Home / Romansa / Wanita Penggoda sang CEO / Chapter 7. Mengatur Rencana Kedua

Share

Chapter 7. Mengatur Rencana Kedua

Author: mbak miss
last update Huling Na-update: 2022-12-03 03:56:43

"Bagus, Andrina. Ini yang aku suka darimu, sikap tegasmu." Mutia memuji tulus gadis yang ada di hadapannya.

"Sekarang, duduklah! Aku akan menjelaskan semuanya," sambung wanita baya itu.

Andrina menurut saja, dia menjatuhkan bobot tubuhnya pada kursi yang ada di hadapan Mutia. Wanita itu tampak memanggil pelayan untuk memesan makanan dan minuman untuk gadis yang ada di depannya.

"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Andrina dengan wajah datar.

"Ooo, rupanya kau sudah tidak sabar." Mutia terkekeh kecil.

"Cepat katakan, Nyonya. Saya harus segera kembali ke rumah sakit," kata Andrina dengan menahan kesal.

"Baiklah, jadi...."

Andrina mendengar dengan seksama penjelasan demi penjelasan dari Mutia, hingga beberapa menit kemudian, matanya terbelalak ketika mendengar ucapan terakhir dari wanita itu.

"Apa saya harus melakukan itu, Nyonya?" tanya Andrina untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.

"Iya, kau harus melakukannya. Pastikan! Lakukan sampai berhasil. Karena aku sangat menginginkan hasilnya," jawab Mutia dengan tenang.

Andrina menggigit bibir bawahnya, ingin rasanya dia menolak keinginan terakhir wanita itu. Tapi, dia takut Mutia kembali menarik uang yang sudah masuk dalam rekeningnya, lalu dia gagal membayar biaya perawatan sang ayah. Dia menggeleng pelan, sungguh dia tidak ingin itu terjadi.

"Setelah kau berhasil melakukan itu dengan putraku. Kau boleh mundur dari misi ini dan aku aku akan bertanggung jawab penuh atas hidupmu, Andrina."

Andrina mendongak mendengar ucapan Mutia. "Bagaimana caranya?"

"Menikahkanmu dengan putraku. Aku janji."

Andrina menatap lekat mata wanita itu untuk memastikan tidak ada kebohongan di dalamnya.

"Baiklah. Untuk menolak pun aku tidak bisa, 'kan?"

Mutia tersenyum puas mendengar jawaban gadis itu. "Gadis cerdas. Sekarang, nikmati makananmu, baru setelah itu kau boleh pergi. Nanti, aku akan mengabari waktunya."

Andrina menurut, lalu mereka menikmati hidangan yang ada di depan mereka dengan hening.

"Apa permintaan Anda tidak terlalu berlebihan, Nyonya?" tanya Freddy setelah kepergian gadis itu.

Kini, di tempat itu hanya ada Mutia dan Asistennya.

"Berlebihan bagaimana?" Mutia balik bertanya sembari menyesap minumannya.

"Saya rasa itu sangat keterlaluan untuk gadis itu, Nyonya." Freddy memberanikan diri mengutarakan pendapatnya.

"Apa pekerjaanmu sekarang beralih mencampuri urusanku, Freddy," sindir wanita baya itu dengan melirik sinis asisten setianya.

Pria berjas rapi segera mengatupkan mulut rapat-rapat karena merasa salah bicara.

"Maaf, Nyonya. Tidak lagi."

Terdengar hembusan nafas berat dari bibir Mutia. "Andai kau tau, Freddy. Sebenarnya, aku juga tidak tega berbuat seperti ini pada Andrina." Mutia membuka suara dengan nada rendah.

"Dia wanita yang tepat untuk putraku. Dia wanita tangguh yang rela melakukan apa saja untuk keluarganya. Seperti halnya dia, aku pun juga akan melakukan hal yang sama demi putraku."

