Beranda / Romansa / Wanita Penggoda sang CEO / Chapter 5. Kilas Balik (Penawaran Menggiurkan)

Share

Chapter 5. Kilas Balik (Penawaran Menggiurkan)

Penulis: mbak miss
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-26 13:16:18

''Aku harus bagaimana, Tuhan. Aku sedang butuh uang banyak, kebutuhanku mendesak. Tapi bagaimana caraku mendapatkannya? Tolong beri aku petunjuk," gumamnya dengan frustasi

Andrina memutuskan berhenti di sebuah taman untuk merenung sendirian, memikirkan barbagai macam masalah dan cara menyelesaikan secepat mungkin. Saat ini pikirannya benar-benar buntu. Dia tidak memegang uang sama sekali, di dalam dompetnya hanya tersisa uang berwarna hijau untuk uang saku adiknya besok.

Dia juga tidak tahu harus meminjam uang kepada siapa karena kebanyakan teman-temannya juga seperti dirinya. Hanya sebagai pegawai biasa yang mempunyai segudang kebutuhan. Untuk kembali meminjam uang kepada rentenir bukanlah solusi yang tepat. Dia tidak ingin hutangnya semakin menumpuk.

''Aku bisa membantumu, Wanita Muda."

Andrina mengalihkan perhatian ketika mendengar suara wanita yang berasal dari arah sampingnya.

''Anda siapa?'' tanya andrina dengan memindai penampilan wanita itu dari atas sampai bawah.

Semua yang dia pakai terlihat elegan dan mewah, sangat menunjukkan jika wanita itu bukanlah dari kalangan rakyat biasa.

''Aku bisa membantumu keluar dari masalahmu ...."

''Aku bersedia memberimu uang yang kau butuhkan, saat ini juga. Dengan syarat kau harus menerima misi dariku," ucap wanita baya itu.

''Misi apa, Nyonya?"

''Menggoda putraku," jawabnya singkat dengan gaya angkuhnya.

Andrina menganga tak percaya mendengar ucapan yang keluar dari mulut wanita paruh baya itu. Bagaimana mungkin seorang ibu meminta seorang wanita yang tidak dikenal untuk menggoda putranya sendiri.

''Apa Anda serius, Nyonya?'' Dia bertanya untuk memastikan.

''Apa wajahku ini terlihat jika aku sedang bercanda?" Wanita itu balik bertanya.

Andrina terbungkam, sepertinya dia salah bicara.

''Bagaimana? Apa kau bersedia?''

Andrina bimbang antara iya dan tidak. Ingin menolak namun semua masalah kembali berkelebat di dalam ingatannya, sedangkan tawaran wanita itu sangat menggiurkan. Di tambah, Mutia memamerkan segepok uang di hadapannya.

''Baik saya bersedia. Asal nyonya menepati ucapan, Nyonya."

Dia tidak sadar, jika keputusannya akan membawa dirinya terjerumus ke dalam sebuah lubang yang sangat dalam hingga mungkin ia tidak akan pernah bisa keluar dari lubang tersebut.

Mutia menyeringai senang mendengarnya.

''Berapa yang kau butuhkan? katakan!''

''Ti-tiga puluh ju-juta," jawabnya gugup.

''Aku akan memberimu secara cuma-cuma. Uang ini akan resmi menjadi milikmu seutuhnya. Anggap saja itu sebagai uang muka. Asal...." Mutia menggantung ucapannya.

''Asal apa, Nyonya?"

''Kau harus menuruti semua perintahku."

Andrina terdiam, memikirkan ulang tawaran itu.

''Aku tidak memaksamu. Semua keputusan aku serahkan sepenuhnya kepadamu. Tapi satu hal yang harus kamu ingat. Setelah kau menerima misi ini, kau tidak akan pernah bisa mundur. Jika kau menolak, otomatis uang ini juga batal menjadi milikmu." Wanita baya itu kembali berucap ketika melihat keraguan pada gadis itu.

Dia berusaha mempengaruhi pikirannya agar Andrina mau menerima misinya.

''Baik, aku terima," ucapnya mantap.

Tuntutan masalah tidak bisa membuat wanita itu berfikir jernih. Yang ada dalam pikirannya hanya mendapatkan uang banyak segera.

