Dikantor, Zain sedang duduk di kursi kerjanya. Dia berkutat dengan laptopnya, menggerakkan kursornya ke kanan dan kekiri sambil mengamati grafik pendapatannya bulan ini. Lalu Raka datang membuka pintu. Raka adalah sekretaris sekaligus orang kepercayaan Zain. Hanya dia yang bisa keluar masuk tanpa mengetuk pintu ruang CEO itu.
"Tuan, 10 menit lagi ada meeting dengan Tuan Handoko, client kita dari Surabaya." Ucap Raka."Baiklah." Zain mendongakkan wajahnya."Raka, Cari informasi tentang wanita tadi. Aku ingin informasinya secepat mungkin." Titah Zain."Baik, Tuan Muda. Saya akan meminta anak buah saya untuk menyelidiki wanita itu." Raka tidak banyak bertanya. Ia selalu menjalankan perintah Tuan Muda nya dengan baik dan rapi. Ditempat lain. Di sebuah ruang pijat, Syifa sedang memijat seorang wanita yang memanjakan dirinya dengan pijatan-pijatan syifa yang menenagkan. Satu bulan yang lalu syifa bergabung di tempat pusat kebugaran dan terapi pijat Tradisional dan pijat refleksi milik seorang pengusaha muda bernama Azka. Syifa memang sudah satu bulan berada di Jakarta. Ia mulai menyesuaikan dirinya di kota metropolitan ini."Sudah selesai, Nona." Ucap syifa."Terima kasih. Pijatanmu sangat nyaman. Saya akan berlangganan di tempat ini." Kata wanita yang baru saja dipijatnya."Saya sangat senang bisa melayani anda, Nyonya. Ucap Syifa.
Tak terasa waktu istirahat untuk para karyawanpun tiba. Syifa pergi ke kantin karyawan. Tempat itu lumayan luas dan terdapat banyak menu yang menggiurkan lidah. Tempat duduknya juga terlihat rapi dan nyaman seperti di restoran.
"Hai syifa, boleh aku duduk disini?" Tanya Erliana, teman akrab Syifa."Tentu saja Er. Kau tidak perlu bertanya untuk sekedar duduk disini." Jawab syifa.Erli duduk disamping syifa " Hei, Kau baru saja bergabung disini tetapi kau cepat sekali mendapat banyak pelanggan yang menyukaimu. Aku sangat iri padamu.""Kau bisa saja. aku masih perlu banyak belajar." Kata Syifa.
"Syifa, Pak Leon memanggilmu." Seru seorang perempuan dari jauh."Baik. Aku akan keruangannya" Jawab Syifa."Aku pergi dulu ya, Er."Syifa pergi ke ruang atasannya yakni Pak Leon."Ada perlu apa Bapak memanggil saya kemari?" "Ada sebuah pekerjaan penting untukmu. Datanglah ke alamat ini. Kau harus melayaninya dengan baik.""Tapi itu bukan bagian dari tugas saya, Tuan. Saya hanya bertugas melayani pelanggan yang datang saja." Syifa mengelak."Turuti perkataanku atau saya akan memecatmu." Ancam Leon."Baik, Tuan. Saya akan pergi sesuai permintaan anda." Ucap Syifa dengan sebal. Ia memiliki firasat kurang baik dengan menerima tugas ini. 'Seharusnya aku menolaknya tadi. Tetapi aku masih suka dengan pekerjaan ini. Aku tidak ingin dipecat.' gumam Syifa.Syifa menaiki mobil nya ke alamat yang diberikan atasannya. Ia memiliki mobil BMW pemberian ibunya. Sebenarnya ibunya tidak setuju dengan keputusan Syifa bekerja menjadi tukang pijat refleksi. Ibunya memintanya bekerja di perusahaan percetakan miliknya Tetapi Syifa bersikeras ingin belajar pijat refleksi ketika ada pelatihan pijat gratis waktu itu dan setelah mendapat sertif*kat. Syifa bisa sekaligus bekerja ditempat itu.Setelah