Share

Wanita Penyelamat Tuan Muda
Wanita Penyelamat Tuan Muda
Penulis: El Zarra

Part 1 Hati yang berdegup kencang

"Ikhlaskan ayahmu, dia sudah tiada. Ikutlah ibu ke Jakarta" Suara wanita paruh baya yang beberapa jam lalu menghadiri pemakaman ayahnya. Sudah lama sekali ibunya pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya di desa. Sepuluh tahun yang lalu Hanna, ibu Asyifa pergi ke Jakarta untuk merantau dan bekerja disana. Dulu dia hanya seorang karyawan di sebuah perusahaan percetakan dan sablon. Tetapi tiga tahun lalu dia sudah mendirikan perusahaan percetakan miliknya sendiri.

"Tidak ibu, aku ingin disini. aku akan menolong banyak orang seperti ayah". kata Asyifa yang masih meneteskan air matanya.

"Menjadi tukang sangkal Putung seperti ayahmu. Ibu tidak setuju. Kamu masih muda, Sayang. Bagaimana dengan masa depanmu?" ucap Hanna.

"Apalagi dulu ayahmu selalu menolak uang pemberian dari pasiennya dan itu yang membuat ibu pergi merantau. Ibu sangat menyayangi kalian, tetapi ibu juga tidak bisa hidup susah." 

Ya. Memang Pak Syarif. Almarhum ayah syifa tidak pernah mau menerima uang pemberian pasiennya. Dia ikhlas menolong. Itulah yang selalu dia katakan. Dia hanya menerima sembako seperti beras, gula atau bahkan sayur mayur saja. karena kebanyakan orang yang berobat bermata pencaharian petani dan dari kalangan menengah ke bawah. Pak Syarif tidak memasang papan nama atau benner tetapi banyak orang berdatangan kerumahnya karena perkataan orang dari mulut ke mulut.

Hanna membelai rambut Syifa. "Sayang, sekarang sudah ada dokter didesa kita. Mereka lebih profesional. Apa kamu ingin mengambil mata pencaharian orang lain. Kamu masih muda, sayang. Kamu bisa meraih mimpimu. Kamu bisa bekerja di Jakarta bersama ibu"

Benar kata Hanna. Syifa juga punya mimpi. Ia ingin bisa bekerja dengan layak. 

" Baiklah bu. Aku akan ikut ibu ke Jakarta." Ucap Syifa 

"Begitu baru bagus. Ibu senang mendengarnya." Jawab Hanna.

Mungkin ini yang terbaik. Syifa tidak mungkin tinggal sendirian di desa. Dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi disini. Hanya ada beberapa kerabat ayahnya. Syifa juga tidak ingin merepotkan orang lain.

Sinar mentari menyapa penghuni bumi. Pagi ini Sifa akan pergi ke Jakarta. Ia sudah mempersiapkan segala keperluannya tadi malam. Syifa duduk di sofa ruang tamu miliknya. Ia memejamkan matanya. Mengingat kembali kenangan kenangan di rumahnya saat ia masih kecil. Ayahnya selalu menghiburnya disaat dia sedih. Ibunya yang memasakkan telur dadar kesukaannya. Neneknya yang selalu memanjakaanya. Semuanya sudah tidak bisa ia rasakan lagi. Tetes demi tetes air mata mengalir tanpa henti. Ia harus merelakan semuanya. Memulai hidup baru dengan ibunya. Bukankah ia juga merindukan ibunya selama ini. Syifa menghapus air matanya, mencoba menerima takdir yang sudah digariskan yang maha kuasa untuknya.

Jakarta.

Zain Haruna Sanjaya. Pria berwajah tampan dengan sorot mata yang tajam. hidung mancung. Bertubuh tegap dan tinggi. Dia sangat berkharisma dan mapan. Seorang CEO dari Sanjaya Adhitama grup. Bisnis yang dikelola oleh dua keluarga besar yaitu keluarga sanjaya dan keluarga adhitama. Bisnis yang bergerak dibidang perhotelan, restoran, perusahaan manufaktur, makanan dan minuman cepat saji dan masih banyak lagi. Banyak wanita yang tergila-gila padanya tetapi tak satupun yang sanggup menggetarkan hatinya. Kecuali pada periswa 3 tahun yang lalu ketika dia mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Zain mencoba mengingat wajah wanita yang menyelamatkannya. Seorang wanita yang mengeluarkannya dari mobil sebelum mobilnya meledak, memijit kakinya yang tak bisa ia gerakkan. Dia juga mengucapkan mantra suci yang hanya bisa didengar olehnya. Dan anehnya setelah dipijit wanita itu kakinya bisa digerakkan. Tapi sayangnya setelah hari itu. Ia tidak pernah bertemu lagi denganya. Saat dia bangun dari tidurnya, ada seorang laki-laki yang bernama Azka mengatakan bahwa ialah yang menyelamatkannya. Padahal Zain yakin ada seorang wanita yang ia lihat sesaat sebelum mobilnya meledak. 'Kalau saja hari ini aku bertemu dengannya. Kuanggap dia adalah takdirku.' Gumam Zain dalam hati.

" Ckiiiiiik'

Mobil berhenti mendadak. Membuyarkan lamunan Zain. Raka sekretaris sekaligus sopirnya keluar dari mobil

"Hei. Kamu bisa bawa mobil tidak? Kita hampir saja kecelakaan."

Syifa membalik badan " Maaf tuan. Saya sungguh tidak sengaja. Mobil saya tiba tiba mogok."

Suaranya lembut. selembut wajahnya yang rupawan. Tubuhnya ramping dan tinggi. Rambutnya lebat tergerai indah.

"Kalau saja aku dan bosku tidak sedang buru buru, pasti aku akan membuat perhitungan denganmu!" Ucap Raka.

Raka sangat emosi ditambah panasnya matahari saat ini yang membuatnya semakin gerah.

"Ada apa ini?" Tanya Zain setelah membuka pintu mobilnya melangkah menuju mereka berdua.

'Wanita itu. Apakah dia wanita yang sama' Hati Zain berdegup kencang seakan seperti bertemu kekasih yang lama dirindukannya.

"Masuklah ke mobilku. Mobilmu mogok. Kami akan mengantarkanmu." Ucap Zain.

"Tapi Tuan muda" sanggah Raka.

"Diam Raka. Ikuti perintahku."

"Tidak perlu Tuan. Saya bisa naik taksi." Sanggah Syifa.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Zain.

"Kurasa tidak. Aku pendatang baru di kota ini" jawab Syifa.

"Benarkah? Tapi aku merasa pernah mengenali wajahmu walaupun aku tidak tahu siapa namamu." Zain berdalih.

"Oh ya. Apakah wajahku terlihat pasaran?" Tanya Syifa.

"Bukan begitu maksudku. Oh iya ini kartu namaku. Simpanlah. Jika kita bertemu lagi beritahu namamu padaku." Ucap Zain sambil memberikan kartu namanya.

"Baiklah. Ada taxi yang lewat. Aku pergi!" Ucap Syifa sambil melambaikan tangannya untuk menghentikan taxi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status