''Bagus, aku suka sikap tegasmu." Wanita baya itu tampak tersenyum puas.

''Ini untukmu. Besok pukul enam pagi temui asisitenku di tempat ini. Dia akan menunjukkan apa saja yang harus kau kerjakan." Mutia menyerahkan amplop tebak yang sedari tadi berada dalam kuasanya.

''Tapi, saya harus bekerja, Nyonya," sela Andrina cepat.

''Dimana kau bekerja?"

''Bank Konvensional yang ada di Pusat Kota" Andrina menyebut tempat kerjanya.

''Freddy, urus semuanya!"

Seolah paham maksud atasannya, pria bernama Freddy itu langnsug mengangguk.

"Siap, Nyonya."

Andrina merasa penasaran apa yang akan dilakukan pria itu. Ingin bertanya, namun suara Mutia berhasil meredam niatnya.

''Kau dengar, dia akan mengurus semuanya. Jadi, tidak ada alasan lagi bagimu untuk menolak."

''Baiklah, Nyonya."

----------------

Keesokan paginya, Andrina benar-benar menepati janjinya. Ternyata, asisten wanita itu telah membuat surat pengunduran diri untuknya. Dia dibawa ke sebuah tempat, dimana dia akan diajari berbagai macam hal mengenai ilmu bisnis dan ilmu non-bisnis. Beruntung, dia termasuk wanita yang cerdas dan semua yang diajarkan pernah ia pelajari semasa sekolah dulu. Jadi, bukan hal sulit baginya.

''Bagaimana, Freddy?" Mutia menanyakan mengenai perkembangan Andrina.

''Sangat memuaskan, Nyonya. Dia gadis yang cerdas. Saya hanya memberi penjelasan singkat, dia langsung memahaminya."

Mutia tersenyum puas ternyata pilihannya tidaklah salah dan pada waktu yang tepat.

Semalam, dia tidak sengaja melihat gadis itu tengah di hadang tiga orang pria yang tengah menagih hutang padanya. Saat itu juga, dia mempunyai pemikiran jika dia wanita yang tepat yang dia cari untuk menjalankan rencana menyadarkan putranya.

Dia rela membuntuti kemana pun langkah gadis itu untuk memastikan jika dia benar-benar tengah tertimpa masalah berat.

''Pilihanku tidak salah, Freddy. Kita mulai besok pagi. Sekarang, panggil dia kemari," titah Mutia.

''Baik, Nyonya."

Tanpa menunggu lama, gadis itu sudah ada di hadapan Mutia.

''Ini semua untukmu." Mutia menyodorkan beberapa papper bag ke hadapan gadis itu.

''Ini apa, Nyonya?"

''Bukalah!"

Andrina mulai membuka satu persatu tas kertas yang ada di depannya. Dia tidak percaya ketika melihat semua isinya.

''Ini tidak salah, Nyonya? Kenapa semuanya pakaian seperti ini?"

''Itu pakaian yang harus kau pakai selama kau menjalankan misi," jawab Mutia dengan nada dingin.

''Tapi ini seperti--"

''Wanita malam." Mutia menyela ucapan gadis itu.

Andrina mengangguk pelan.

''Memang itu tujuanku. Menjadikanmu wanita seperti itu di hadapan putraku agar dia benar-benar tertarik dengan tubuh indahmu."

Andrina terkesiap mendengarnya. Mutia tidak mengatakan hal ini sejak semalam. Jika seperti ini, ingin rasanya dia membatalkan semuanya. Kenapa dia tidak berpikiran sampai kesana.

"Kalau kau mundur kau harus mengembalikan uang yang kuberikan kepadamu, saat ini juga. Aku tau kau masih punya tanggungan hutang pada rentenir tua itu. Dan sisanya kau pergunakan untuk menebus obat ayahmu dan biaya sekolah adikmu."

''Bagaimana Anda bisa tau semuanya? Apa Anda mengintai saya? Apa Anda mengikuti semua gerak-gerik saya?" cecar Andrina dengan nada pelan penuh penekanan.

Mutia tertawa sumbang melihat kepolosan gadis yang ada di hadapannya. "Sangat mudah bagiku untuk mengetahui semua tentangmu hanya dalam satu malam."