"Kau pasti tau, alasanku sebenarnya meminta Andrina melakukan itu. Sudahlah! Kita pulang sekarang." Mutia mengakhiri pembicaraan, kemudian beranjak dari tempatnya diikuti si Asisten setia.

________

"Dhika, tolong jaga bapak." Andrina membuka suara setelah selesai membersihkan tubuh sang ayah, "mungkin selama beberapa waktu ke depan. Kakak hanya akan berkunjung setiap akhir pekan atau mungkin jika ada waktu senggang," lanjutnya lagi sembari merapikan alat-alat yang baru saja dia gunakan.

"Kak Na, mau kemana?" tanya Andhika tanpa mengalihkan pandangan dari layar gadget-nya.

Pemuda itu masih asik dengan game online yang ia mainkan.

"Bos kakak ada urusan di luar kota dan kakak harus ikut. Untuk sementara, kakak harus menetap di sana sampai urusannya selesai." Andrina memberi penjelasan pada adiknya.

Tentu saja, itu hanya sebuah alibi untuk melancarkan misinya.

Semalam, Freddy menghubungi dirinya untuk meminta gadis itu tinggal di apartemen Gavin sampai rencana kedua berhasil ia jalankan. Mutia juga akan memberi kompensasi besar, selain memenuhi janjinya waktu itu.

Andrina hanya bisa mengiyakan, ia tidak ingin mencari masalah lagi dengan wanita tua sombong itu. Lagi pun, Andrina merasa berhutang budi karena Mutia masih bersedia membantunya, bahkan wanita itu memberi ruang rawat VIP untuk ayahnya.

"Kira-kira sampai berapa lama, Kak?"

"Kakak kurang tau, tergantung urusan si bos serius apa tidak."

"Kamu kalau bekerja yang jujur, Na. Jangan kecewakan atasan, terlebih ibu-ibu yang telah menolongmu. Jarang-jarang, zaman sekarang ada wanita sebaik dia." Sandi membuka suara setelah sejak tadi hanya menjadi pendengar.

"Iya, Pak. Na akan berusaha menjadi yang terbaik untuk mereka."

"Kapan kamu akan berangkat?" tanya Sandi dengan nada lemah menahan batuk.

"Lusa."

"Bapak sehat-sehat ya, selama Na tidak ada. Bapak harus minum obat dengan teratur. Sebenarnya, aku berat meninggalkan bapak dalam kondisi seperti ini," ucap Andrina dengan mata berkaca-kaca.

"Bapak baik-baik saja. Kamu bekerjalah dengan tenang!" Pria baya itu berusaha menunjukkan senyum terbaiknya.

"Dhika, nanti kakak kasih resep obat bapak yang harus ditebus. Jangan sampai lupa!" ujar Andrina dengan nada penuh peringatan.

"Iya...."

"Jangan lupa juga, ingatkan bapak untuk minum obat tepat waktu."

"Hmmm."

"Kamu dengar kakak tidak? Gadget mulu," ujarnya dengan kesal karena adiknya terus menghabaikannya.

"Dengar, Kak Na yang cerewet," jawab pemuda itu dengan gemas sekaligus geram karena dia kalah dalam permainannya.

_____

Waktu yang dinanti pun tiba....

Andrina sudah berdiri di depan sebuah gedung apartemen mewah. Dia menghembuskan nafas berat sebelum memasuki gedung itu. Berulang kali, dia berusaha meyakinkan diri jika dia pasti bisa melalui semuanya.

Andrina juga sudah pasrah jika nanti hidupnya akan berubah setelah keluar dari neraka berkedok gedung mewah ini.

"Saya hanya bisa mengantar sampai disini. Ingat! Lantai 5 unit 201. Jangan sampai salah kamar!" Suara pria yang berdiri di sampingnya menginterupsi.

Andrina hanya mengangguk, kemudian melangkah mantap memasuki gedung itu. Setelah sampai di lantai tujuan, dia melangkah perlahan dengan mata meneliti setiap nomor yang tertera yang tertera pada pintu. Hingga pada akhirnya, dia menemukan unit yang dicari terletak di bagian paling ujung.

