Home / Romansa / Wanita Penggoda sang CEO / Chapter 6. Masalah yang Belum Usai

Share

Chapter 6. Masalah yang Belum Usai

Author: mbak miss
last update Last Updated: 2022-11-29 00:36:44

"Kak, Na ... Lihat! Ibu-ibu yang pernah datang kesini waktu itu mengirim banyak bahan makanan dan beberapa hadiah untukku kita." Suara riang adiknya menyapa indra pendengaran Andrina ketika memasuki rumah.

Netranya melirik beberapa pepper bag yang berjajar di atas meja, sedangkan tak jauh darinya ada beberapa bahan makan lengkap yang tertata rapi di lantai.

"Lihat ini, bajunya bagus, 'kan, Kak Na? Ini salah satu kaos dan sepatu impianku. Teman-temanku banyak yang punya. Akhirnya, aku punya sepatu ini." Andhika menunjukkan pakaian dan sepatu yang tengah dia pakai.

Binar kebahagiaan tergambar jelas di wajah pemuda itu saat mendapat kedua benda incarannya.

Andrina masih tidak percaya dengan apa yang dia dilihat saat ini. Pasalnya, baru beberapa menit yang lalu dia bersitegang dengan wanita tua itu. Tapi, untuk apa sekarang dia mengirimkan semua ini. Apa ini semacam sogokan, batinnya menerka-nerka. Namun, dia bersyukur bisa melihat kebahagiaan yang tepancar dari wajah adiknya. Sudah lama, dia tidak melihat Andhika sebahagia itu.

"Kak Na, kenapa ibu itu sangat baik pada kita ya? Ini semua barang-barang mahal, pasti uangnya sangat banyak." Andhika terus saja berceloteh memuji kebaikan Mutia tanpa ia tahu jika semua ini harus dibayar mahal oleh sang kakak.

"Andai kamu tau, Dhik. Kebaikan wanita itu memiliki maksud terselubung," batin Andrina.

"Sebenarnya, kakak pernah melakukan apa untuk ibu itu? Kok sampai segitunya dia membalas kebaikan kakak," tanya Andhika yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Emmm, itu ... Itu ..." Gadis itu bingung harus menjawab apa, tidak mungkin dia jujur mengenai keadaan sebenarnya.

"Ka-kakak pernah me-menolongnya dari preman. Ya ... Menolongnya dari preman yang ingin merampoknya," kata Andrina dengan tergagap.

Dia berusaha bersikap biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan pada adiknya mengenai rahasia yang ia sembunyikan.

"Preman?"

"Kamu ingat malam itu, sewaktu kakak pamit mencari obat buat bapak? Pada saat pulang, kakak tidak sengaja bertemu dengannya di gang sempit dekat pasar. Ada tiga preman yang ingin merampok ibu itu. Tanpa pikir panjang, kakak langsung berteriak minta tolong. Dan berhasil, para preman itu kabur karena takut kena amuk warga," tuturnya panjang lebar untuk melengkapi dustanya.

"Ooo, begitu. Pantas ibu ini sangat berterima kasih pada kakak. Kakak sudah menyelamatkan nyawanya."

Ada ribuan rasa bersalah di hati Andrina setelah mengatakan itu. Untuk kesekian kali, dia harus berbohong pada keluarganya. Memang benar kata pepatah, jika kita berbohong satu kali maka akan timbul kebohongan lain untuk menutupi kebohongan itu.

"Bapak mana?" Wanita itu menoleh ke sana kemari. namun, tidak menemukan keberadaan ayahnya di ruangan itu.

"Mungkin istirahat di kamar," jawab Dhika cuek sembari membuka satu per satu papper bag yang belum terjamah oleh tangannya.

"Kamu sudah pastikan bapak minum obat?"

"Su ... Astaga! Aku lupa," pekik Dhika ketika teringat akan tugasnya.

"Kamu gimana, sih? Bapak 'kan harus minum obat tepat waktu." Andrina menggeplak kesal lengan adiknya.

"Ya maaf ... Namanya juga lupa," kata Andhika merasa bersalah sembari mengusap lengannya yang terasa panas akibat tepukan tangan lembut sang kakak.