''Pikirkan baik-baik, sekarang kau sudah tidak memiliki pekerjaan. Kebutuhanmu masih sangat banyak. Dari mana kau akan mendapatkan uang jika tidak bekerja, sedangkan mencari pekerjaan tidaklah mudah, betul bukan?"

''Renungkan semuanya baik-baik. Mumpung belum terlanjur, kau bisa mundur. Tapi kau juga harus mengembalikan uang dariku dalam waktu dekat. Aku anggap kau telah ingkar akan janjimu, otomatis perjanjian mengenai uang itu juga batal."

Mutia terus mempengaruhi pikiran gadis itu, bagaimana pun juga Andrina harus benar-benar masuk dalam perangkapnya dengan sukarela.

''Baiklah, saya maju," jawab Andrina pasrah.

''Katakan sekali lagi, aku tidak mendengar suaramu, Andrina."

''Saya akan melanjutkan misi ini," tegasnya dengan suara lantang.

Mutia tersenyum puas, taktiknya berhasil. Gadis itu benar-benar masuk dalam perangkapnya.

''Setelah ini kau tidak akan bisa mundur lagi, Paham!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 27. Di mana Gavin?

    Setelah mendatangi apartemen yang kini menjadi hak milik Andrina, Erick melajukan mobilnya menuju ke kediaman mewah Mutia. Bukan hal sulit baginya untuk masuk ke sana. Karena sebelum hubungan terlarangnya bersama Gavin terbongkar, dia sering bertandang ke kediaman mewah itu."Gavin! Gavin! Keluar kamu!" Suara bass Erick menggema di ruang utama.Pria itu terus berteriak memanggil nama Gavin, berharap pria itu segera menunjukkan batang hidungnya."Gavin, keluar! Aku tau kamu di dalam!""Keluarlah! Aku ingin bicara.""Gavin!"Teriakan itu berhasil mengusik ketenangan Mutia yang tengah bersantai di gazebo samping rumah. Wanita paruh baya itu berdecak kesal sembari meletakkan kasar majalah yang sejak tadi menjadi temannya."Anak ini kalau dibiarkan akan semakin menjadi."Mutia segera beranjak untuk menghampiri sumber keributan yang ada di rumahnya."Heh, apa kamu gak pernah diajari sopan santun!" hardik Mutia, "masuk rumah orang bukannya salam malah teriak-teriak macam orang gila, ini ruma

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Seperti Simpanan Pria Kaya

    "Tuan ... Tolong dengarkan saya dulu!" Andrina terus mengekor kemanapun Gavin melangkah. Dia berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya mengenai peristiwa malam itu."Jangan seperti ini! Saya minta waktu Anda semenit saja.""Saya mohon, Tuan."Akan tetapi, Gavin seakan menulikan telinga. Pria itu justru sibuk berkemas memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper daripada menanggapi ucapan wanita itu."Tuan, tolong jangan pergi! Dengarkan saya dulu.""Tuan, malam itu—"Andrina meneguk ludah kasar saat mendapat tatapan tajam dari Gavin. Nyalinya mendadak ciut saat merasakan aura mencekam di hadapannya. Namun, wanita itu tak ingin menyerah begitu saja tekadnya sudah kuat untuk memberitahu kejadian yang sebenarnya."Malam itu ... saya—""Diam, Andrina! Atau ‘ku robek mulutmu," gertak Gavin.Dia benar-benar tidak ingin diingatkan dengan peristiwa malam sialan itu. Akibat kejadian itu, dia telah mengkhianati Eric

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Remuk Redam

    "Tuan, sadar! Tolong, jangan seperti ini! Ini tidak benar." Andrina berteriak berusaha menjauhkan tangan Gavin yang membelit erat tubuhnya.Gadis itu berusaha menjauhkan wajahnya dari serangan bibir atasannya. Gavin seperti orang kesetanan yang ingin melahap habis dirinya."Tuan Gavin, sadar! Tolong lepaskan saya!" "Tubuhmu wangi, Andrina. Aku suka," ucapnya lirih mirip seperti suara desahan."Anda kenapa? Kenapa jadi seperti ini? Aku mohon, lepaskan aku! Hiks ... Hiks...."Wanita itu meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari kungkungan atasannya. Air mata mulai mengenang di kedua matanya.Namun, semakin dia berusaha keras memberontak semakin membuat naluri Gavin tertantang. Pria itu justru membenturkan tubuh mungil sang sekretaris ke sebuah dinding, lalu menyerangnya dengan brutal, bahkan tidak mengindahkan permohonan Andrina yang meminta dilepaskan."Tuan, hentikan!" seru Andrina yang mulai kewalahan menghadapi serangan atasannya.Air mata lolos begitu saja ketika Gavin mula