setengah jam Syifa mengendarai mobilnya. Ia sampai dirumah yang sangat megah layaknya istana. Terdapat halaman rumah yang sangat luas dan taman bunga yang indah menghiasi sisi tengah kanan dan kiri untuk bisa memasuki rumah itu. Terdapat pula Kolam dan air mancur di tengah taman yang dekorasinya terasa seperti di depan Taj mah*l. "Apa anda nona datang dari AZ message treatment?" Tanya asisten rumah tangga yang sedang membersihkan rumah."Iya" jawab Syifa."Mari nona, Saya antar anda ke tempat majikan kami." Ucapnya"Baik."Tok tok. "Tuan." Asisten rumah tangga mengetuk pintu kamar Zain."Masuklah"'Oh tidak. Ternyata dia seorang pria. huft. Kupikir dia wanita.'"Saya tinggal dulu, Nona." Syifa melangkahkan kakinya di kamar itu. Ini pertama kalinya dia mendapat pelanggan pria. Biasanya dia hanya khusus menangani pijat untuk wanita saja.Zain sudah berbaring di ranjang King Size miliknya. Kamarnya sangat luas dan dekorasi nya modern serta elegan."Bisa saya mulai, Tuan" Ucap Syifa."Tentu saja" Jawab Zain.Syifa mulai memijat kaki Zain dan sesekali memberikan minyak khusus di kakinya. "Hei. Kamu wanita yang tadi pagi, bukan? Siapa namamu?" Tanya Zain."Nama saya Syifa, Tuan." Jawab Syifa.Zain merasakan kenyamanan dan kenikmatan ketika Syifa memijitnya. Tangannya yang lembut membangkitkan gair*h liar nya. Wajahnya yang putih tanpa setitik noda, hidungnya yang mancung dan bibir sensualnya membuat Zain tidak bisa berhenti memandang wajahnya. Waktu berlalu tanpa ada percakapan diantara mereka. Syifa hendak beranjak dari tempatnya tetapi tiba-tiba kakinya terpeleset dan ia terjatuh diatas ZainMata mereka bertemu dan hati mereka berdegup kencang. Ada gelenyar aneh saat kulit mereka bersentuhan. seperti tersengat listrik.
"Apa kau sedang menggodaku?"
Zain membalik tubuh Syifa sehingga berada di bawahnya."Aku tidak sengaja. Kaki ku ter..."
Belum selesai Syifa berbicara Zain sudah melumat bibir ranumnya. Ciuman yang lembut dan semakin lama semakin ganas dan menuntut. Syifa mencoba melepaskan dirinya dari cengkraman Zain, tetapi tenaganya tak sekuat lelaki itu."Stop it" Ucap Syifa terengah-engah karena kehabisan nafasnya.
"Dasar Breng**k." Syifa menampar pipi kanan Zain."Aww" Zain memekik kesakitan.
Zain mengubah posisinya menjadi duduk."Kau menamparku?""Iya. Aku menamparmu. Kau mencuri ciuman pertamaku. Kau puas?" Ucap Syifa dengan amarah."Hei. Kau yang menggodaku lebih dulu." Dalih Zain"Aku tidak menggodamu. Kakiku terpeleset. Dan kau sudah menggunakan kesempatan itu untuk menggodaku." Ucap Syifa."Astaga. Aku menggodamu, yang benar saja. Baru kali ini ada wanita yang menolakku." Elak Zain."Kau fikir kau setampan itu, sehingga banyak wanita yang mau denganmu. Narsis sekali, tetapi sayang aku tidak suka caramu."Syifa segera turun dari ranjang King Size milik Zain. Ia segera pergi dari kamar itu dengan amarah yang masih ada di hatinya. Ketika ia sampai di pintu keluar dia tidak sengaja menabrak seseorang.Ketika Syifa mendorong pintu utama rumah megah itu ternyata ada seseorang yang juga akan membukanya sehingga dia terjatuh terdorong oleh pintu."Ahh" Teriak perempuan paruh baya itu.
