Share

Wanita Penggoda sang CEO
Wanita Penggoda sang CEO
Author: mbak miss

Chapter 1. Pertemuan Pertama

"Hari ini kau ku pertemukan dengan putraku. Buat dia tertarik padamu, pikat dia dengan tubuhmu. Paham?" Mutia berkata dengan penuh penekanan.

Seorang wanita muda hanya mengangguk saja, meski dia tidak tahu pasti apa alasan dibalik permintaan wanita itu. Bahkan, dia sempat tak habis pikir, bagaimana bisa seorang ibu meminta wanita lain untuk menggoda putranya sendiri. Waraskah ibu ini? Atau dia seorang ibu tiri, yang berusaha menjebak anak tirinya untuk menguasai hartanya? Seperti sinetron-sinetron yang pernah dia tonton. Berbagai pertanyaan berkelebat dalam benaknya.

Akan tetapi apapun alasannya, dia tidak peduli. Yang ia pedulikan hanya uang. Karena saat ini, itu yang ia butuhkan agar semua masalahnya segera terselesaikan.

Keduanya berjalan beriringan memasuki sebuah gedung megah, bertuliskan WBS GROUP.

Seorang wanita paruh baya berpenampilan elegan, sangat menunjukkan jika dia seorang wanita dari kelas sosial tinggi, sedangkan satunya lagi wanita muda berpenampilan seksi mengenakan mini dress berwarna merah terang, dengan belahan bukit barisan yang terpampang jelas. Riasan tebal, bibir merah menyala seolah melengkapi penampilan seksi wanita itu.

Dialah Andrina Anastasya, gadis berusia 21 tahun. Yang bersedia menjalankan misi dari Mutia Wibisono. Misi, dimana ia harus menggoda putra wanita itu hingga masuk dalam perangkapnya.

Mutia menawarkan iming-iming sejumlah uang yang sangat besar, jika dia berhasil. Andrina yang tengah dilanda masalah keuangan pun tanpa ragu menerimanya.

"Kita sampai. Persiapkan dirimu!" titah Mutia, ketika mereka berada di lantai tertinggi gedung itu.

Andrina mengangguk mantap.

Tangan tua itu mulai memutar knop pintu, terpampanglah sebuah ruangan yang membuat Andrina berdecak kagum. Ruangan luas dengan interior mewah, yang di desain dengan gaya klasik Eropa.

"Berapa banyak harta anak ibu ini. Pasti dia sangat kaya. Pantas saja ibu ini ingin menjebak laki-laki itu. Hartanya saja tidak akan habis dimakan tujuh turunan," gumam Andrina masih dengan asumsinya sendiri.

"Ikuti langkahku. Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu." Suara Mutia berhasil memecah kekaguman wanita itu.

Mutia mengajaknya ke sebuah ruangan mirip kamar pribadi yang membuat gadis itu menelan ludah kasar.

"Apakah misinya dilakukan hari ini juga?'' tanyanya dalam hati.

Saat sampai di depan ruangan itu, Andrina bisa mendengar suara aneh dari dalam sana. Suara mirip desah*n dan erang*n saling bersahutan.

Ceklek

Pintu terbuka, Andrina menutup mulutnya tak percaya ketika melihat pemandangan yang baru pertama kali dia saksikan dalam hidupnya, meski tidak terlalu jelas karena berada di balik sebuah pintu. Namun, dia tahu pasti apa yang dilakukan kedua orang itu di dalam sana.

Dua orang tengah memadu kasih dengan mesra. Suasana pagi yang seharusnya dingin menjadi panas akibat ulah mereka. Hubungan mereka terlihat begitu intim.

Dialah Gavindra Wibisono, seorang CEO di perusahaan WBS Group, tengah melakukan hubungan terlarang dengan pasangannya.

Andrina tak bisa lagi menahan mualnya, dia segera keluar untuk memuntahkan semua isi di dalam perutnya.

"Bagaimana, kau ingin lanjut atau berhenti?" tanya Mutia pada gadis yang masih berusaha mengeluarkan isi perutnya.

"Kalau kau berhenti, maka otomatis semua penawaranku juga batal. Dan masalahmu tidak akan pernah terselesaikan."

Ucapan wanita tua itu, benar-benar membuat Andrina bimbang. Ingin sekali dia berhenti sebelum terlanjur basah. Tapi, semua masalahnya seakan menjadi alarm pengingat di kepalanya.

"Saya lanjutkan," putus Andrina setelah memikirkan semua matang-matang.

Mutia tersenyum tipis mendengarnya. "Bagus! Aku suka gadis konsisten sepertimu."

"Segera selesaikan urusanmu. Aku akan memergoki dua cecunguk itu. Dan kau masuk setelah mendengar kode dariku. Paham, Gadis Muda?"

Andrina hanya mengangguk, karena perutnya terasa seperti diaduk-aduk setiap kali mengingat peristiwa beberapa menit lalu.

----------------

Di dalam ruangan....

"Astaga, Gavin!'' Pekikan Wanita paruh baya menghentikan aktifitas panas mereka.

Terdengar decakan pelan dari bibir mungil seseorang yang bersama Gavin karena suara itu sangat mengganggu sebelum mereka mencapai puncaknya.

''Ada apa, Mommy pagi-pagi sudah kemari?'' tanya Gavin.

Dengan santainya, dia memakai kembali pakaiannya di depan sang ibu, seolah tidak terjadi apa-apa.