Andrina hanya mendengus kesal, "Pasti ada alasan terselubung memilih tempat pojok seperti ini," batinnya.

Tak menunggu lama, dia langsung memencet bel. Satu kali dua kali, tak ada respon oleh si pemilik, hingga dia harus mengulang beberapa kali. Baru sepuluh menit kemudian, telihat ada pergerakan pintu yang sepertinya akan terbuka.

"Kamu di sini?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 27. Di mana Gavin?

    Setelah mendatangi apartemen yang kini menjadi hak milik Andrina, Erick melajukan mobilnya menuju ke kediaman mewah Mutia. Bukan hal sulit baginya untuk masuk ke sana. Karena sebelum hubungan terlarangnya bersama Gavin terbongkar, dia sering bertandang ke kediaman mewah itu."Gavin! Gavin! Keluar kamu!" Suara bass Erick menggema di ruang utama.Pria itu terus berteriak memanggil nama Gavin, berharap pria itu segera menunjukkan batang hidungnya."Gavin, keluar! Aku tau kamu di dalam!""Keluarlah! Aku ingin bicara.""Gavin!"Teriakan itu berhasil mengusik ketenangan Mutia yang tengah bersantai di gazebo samping rumah. Wanita paruh baya itu berdecak kesal sembari meletakkan kasar majalah yang sejak tadi menjadi temannya."Anak ini kalau dibiarkan akan semakin menjadi."Mutia segera beranjak untuk menghampiri sumber keributan yang ada di rumahnya."Heh, apa kamu gak pernah diajari sopan santun!" hardik Mutia, "masuk rumah orang bukannya salam malah teriak-teriak macam orang gila, ini ruma

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Seperti Simpanan Pria Kaya

    "Tuan ... Tolong dengarkan saya dulu!" Andrina terus mengekor kemanapun Gavin melangkah. Dia berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya mengenai peristiwa malam itu."Jangan seperti ini! Saya minta waktu Anda semenit saja.""Saya mohon, Tuan."Akan tetapi, Gavin seakan menulikan telinga. Pria itu justru sibuk berkemas memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper daripada menanggapi ucapan wanita itu."Tuan, tolong jangan pergi! Dengarkan saya dulu.""Tuan, malam itu—"Andrina meneguk ludah kasar saat mendapat tatapan tajam dari Gavin. Nyalinya mendadak ciut saat merasakan aura mencekam di hadapannya. Namun, wanita itu tak ingin menyerah begitu saja tekadnya sudah kuat untuk memberitahu kejadian yang sebenarnya."Malam itu ... saya—""Diam, Andrina! Atau ‘ku robek mulutmu," gertak Gavin.Dia benar-benar tidak ingin diingatkan dengan peristiwa malam sialan itu. Akibat kejadian itu, dia telah mengkhianati Eric

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Remuk Redam

    "Tuan, sadar! Tolong, jangan seperti ini! Ini tidak benar." Andrina berteriak berusaha menjauhkan tangan Gavin yang membelit erat tubuhnya.Gadis itu berusaha menjauhkan wajahnya dari serangan bibir atasannya. Gavin seperti orang kesetanan yang ingin melahap habis dirinya."Tuan Gavin, sadar! Tolong lepaskan saya!" "Tubuhmu wangi, Andrina. Aku suka," ucapnya lirih mirip seperti suara desahan."Anda kenapa? Kenapa jadi seperti ini? Aku mohon, lepaskan aku! Hiks ... Hiks...."Wanita itu meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari kungkungan atasannya. Air mata mulai mengenang di kedua matanya.Namun, semakin dia berusaha keras memberontak semakin membuat naluri Gavin tertantang. Pria itu justru membenturkan tubuh mungil sang sekretaris ke sebuah dinding, lalu menyerangnya dengan brutal, bahkan tidak mengindahkan permohonan Andrina yang meminta dilepaskan."Tuan, hentikan!" seru Andrina yang mulai kewalahan menghadapi serangan atasannya.Air mata lolos begitu saja ketika Gavin mula