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 24. Melaksanakan Rencana

    "Ingat! Selalu didekatku, jangan jauh-jauh!" bisik Gavin ketika mereka hendak memasuki lobby hotel bintang lima.Andrina mengangguk tanda paham."Usir setiap wanita yang mendekatiku! Terserah bagaimanapun caranya, aku tidak peduli.""Baik, Tuan."Keduanya terus berjalan hingga memasuki sebuah ruangan luas tempat acara diadakan. Suasana ballroom sangat meriah, alunan musik mengalun merdu menyapa pendengaran sepasang bos dan sekretaris itu. Si empu acara tampak menyapa satu per satu tamunya didampingi pasangannya, termasuk menyapa Gavin dan Andrina. Senyum ramah tak pernah pudar dari keduanya."Selamat datang, Gavin! Lama aku tidak melihatmu. Kau sudah sebesar dan setampan ini," seru Tuan Rendra seraya menepuk pelan kedua lengan pria itu.Gavin tersenyum tipis menanggapi. "Bagaimana kabar Mutia? Aku juga lama tak jumpa dengan mommy-mu." Giliran istri Tuan Rendra yang bertanya.Semua itu hanya basa-basi belaka. Sesungguhnya, wanita itu juga sudah mengetahui rencana istri almarhum sahaba

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 23. Rencana Tidak Berlaku

    "Apa kau pikir aku jatuh hati padamu?"Wanita itu semakin merapatkan tubuhnya pada pintu ketika melihat Gavin bergerak pelan mendekatinya. Sungguh hatinya merasa ketar-ketir saat ini."Katakan, Andrina!" bisik Gavin yang sudah menghimpit tubuhnya, bahkan gadis itu harus menahan nafas karena sapuan hangat nafas pria itu menerpa kulit wajahnya."Ma-maaf atas kelancangan saya, Tu-tuan. Bisakah Anda menyingkir?" Kedua tangan wanita itu menahan dada bidang yang hendak menempel pada tubuhnya."Tatap aku dan jawab pertanyaanku!"Seakan dihipnotis, Andrina menuruti perintah atasannya. Tatapannya terpaku pada manik coklat yang sejak tadi menatap lekat ke arahnya. Percayalah! Ritme jantungnya semakin tidak terkontrol."Apa kau pikir kau pikir, aku jatuh hati padamu?" Gavin mengulang pertanyaannya."Jawab saja! Aku butuh jawabanmu."Andrina mengangguk pelan. Dia refleks menutup mata saat melihat Gavin semakin memangkas jarak. Ingin rasanya, dia terlepas dari posisi ini, tetapi kenapa kakinya ter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 22. Rencana Terselubung

    "Datanglah ke acara ini!" Mutia menyodorkan sebuah undangan ke hadapan putranya.Gavin tampak melirik sekilas, tidak niatan sedikitpun untuk meraih apalagi menyentuh undangan itu."Kenapa bukan mommy saja? Biasanya mommy yang antusias mendatangi acara-acara seperti itu.""Mommy ada acara di waktu yang sama Gavin! bisa, tidak? Sekali ini saja ... Turuti mommy. Kalau mommy tidak ada halangan, mom tidak akan repot-repot menemuinmu," sahut Mutia dengan menahan kekesalannya."Ya kalau mom ada halangan, mom tidak usah hadir, gitu aja kok repot," sahut Gavin seraya menunjuk dagu undangan di depannya."Jika si pemilik acara bukan sahabat baik daddy-mu, mommy tidak akan sebingung ini. Dia termasuk orang yang berjasa untuk perusahaan ini.""Jika tidak ada dia, mungkin perusahaan ini sudah gulung tikar puluhan tahun lalu. Sebab daddy-mu lebih sibuk mengurus wanita itu daripada bisnisnya," sambungnya."Jangan pernah menyebut dua keparat itu di depanku, meskipun mereka sudah mati rasa benciku tida

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status