''Ini salah, Gavin. Kamu tidak boleh seperti ini terus. Mommy lebih senang, kalau kamu berhubungan dengan wanita di Club malam daripada dengannya,'' keluh Mutia dengan menunjuk tepat di depan wajah seseorang.

Wanita itu melirik sinis seseorang di depannya.

''Ih, Mommy jahat,'' ucap orang itu dengan manja.

Dialah Erickson Liem, seorang CEO salah satu perusahaan yang menjalin hubungan terlarang dengan Gavin. Sebenarnya, Erick tidaklah seperti itu. Saat berhadapan dengan orang lain, ia akan bersikap seperti laki-laki normal pada umumnya, tegas dan berwibawa. Terlebih di depan rekan bisnisnya. Hanya saja, sifat gemulainya akan kambuh, jika berhadapan dengan sang kekasih hati, Gavin.

''Diam kamu!'' bentak Mutia.

Malas meladeni wanita tua itu, Erick memilih masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

''Mommy ada urusan apa kemari? Sebaiknya, mommy pulang, jika cuma marah-marah disini,'' kata Gavin dengan datar.

''Keterlaluan kamu, Gavin! Kamu mengusir ibumu sendiri, hanya demi dia,'' geram Mutia.

Mutia mencoba mengatur nafasnya beberapa kali, untuk menetralisir amarah dalam dadanya.

"Mommy membawa seseorang. Mommy dengar kamu sedang mencari sekretaris," ucap Mutia dengan nada dibuat sehalus mungkin, agar putranya luluh.

Gavin hanya menanggapi dengan wajah datar.

Mutia menepuk tangannya tiga kali.

Masuklah, Andrina dengan pakaian kekurangan bahannya.

"Hai...," sapa wanita itu.

Dia mengerlingkan sebelah matanya ke arah Gavin.

Tak dapat dipungkiri, Gavin sangatlah tampan. Otot-otot tubuhnya terpahat sempurna. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, membayangkan bagaimana, jika tangannya menyentuh tubuh kekar itu. Terlihat sangat liat dan menggair*hkan. Matanya, tertuju pada bibir Gavin yang terlihat begitu menggoda. Bagaimana, jika bibir itu menyentuh lembut permukaan bibi*nya.

Namun sejurus kemudian, bayangan peristiwa tadi, berkelebat dalam ingatannya. Andrina berusaha menyadarkan diri dari segala pikiran kotor yang bersarang dalam otaknya. Seketika kekagumannya sirna setelah mengetahui sebuah kenyataan, bahwa pria di hadapannya seorang Gay.

"Siapa dia, Mom?" tanya Gavin dengan memperhatikan intens wanita di depannya.

"Perkenalkan dirimu," titah Mutia.

"Baik, Nyonya."

Andrina maju selangkah mendekati Gavin.

"Perkenalkan nama saya Andrina Anastasya. Saya ditugaskan oleh Nyonya Mutia untuk menjadi sekretaris pribadi Anda," kata Andrina dengan nada sensual.

Sebagai salam perkenalan, Andrina menyentuh tangan kekar pria itu.

"Bagaimana cantik dan seksi, bukan?" Mutia bertanya pada putranya.

"Buat apa cantik? Jika otaknya tidak memadai. Yang kubutuhkan sekretaris cerdas. Bukan sekretaris yang pamer tubuh," sarkas Gavin dengan pedasnya.

Andrina dibuat menganga mendengar itu, tangannya terkepal kuat. "Si*l! Belum apa-apa dia sudah meremehkanku," makinya dalam hati.

"Lepaskan tanganku! Jangan pernah kau ulangi perbuatanmu ini, jika ingin diterima bekerja disini." Gavin menarik paksa tangannya yang berada di genggaman tangan lembut Andrina, lalu berlalu begitu saja ke dalam kamar mandi untuk membersikan diri

"Siapa kau?" tanya Erick yang baru selesai dengan urusannya.

Pria itu tampak lebih segar dari sebelumnya, dan ketampanannya semakin terpancar.

"Perkenalkan, saya Andrina sekertaris baru Tuan Gavin." Andrina kembali memperkenalkan diri.

Erick memindai penampilan wanita itu dari atas sampai bawah. Matanya menyorot tajam kearah wanita itu. Andai dia pria normal, mungkin dia sudah tertarik dengan kemolekan tubuh wanita di hadapannya.

"Apa kau tidak punya pakaian yang lebih layak dari ini?" tanya Erick memandang sinis Andrina.

"Memangnya kenapa dengan pakaian saya?"Andrina bertanya dengan tampang polosnya.

"Kau seperti ingin menjajakan tubuhmu," kata Erick dengan sinis.

Bohong, jika Andrina tak sakit hati mendengar hinaan itu, bahkan dia tak mendapat pembelaan sedikitpun dari Mutia. Justru wanita tua itu, dengan santainya melenggang pergi meninggalkan dirinya berdua bersama pria itu.

Andrina menghela nafas pasrah. Terpaksa, dia harus menyelesaikan semua ini sendiri.

"Apa Anda takut tersaingi, Tuan?"

Wanita itu menyeringai ketika melihat wajah kesal pria bermata sipit itu.

"Jangan bermimpi kau akan merebut Gavin dariku," kecam Erick.

"Oh, ya? Kalau saya berhasil, bagaimana?" tanya Andrina yang seolah menantang pria itu.

"Tak'kan ku biarkan itu terjadi!" tegas Erick menunjuk wajah Andrina.

"Mari, kita buktikan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status