Andrina mengabaikan permintaan maaf adiknya. Gadis itu memilih berlalu menuju kamar ayahnya.

Beberapa menit kemudian terdengar lengkingan keras suara Andrina dari kamar itu. Yang membuat Andhika segera menghampiri asal suara.

"BAPAK!"

____________

"Kondisi Pak Sandi sangat mengkhawatirkan. Beliau harus dirawat secara intensif."

"Apa dirawat, Dok?!" Andrina tak dapat menutupi rasa terkejutnya. Dia masih tidak percaya mendengar penuturan dokter.

"Apa Pak Sandi pernah terlambat meminum obat?"

"Pernah, Dok," jawab Andrina sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Sangat disayangkan. Kondisi seperti Pak Sandi tidak boleh terlambat menjalani pengobatan, karena bisa jadi bakteri yang menyerang organ beliau akan kebal terhadap obat."

Andrina menegang di tempat. Dia tidak menyangka kelalaiannya waktu itu bisa berakibat fatal untuk kondisi sang ayah.

Dua minggu yang lalu, ia sempat telat menebus obat karena kesibukannya menjadi sekretaris sangat menyita waktu, ditambah fokusnya yang terbagi dengan misinya. Dia juga lupa untuk meminta tolong Andhika untuk hal itu.

Setelah kepergian dokter, Andrina terduduk lemas di kursi tunggu yang tak jauh darinya. Seketika, rasa pening di kepala menghampiri. Uang dalam tabungannya sudah menipis setelah dibuat membayar cicilan hutang pada rentenir yang tak kunjung usai. Dia berpikir keras bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah ini.

"Permisi, Nona."

Perhatian gadis itu teralih ketika seorang suster menghampiri.

"Iya, Sus."

"Tolong, segera selesaikan administrasinya, Nona. Agar pasien segera mendapat penanganan." Seorang wanita berseragam putih menyerahkan sebuah amplop pada Andrina.

Tanpa menunggu lama, gadis itu segera membuka amplop tersebut. Matanya terbelalak ketika melihat nominal yang tertera.

"Kenapa sebanyak ini?" batinnya dengan mata meneliti rincian diatas nominal, berharap ada yang salah.

"Ditabungan hanya tersisa setengahnya. Dari mana aku bisa mendapatkan sisanya?" gumamnya dalam hati.

"Mohon disegerakan ya, Nona. Pasien harus segera di tangani," desak suster dengan nada lembutnya ketika tak mendapat respon apapun dari wanita di depannya.

Andrina memejamkan mata sejenak, kemudian menghembuskan nafas kasar.

"Baik, saya akan membayar setengahnya terlebih dulu, sisanya menyusul."

"Baik. Silahkan ke tempat administrasi untuk melakukan pembayaran."

"Baik, Sus."

Andrina segera mengikuti langkah suster itu untuk mengurus administrasi perawatan ayahnya. Persetan dengan sisa, Andrina bisa memikirkan nanti.

_______

Dia menatap nanar benda tipis di tangannya. Saldo yang tersisa hanya satu digit dengan lima angka nol di belakangnya.

"Sekarang, aku harus bagaimana? Menunggu gaji sekretaris masih lama. Masa aku harus pinjam uang lagi pada tua bangka itu. Bisa kesenangan dia, uangnya aku pinjam terus. Bisa-bisa, dia semakin getol memerasku," gumamnya dengan mondar-mandir ke sana kemari layaknya setrikaan.

Sedetik kemudian, terlintas satu nama dalam otaknya. Seseorang yang bisa membantunya keluar dari masalah ini. Nyonya Mutia.

"Kak Na, bagaimana kondisi bapak?" Andhika menghampiri dengan nafas tersengal karena dia habis berlari menuju tempat ini.

"Bapak harus dirawat. Jaga bapak! Jangan kemana-mana sebelum kakak kembali." Andrina berpesan sebelum pergi.

" Kakak mau kemana?"

"Ada urusan. Kaliau sudah selesai, Kakak akan segera kembali."

Andrina melenggang pergi begitu saja dengan ponsel yang menempel di telinga.

