tadi. Aku benar-benar harus menemani Ibu—” “Kenapa kau tak membalas pesanku seharian?” potong Leonhart, dingin. “Aku... sibuk. Di ruang operasi. Aku... aku takut mengganggumu dengan k

  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 6 - Kegelisahan Seorang D'Amico

    Setelah malam panas itu, keesokkan harinya Aurora kembali ke apartemen kecilnya untuk mengganti pakaiannya. Sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. ia pun duduk di tepi ranjang untuk melihat notifikasi apakah itu.Ia terdiam menatap layar ponselnya. Seseorang telah mentransfer sejumlah uang dalam nominal besar. Angka itu membuatnya nyaris terjatuh.Transfer masuk: $500.000Pengirim: Leonhart D’AmicoJantungnya berdentum hebat. Itu bukan mimpi. Bukan khayalan. Angka nol yang berderet itu nyata. Membanjiri rekeningnya dan menyulut satu hal yang sudah lama ia kubur dalam-dalam: harapan.Tanpa menunggu lama, Aurora segera meraih jaket dan tas kecilnya. Langkahnya menyusuri lorong apartemen sempit, lalu memanggil taksi ke rumah sakit tempat ibunya dirawat. Hari itu, ia hanya punya satu tujuan: menyelamatkan ibunya. Apapun caranya.Aurora langsung menuju rumah sakit di mana Ibunya dirawat. Tujuannya saat ini adalah loket administrasi. “Pembayaran diterima, Miss Smith.”Petugas administrasi

  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 5 - Ketagihan

    Ciuman itu liar, brutal, penuh amarah yang tak lagi bisa dibendung.Aurora membalas dengan semangat yang sama, menyalurkan semua dendam, keinginan, dan rasa sakit yang selama ini dia kubur.Tangan Leonhart menjalar ke pinggangnya, menariknya lebih dekat, seolah ingin menyatu dengan tubuhnya.Aurora melilitkan tangannya di leher pria itu, membalas ciumannya dengan gigitan kecil di bibir bawahnya yang membuat Leonhart menggeram rendah, liar.Mereka seolah kehilangan diri dalam badai gairah.Tangan Leonhart bergerak turun, mengusap garis pinggang Aurora, lalu mengangkat tubuhnya dengan mudah, menekan tubuh mungil itu di dinding. Aurora melilitkan kakinya di pinggang Leonhart.Dalam kepungan ciuman dan desahan, Aurora bisa merasakan... ini bukan hanya tentang hasrat.Ada sesuatu yang lebih dalam.Sesuatu yang menakutkan... dan membahayakan.Karena saat Leonhart mencengkeramnya, saat napas mereka bertaut, Aurora tahu, pria ini bisa menghancurkannya.Dan mungkin... mungkin dia jug

  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 4 - Godaan Dahsyat

    Leonhart D’Amico.Pria itu mengenakan setelan abu-abu gelap, dasinya hitam polos, rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, membingkai wajah yang begitu tampan namun dingin. Mata kelamnya mengangkat dari dokumen di tangannya dan bertemu langsung dengan mata Aurora.Untuk sesaat, dunia seolah membeku.Mata itu... mata yang sama yang menatapnya dalam kegelapan malam itu.Aurora bisa melihat kilatan keterkejutan di sorot mata pria itu. Sangat cepat, sangat samar, tapi nyata. Sebuah kerutan kecil muncul di antara alis Leonhart sebelum ia menghilangkannya secepat kilat, kembali ke ekspresi datar dan dingin.Aurora menggigit bibirnya. Dadanya bergemuruh liar.“Silakan duduk,” suara Leonhart terdengar rendah, serak, namun sangat terkontrol.Aurora duduk perlahan, menahan seluruh gemetar dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan tatapan pria itu membakar kulitnya, seolah menyayat semua lapisan ketenangannya.Leonhart meletakkan dokumen di mejanya, lalu menyandarkan punggung ke kursi dengan si

  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 3 - Pertemuan Kedua

    Aurora berdiri terpaku di depan kamar rawat inap. Napasnya terasa berat, seolah ada batu besar yang menghimpit dadanya. Dengan tangan gemetar, ia mendorong pintu dan melangkah masuk. Di atas ranjang rumah sakit yang serba putih itu, sosok Ibunya tampak jauh lebih kecil dan rapuh dibandingkan yang ia ingat. Selang infus menempel di tangan kurus itu, dan wajahnya yang pucat membuat Aurora merasa seolah dunia di sekitarnya runtuh perlahan. “Ibu...” bisik Aurora, suaranya bergetar. Sekuat tenaga ia menahan air mata yang hampir keluar. Sang Ibu membuka matanya perlahan, tersenyum lemah. “Aurora... kamu datang...” Aurora menggenggam tangan ibunya, membiarkan air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh juga. “Ibu... jangan khawatir soal biaya, ya. Aku... aku akan segera mendapatkannya,” katanya dengan suara parau, berusaha terdengar kuat walau hatinya remuk. Namun sang Ibu hanya menggeleng pelan, air mata menggenang di sudut matanya. “Nak... Ibu tidak mau jadi beban ka

  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 2 - Malam Panas (18+)

    Di lantai tertinggi sebuah hotel mewah yang menghadap gemerlap Broadway, malam membeku dalam keabadian sunyi. Aurora terhuyung, napasnya berat, kulitnya seolah membara di bawah balutan kemeja tipis yang kini terasa terlalu panas. Matanya, setengah terpejam karena efek wine dan obat perangsang yang diminumnya. Seorang pria bertubuh tinggi, berjas gelap sempurna, dengan aura yang menggetarkan, menggendong tubuh mungil itu dalam pelukannya. Langkahnya mantap saat ia membaringkan Aurora di atas ranjang berseprai putih bersih, beraroma segar lavender dan kekayaan. Pria itu menatapnya sejenak, seolah ragu. Ia bukan pria yang bisa tidur dengan sembarang wanita. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari sana. Namun sebelum sempat menjauh, tangan mungil Aurora—gemetar, lemah, tapi penuh keputusasaan—meraih dasinya. Ia menariknya ke arah wajahnya, menghapus jarak di antara mereka hingga wajah mereka hanya tinggal beberapa senti. Mata mereka bertemu. Aurora bisa melihat dirinya sendir

  • Wanita Pemuas Sang CEO   Bab 1 - Hampir Terjebak

    Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Aurora, memaksa kepala wanita muda itu menoleh ke samping. Rasa panas segera menjalar di kulitnya, membuat matanya berkaca-kaca, tetapi dia menahan air matanya dengan segenap kekuatan. “Katakan sekali lagi!” seru seorang wanita bergaya edgy dengan riasan tebal—Emily Lorenz, suaranya tajam mengiris udara sore di dalam mansion megah itu. “Aku wanita yang merebut Ayahmu?! Hah?!” Aurora menahan napas, lidahnya hampir kelu. Tapi rasa sakit di pipinya kalah dibandingkan luka di hatinya. Ia mengangkat wajahnya, menatap Emily dengan mata penuh dendam. “Ya!” suaranya bergetar namun lantang. “Kau hanya selingkuhan Ayahku! Tapi kau mendapatkan segalanya! Aku... aku hanya minta sedikit bagianku... untuk operasi Ibuku!” Emily menghela napas panjang dengan ekspresi jijik. Ia berbalik sambil mengisap rokok di jemarinya, kemudian meniupkan asap ke langit-langit, seperti merendahkan Aurora hanya dengan keberadaannya. “Bahkan ibumu,” Emily menyer

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status