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 24. Melaksanakan Rencana

    "Ingat! Selalu didekatku, jangan jauh-jauh!" bisik Gavin ketika mereka hendak memasuki lobby hotel bintang lima.Andrina mengangguk tanda paham."Usir setiap wanita yang mendekatiku! Terserah bagaimanapun caranya, aku tidak peduli.""Baik, Tuan."Keduanya terus berjalan hingga memasuki sebuah ruangan luas tempat acara diadakan. Suasana ballroom sangat meriah, alunan musik mengalun merdu menyapa pendengaran sepasang bos dan sekretaris itu. Si empu acara tampak menyapa satu per satu tamunya didampingi pasangannya, termasuk menyapa Gavin dan Andrina. Senyum ramah tak pernah pudar dari keduanya."Selamat datang, Gavin! Lama aku tidak melihatmu. Kau sudah sebesar dan setampan ini," seru Tuan Rendra seraya menepuk pelan kedua lengan pria itu.Gavin tersenyum tipis menanggapi. "Bagaimana kabar Mutia? Aku juga lama tak jumpa dengan mommy-mu." Giliran istri Tuan Rendra yang bertanya.Semua itu hanya basa-basi belaka. Sesungguhnya, wanita itu juga sudah mengetahui rencana istri almarhum sahaba

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 23. Rencana Tidak Berlaku

    "Apa kau pikir aku jatuh hati padamu?"Wanita itu semakin merapatkan tubuhnya pada pintu ketika melihat Gavin bergerak pelan mendekatinya. Sungguh hatinya merasa ketar-ketir saat ini."Katakan, Andrina!" bisik Gavin yang sudah menghimpit tubuhnya, bahkan gadis itu harus menahan nafas karena sapuan hangat nafas pria itu menerpa kulit wajahnya."Ma-maaf atas kelancangan saya, Tu-tuan. Bisakah Anda menyingkir?" Kedua tangan wanita itu menahan dada bidang yang hendak menempel pada tubuhnya."Tatap aku dan jawab pertanyaanku!"Seakan dihipnotis, Andrina menuruti perintah atasannya. Tatapannya terpaku pada manik coklat yang sejak tadi menatap lekat ke arahnya. Percayalah! Ritme jantungnya semakin tidak terkontrol."Apa kau pikir kau pikir, aku jatuh hati padamu?" Gavin mengulang pertanyaannya."Jawab saja! Aku butuh jawabanmu."Andrina mengangguk pelan. Dia refleks menutup mata saat melihat Gavin semakin memangkas jarak. Ingin rasanya, dia terlepas dari posisi ini, tetapi kenapa kakinya ter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 22. Rencana Terselubung

    "Datanglah ke acara ini!" Mutia menyodorkan sebuah undangan ke hadapan putranya.Gavin tampak melirik sekilas, tidak niatan sedikitpun untuk meraih apalagi menyentuh undangan itu."Kenapa bukan mommy saja? Biasanya mommy yang antusias mendatangi acara-acara seperti itu.""Mommy ada acara di waktu yang sama Gavin! bisa, tidak? Sekali ini saja ... Turuti mommy. Kalau mommy tidak ada halangan, mom tidak akan repot-repot menemuinmu," sahut Mutia dengan menahan kekesalannya."Ya kalau mom ada halangan, mom tidak usah hadir, gitu aja kok repot," sahut Gavin seraya menunjuk dagu undangan di depannya."Jika si pemilik acara bukan sahabat baik daddy-mu, mommy tidak akan sebingung ini. Dia termasuk orang yang berjasa untuk perusahaan ini.""Jika tidak ada dia, mungkin perusahaan ini sudah gulung tikar puluhan tahun lalu. Sebab daddy-mu lebih sibuk mengurus wanita itu daripada bisnisnya," sambungnya."Jangan pernah menyebut dua keparat itu di depanku, meskipun mereka sudah mati rasa benciku tida