"Hallo, Nyonya."

"...."

"Bisa kita bertemu?"

Di seberang sana, Mutia memberitahu lokasi pertemuan mereka.

"Baik, saya segera kesana."

_______

"Aku tidak menyangka keputusanmu akan secepat ini, Andrina. Hanya berselang beberapa jam," cibir Mutia.

"Saya terpaksa demi ayah saya. Ayah saya masuk rumah sakit dan saya butuh biaya banyak, Nyonya," papar Andrina dengan menundukkan kepala.

Keberanian beberapa waktu yang lalu, seolah hilang ditelan bumi.

Mutia hanya terkekeh sinis. "Berapa yang kau minta?"

Andrina segera menyebut nominal yang ia butuhkan.

"Setelah aku mengirim uang ini ke rekeningmu. Kau harus siap menjalankan rencana kedua."

Gadis itu menghembuskan nafas kasar. "Lagi-lagi dengan syarat. Apa wanita ini tak pernah hidup susah. Suka sekali mempermainkan hidup orang miskin," batinnya kesal.

"Baik, Nyonya. Apapun yang Anda perintahkan akan saya lakukan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 27. Di mana Gavin?

    Setelah mendatangi apartemen yang kini menjadi hak milik Andrina, Erick melajukan mobilnya menuju ke kediaman mewah Mutia. Bukan hal sulit baginya untuk masuk ke sana. Karena sebelum hubungan terlarangnya bersama Gavin terbongkar, dia sering bertandang ke kediaman mewah itu."Gavin! Gavin! Keluar kamu!" Suara bass Erick menggema di ruang utama.Pria itu terus berteriak memanggil nama Gavin, berharap pria itu segera menunjukkan batang hidungnya."Gavin, keluar! Aku tau kamu di dalam!""Keluarlah! Aku ingin bicara.""Gavin!"Teriakan itu berhasil mengusik ketenangan Mutia yang tengah bersantai di gazebo samping rumah. Wanita paruh baya itu berdecak kesal sembari meletakkan kasar majalah yang sejak tadi menjadi temannya."Anak ini kalau dibiarkan akan semakin menjadi."Mutia segera beranjak untuk menghampiri sumber keributan yang ada di rumahnya."Heh, apa kamu gak pernah diajari sopan santun!" hardik Mutia, "masuk rumah orang bukannya salam malah teriak-teriak macam orang gila, ini ruma

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Seperti Simpanan Pria Kaya

    "Tuan ... Tolong dengarkan saya dulu!" Andrina terus mengekor kemanapun Gavin melangkah. Dia berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya mengenai peristiwa malam itu."Jangan seperti ini! Saya minta waktu Anda semenit saja.""Saya mohon, Tuan."Akan tetapi, Gavin seakan menulikan telinga. Pria itu justru sibuk berkemas memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper daripada menanggapi ucapan wanita itu."Tuan, tolong jangan pergi! Dengarkan saya dulu.""Tuan, malam itu—"Andrina meneguk ludah kasar saat mendapat tatapan tajam dari Gavin. Nyalinya mendadak ciut saat merasakan aura mencekam di hadapannya. Namun, wanita itu tak ingin menyerah begitu saja tekadnya sudah kuat untuk memberitahu kejadian yang sebenarnya."Malam itu ... saya—""Diam, Andrina! Atau ‘ku robek mulutmu," gertak Gavin.Dia benar-benar tidak ingin diingatkan dengan peristiwa malam sialan itu. Akibat kejadian itu, dia telah mengkhianati Eric

