Share

3. Perempuan itu Bernama Serina

Lalu ucapan penuh retorika itu diakhiri dengan satu senyuman merendahkan dari perempuan itu. Dengan wajah yang mulus tanpa celah, kulit seputih dan secerah susu serta tubuh yang langsing dan tinggi, tidak salah kalau dia mengatakan bahwa laki-lakilah yang akan mengemis padanya.

Tanjung bahkan sempat mengira bahwa mereka sedang syuting film dan perempuan itu adalah tokoh utamanya. Seperti top model atau bahkan aktris profesional yang sering wara-wiri di layar kaca.

Sangat cantik dengan karakter dan aura yang menarik.

Gigi dari istri laki-laki tua yang setengah botak dan berperut buncit itu bergemelutuk. Menahan amarah dan siap melempar botol kosong di atas meja ketika seorang pria tinggi dengan tubuh kurus menghalangi. 

“Maafkan kami, Bu. Tolong jangan buat keributan di sini. Dia adalah pekerja kami.”

Mata wanita bersanggul tinggi itu melotot. “Memangnya kenapa? Dia sudah menggoda suamiku!”

“Ke mana semua pengawal, Leon? Kenapa cuma kau yang datang? Kau mau aku ditusuk dengan pecahan botol sebentar lagi? Yah … itu sih tidak masalah bagiku, kau yang rugi 'kan?” Perempuan itu mengerling santai kepada laki-laki bernama Leon seolah ditusuk pecahan botol bukanlah perkara yang besar baginya.

Seolah dia bisa menaklukkan apa saja … dan siapa saja.

Mendadak kepala Tanjung dipenuhi ide-ide yang menaarik. Tidak. Itu ide yang gila. Membayangkan jika wanita yang tidak takut apa pun itu berhadapan dengan Narumi, sang ibu tiri.

“Hah!! Perempuan murahan sepertimu tidak usah sombong! Kuperingatkan kau, jangan mendekati suamiku lagi!!’

“Maaf, Nyonya. Aku masih punya banyak stok laki-laki yang akan membayarku dengan pantas, tidak level mengemis pada suamimu yang hanya seorang manajer perusahaan biasa.” 

Ucapan skak mat itu diakhiri dengan kedatangan beberapa pengawal yang meleraikan kerumunan dan membawa pergi wanita paruh baya dengan riasan cukup tebal itu beserta suaminya keluar.

Kehebohan mereda dan perhatian orang-orang mulai menyurut. Musik kembali menyala dan menghipnotis pengunjung lalu kekacauan di depan sana dibereskan oleh waitress dan pengawal. 

Mata Tanjung tak pernah lepas dari perempuan bergaun hitam basah yang sedang berjalan melewati meja bar. Pandangannya terus mengikuti wanita yang berjalan dengan kepala tegak dan sangat percaya diri itu.

“Sepertinya kau tertarik padanya.”

Suara itu memutus lamunan Tanjung. Ia baru sadar bahwa wanita bergaun kuning yang sejak tadi duduk di sebelahnya masih ada.

“Siapa perempuan itu?”

Wanita yang tadi memperkenalkan diri dengan nama Laura itu menyentuh gelang emas putihnya, berpikir sejenak. “Serina. Dewi di tempat ini.”

Tanjung semakin penasaran. “Dewi?”

“Ya, dia yang menguasai tempat ini. Kerjanya cuma sebagai peliharaan club tapi dia spesial. Dia wanita penghibur top 1 yang selalu disewa oleh orang-orang berduit dan tidak sembarangan menerima bayaran. Harga sewanya sangat mahal.”

Sepertinya Laura tidak masuk dalam jajaran wanita penghibur itu. 

“Kau lihat semua laki-laki memandangnya tertarik? Laki-laki itu harus mengantre setidaknya sampai satu minggu untuk dapat giliran tidur dengannya jika sudah membayar. Tentu saja akan cepat jika kau bisa membayar dua atau tiga kali lipat. Hebat, kan? Aku baru mendapati wanita penghibur berkelas sepertinya.”

Itu bukanlah prestasi yang hebat jika pekerjaannya adalah wanita penghibur. 

“Tapi kalau denganku gratis. Aku akan menemanimu kapan pun kau mau.” Tangan lentik berkuku merah itu merambat ke bahu Tanjung.

“Tidak, terima kasih.” Ditepisnya tangan itu dengan sopan. “Terima kasih juga atas informasinya.”

“Ya, tidak masalah. Aku sedikit kesal karena kamu menolakku, meski gratis tapi aku bisa memuaskanmu berapa ronde pun kau mau.” 

Tanjung tak lagi menghiraukan, menatap gelasnya yang sudah kosong dan tak peduli saat Laura meninggalkan kursi di sampingnya. 

“Kalau Anda mau memesan Serina, langsung ke Leon—manajer club—sebaiknya cepat karena Serina akan pensiun setelah ini.”

Tanjung mengangkat wajah pada bartender bertanda nama Andi itu. “Pensiun?”

“Ya, dia akan berhenti.”

“Kenapa?” Tanjung juga bertanya-tanya mengapa dirinya sangat penasaran seperti ini.

“Entahlah, dia tidak bilang alasannya.”

Tanjung mengerjap cepat. Memutar otak sedikit lebih keras dan menemukan alasan yang sangat kuat mengapa dia begitu tertarik kepada perempuan bernama Serina.

Mungkin Serina bisa menjadi kunci kebebasannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status