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 21. Harus Menepati Janji

    "Heh, Gavin ada, gak?"Suara gebrakan di mejanya berhasil mengejutkan Andrina yang semula fokus dengan pekerjaannya. Seketika wanita itu melayangkan tatapan maut pada pria yang berdiri angkuh di hadapannya. "Apa kamu gak pernah diajarin sopan santun, Tuan Erick?""Berani kamu sama saya?" Erick menunjuk geram wajah Andrina lengkap dengan tatapan sengitnya."Lah, memang situ siapa? Hantu atau setan atau jangan-jangan ... Iblis yang menyamar jadi manusia?""Wanita ini—" Tanpa basa-basi, Erick segera menarik rambut panjang Andrina yang sengaja digerai, hingga membuat si empu memekik kesakitan."Lepas! Sakit tau?" Andrina berteriak dengan suara tertahan. Tak ingin mengalah begitu saja, wanita itu pun segera meraih rambut Erick menggunakan kedua tangannya sebagai pembalasan. Yang membuat Erick meloloskan jeritannya."Berani kamu, hah?!" "Kalau iya, kenapa?" Andria membalas dengan nada berteriak.Kerib

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 20. Penyebab Gavin Seperti ini

    ''Itu karena...." Gavin masih ragu untuk mengungkapkan karena takut menyinggung perasaan sang ibu.''Karena apa, Gavin? Katakanlah! Mommy butuh alasanmu," desak Mutia."Karena aku aku takut bosan, Mom. Lalu berakhir selingkuh dan saling menyakiti satu sama lain.""Aku ... Aku tidak ingin seperti mommy dan daddy, yang tiap hari ribut karena masalah perselingkuhan.''Mutia menegang di tempat kala mendengar pengakuan dari mulut putranya. Dia tidak menyangka masalahnya bersama sang suami lah yang membuat putranya seperti ini.''Maafkan, Mommy...," gumam Mutia setetes air mata luruh ke pipinya saat mengingat peristiwa itu.Kala itu memang kerap terjadi pertengkaran antar dirinya dan mendiang sang suami yang tidak lain adalah Wibisono. Tentu masalahnya masalah rumah tangga pada umumnya jika bukan hal perekonomian ya perempuan. Untuk perekonomian memang keluarga kecil Mutia tak pernah kekurangan karena sang suami mempunyai banyak bisnis yang menjamur di berbagai kota dalam negeri dan dua neg

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 19. Siasat Mutia

    ''Kenapa Anda masih mempertahankan gadis itu, Nyonya?" tanya Freddy setelah panggilan atasannya berakhir.Mutia menghembuskan nafas kasar. "Apa kau tau alasanku, kenapa aku begitu pemilih dengan wanita yang bersedia menjalankan misi dariku, Freddy? Padahal bisa saja aku mengambil salah satu wanita malam yang ada di club-club malam." Wanita baya itu memandang lurus ke depan.''Saya kurang paham, Nyonya," jawab Freddy penuh kesopanan.''Itu karena aku akan menjadikannya sebagai ibu dari cucuku. Yang tentu saja bersedia mengandung benih putraku."''Dan itu artinya ... Anda akan menjadikan Andrina sebagai menantu," tebak Freddy penuh kehati-hatian.''Ya," jawab Mutia singkat, "aku sudah tua tidak selamanya aku akan terus mengawasi putraku. Aku pun butuh penerus untuk memajukan bisnis keluarga. Di sisa umurku ini, aku ingin melihat putraku menikah dan mempunyai keturunan, Freddy," sambungnya dengan wajah sendu.Ibu mana yang tahan melihat anaknya seperti itu. Terlebih dengan terang-terang

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status