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Remuk Redam

    "Tuan, sadar! Tolong, jangan seperti ini! Ini tidak benar." Andrina berteriak berusaha menjauhkan tangan Gavin yang membelit erat tubuhnya.Gadis itu berusaha menjauhkan wajahnya dari serangan bibir atasannya. Gavin seperti orang kesetanan yang ingin melahap habis dirinya."Tuan Gavin, sadar! Tolong lepaskan saya!" "Tubuhmu wangi, Andrina. Aku suka," ucapnya lirih mirip seperti suara desahan."Anda kenapa? Kenapa jadi seperti ini? Aku mohon, lepaskan aku! Hiks ... Hiks...."Wanita itu meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari kungkungan atasannya. Air mata mulai mengenang di kedua matanya.Namun, semakin dia berusaha keras memberontak semakin membuat naluri Gavin tertantang. Pria itu justru membenturkan tubuh mungil sang sekretaris ke sebuah dinding, lalu menyerangnya dengan brutal, bahkan tidak mengindahkan permohonan Andrina yang meminta dilepaskan."Tuan, hentikan!" seru Andrina yang mulai kewalahan menghadapi serangan atasannya.Air mata lolos begitu saja ketika Gavin mula

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 24. Melaksanakan Rencana

    "Ingat! Selalu didekatku, jangan jauh-jauh!" bisik Gavin ketika mereka hendak memasuki lobby hotel bintang lima.Andrina mengangguk tanda paham."Usir setiap wanita yang mendekatiku! Terserah bagaimanapun caranya, aku tidak peduli.""Baik, Tuan."Keduanya terus berjalan hingga memasuki sebuah ruangan luas tempat acara diadakan. Suasana ballroom sangat meriah, alunan musik mengalun merdu menyapa pendengaran sepasang bos dan sekretaris itu. Si empu acara tampak menyapa satu per satu tamunya didampingi pasangannya, termasuk menyapa Gavin dan Andrina. Senyum ramah tak pernah pudar dari keduanya."Selamat datang, Gavin! Lama aku tidak melihatmu. Kau sudah sebesar dan setampan ini," seru Tuan Rendra seraya menepuk pelan kedua lengan pria itu.Gavin tersenyum tipis menanggapi. "Bagaimana kabar Mutia? Aku juga lama tak jumpa dengan mommy-mu." Giliran istri Tuan Rendra yang bertanya.Semua itu hanya basa-basi belaka. Sesungguhnya, wanita itu juga sudah mengetahui rencana istri almarhum sahaba

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 23. Rencana Tidak Berlaku

    "Apa kau pikir aku jatuh hati padamu?"Wanita itu semakin merapatkan tubuhnya pada pintu ketika melihat Gavin bergerak pelan mendekatinya. Sungguh hatinya merasa ketar-ketir saat ini."Katakan, Andrina!" bisik Gavin yang sudah menghimpit tubuhnya, bahkan gadis itu harus menahan nafas karena sapuan hangat nafas pria itu menerpa kulit wajahnya."Ma-maaf atas kelancangan saya, Tu-tuan. Bisakah Anda menyingkir?" Kedua tangan wanita itu menahan dada bidang yang hendak menempel pada tubuhnya."Tatap aku dan jawab pertanyaanku!"Seakan dihipnotis, Andrina menuruti perintah atasannya. Tatapannya terpaku pada manik coklat yang sejak tadi menatap lekat ke arahnya. Percayalah! Ritme jantungnya semakin tidak terkontrol."Apa kau pikir kau pikir, aku jatuh hati padamu?" Gavin mengulang pertanyaannya."Jawab saja! Aku butuh jawabanmu."Andrina mengangguk pelan. Dia refleks menutup mata saat melihat Gavin semakin memangkas jarak. Ingin rasanya, dia terlepas dari posisi ini, tetapi kenapa kakinya ter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 22. Rencana Terselubung

    "Datanglah ke acara ini!" Mutia menyodorkan sebuah undangan ke hadapan putranya.Gavin tampak melirik sekilas, tidak niatan sedikitpun untuk meraih apalagi menyentuh undangan itu."Kenapa bukan mommy saja? Biasanya mommy yang antusias mendatangi acara-acara seperti itu.""Mommy ada acara di waktu yang sama Gavin! bisa, tidak? Sekali ini saja ... Turuti mommy. Kalau mommy tidak ada halangan, mom tidak akan repot-repot menemuinmu," sahut Mutia dengan menahan kekesalannya."Ya kalau mom ada halangan, mom tidak usah hadir, gitu aja kok repot," sahut Gavin seraya menunjuk dagu undangan di depannya."Jika si pemilik acara bukan sahabat baik daddy-mu, mommy tidak akan sebingung ini. Dia termasuk orang yang berjasa untuk perusahaan ini.""Jika tidak ada dia, mungkin perusahaan ini sudah gulung tikar puluhan tahun lalu. Sebab daddy-mu lebih sibuk mengurus wanita itu daripada bisnisnya," sambungnya."Jangan pernah menyebut dua keparat itu di depanku, meskipun mereka sudah mati rasa benciku tida

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 21. Harus Menepati Janji

    "Heh, Gavin ada, gak?"Suara gebrakan di mejanya berhasil mengejutkan Andrina yang semula fokus dengan pekerjaannya. Seketika wanita itu melayangkan tatapan maut pada pria yang berdiri angkuh di hadapannya. "Apa kamu gak pernah diajarin sopan santun, Tuan Erick?""Berani kamu sama saya?" Erick menunjuk geram wajah Andrina lengkap dengan tatapan sengitnya."Lah, memang situ siapa? Hantu atau setan atau jangan-jangan ... Iblis yang menyamar jadi manusia?""Wanita ini—" Tanpa basa-basi, Erick segera menarik rambut panjang Andrina yang sengaja digerai, hingga membuat si empu memekik kesakitan."Lepas! Sakit tau?" Andrina berteriak dengan suara tertahan. Tak ingin mengalah begitu saja, wanita itu pun segera meraih rambut Erick menggunakan kedua tangannya sebagai pembalasan. Yang membuat Erick meloloskan jeritannya."Berani kamu, hah?!" "Kalau iya, kenapa?" Andria membalas dengan nada berteriak.Kerib

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 20. Penyebab Gavin Seperti ini

    ''Itu karena...." Gavin masih ragu untuk mengungkapkan karena takut menyinggung perasaan sang ibu.''Karena apa, Gavin? Katakanlah! Mommy butuh alasanmu," desak Mutia."Karena aku aku takut bosan, Mom. Lalu berakhir selingkuh dan saling menyakiti satu sama lain.""Aku ... Aku tidak ingin seperti mommy dan daddy, yang tiap hari ribut karena masalah perselingkuhan.''Mutia menegang di tempat kala mendengar pengakuan dari mulut putranya. Dia tidak menyangka masalahnya bersama sang suami lah yang membuat putranya seperti ini.''Maafkan, Mommy...," gumam Mutia setetes air mata luruh ke pipinya saat mengingat peristiwa itu.Kala itu memang kerap terjadi pertengkaran antar dirinya dan mendiang sang suami yang tidak lain adalah Wibisono. Tentu masalahnya masalah rumah tangga pada umumnya jika bukan hal perekonomian ya perempuan. Untuk perekonomian memang keluarga kecil Mutia tak pernah kekurangan karena sang suami mempunyai banyak bisnis yang menjamur di berbagai kota dalam negeri dan dua neg

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 19. Siasat Mutia

    ''Kenapa Anda masih mempertahankan gadis itu, Nyonya?" tanya Freddy setelah panggilan atasannya berakhir.Mutia menghembuskan nafas kasar. "Apa kau tau alasanku, kenapa aku begitu pemilih dengan wanita yang bersedia menjalankan misi dariku, Freddy? Padahal bisa saja aku mengambil salah satu wanita malam yang ada di club-club malam." Wanita baya itu memandang lurus ke depan.''Saya kurang paham, Nyonya," jawab Freddy penuh kesopanan.''Itu karena aku akan menjadikannya sebagai ibu dari cucuku. Yang tentu saja bersedia mengandung benih putraku."''Dan itu artinya ... Anda akan menjadikan Andrina sebagai menantu," tebak Freddy penuh kehati-hatian.''Ya," jawab Mutia singkat, "aku sudah tua tidak selamanya aku akan terus mengawasi putraku. Aku pun butuh penerus untuk memajukan bisnis keluarga. Di sisa umurku ini, aku ingin melihat putraku menikah dan mempunyai keturunan, Freddy," sambungnya dengan wajah sendu.Ibu mana yang tahan melihat anaknya seperti itu. Terlebih dengan terang-terang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status