Syifa ingin memejamkan matanya, tetapi bayangan wajah Zain selalu muncul di benaknya. Ia menyentuh bibirnya, mengingat adegan ciumannya tadi siang. 'Apakah aku jatuh hati padanya. Sepertinya otakku sudah mulai tidak waras' gumamnya. Ia juga mengingat kembali peritiwa 3 tahun lalu ketika menyelamatkan Zain. 'Saat itu mobil Zain mengalami rem blong dan ia menghindari tabrakan dengan pengendara lain sehingga ia menabrakkan mobilnya ke arah pohon. Syifa yang saat itu berada dekat dengan tempat kejadian membawa Zain keluar dari mobilnya tepat sebelum mobilnya meledak. Zain sempat melihat wajah Syifa sebelum ia pingsan. Syifa membawa Zain ke rumahnya dengan bantuan Azka, tetangga Syifa. Tetapi Azka malah membawanya ke rumahnya sendiri. Azka tinggal dirumahnya bersama neneknya. Dirumah Azka, Syifa mengobati luka Zain. Ketika ia melihat tangan kanan Zain. Ia menyafari bahwa tangan Zain bengkok dan berbelok lalu Syifa mengobati Zain dengan pijatan tangannya dan mantra suci yang ia ucapkan de
Sebuah lampu berwarna putih menyorot Syifa diantara kegelapan lalu sebuah lampu menyorot seorang pria didepannya yang berjarak 50 meter. Pria itu berjalan ke arah Syifa. Syifa terkejut karena melihat Zain disana. Zain berjalan ke arahnya. Ia mengambil mikrofon didepannya dan mengagetkan Syifa dengan pernyataannya."Syifa, sejak pertama kali kita bertemu, hatiku merasa berwarna, kau telah mengisi kekosongan yang ada pada diriku. Aku tahu ini terlalu cepat. Tetapi cinta tidak mengenal waktu, berapa lama kita bertemu atau berapa lama kita bersama. Cinta datang dari hati, dan didalam hatiku hanya ada satu namamu, Syifa. Aku mencintaimu, maukah kamu menjadi kekasihku?" Tanya Zain.Syifa terdiam. Ia belum bisa menerima semua yang Zain katakan. Hanya saja ia tidak mau membuatnya dan Zain malu karena menolaknya. Para tamu mulai bersuara."Terima, terima, terima."Syifa yang bingung lidahnya berkata tanpa ia pikirkan apa konsekuaensinya."Iya. Aku men
Zain mengawali paginya dengan senyum di wajahnya. Kehadiran Syifa membuat kehidupan Zain semakin lengkap. Ia melangkahkan kakinya dengan semangat untuk memulai pekerjaannya. Tiba-tiba Ratih menghentikan langkahnya."Ada apa ma?" Tanya Zain."Lihat berita hari ini. Apa maksud isi berita itu? Apa benar kamu menyatakan cinta kepada seorang tukang pijat tradisonal. Memalukan sekali.""Memangnya kenapa kalau dia seorang tukang pijat? Aku memang mencintainya." Ucap Zain santai. Ia melihat berita di koran, majalah dan media internet. Ternyata banyak berita bermunculan tentang dirinya.'Pewaris perusahaan Sanjaya Adhitama grup, Zain haruna Sanjaya menyatakan cinta kepada seorang tukang pijat tradisional''Tukang pijat tradisional merayu pewaris perusahaan Sanjaya Adhitama grup' disertai foto mereka saat dipantai."Siapa yang berani membuat berita seperti ini." Geram Zain. Zain keluar dari rumahnya dengan amarah. Dia tidak suka ada orang yang membuat
Zain menyelesaikan pekerjaan kantornya lebih awal. Ia segera pergi untuk menjemput Syifa. Sesampainya ditempat Syifa. Zain menemuinya. Ia berpapasan dengan Azka di lobi."Hai, bukankah kamu Zain? Lama tidak bertemu.""Hai, kamu Azka, Bagaimana kamu bisa ada disini?""Aku pemilik usaha ini. Ayahku sibuk diluar negeri dan aku menggantikannya. Nenekku di desa ditemani pamanku. Jadi, aku di Jakarta sekarang. Bisakah kita berteman?""Tentu saja. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama." Ucap Zain dengan tulus."Apa kamu akan menjemput Syifa?." Tanya Azka."Bagaimana kau tahu?" Zain menyelidik."Hanya menebak saja. Di internet berita tentangmu sedang menjadi topik utama." Ucap Azka dengan prihatin."Iya. Aku memang menjemputnya. Media memang suka berlebihan. Aku sudah membereskannya. Berita itu sudah tidak bisa dilihat lagi di internet beberapa menit yang lalu." Kata Zain."Benarkah? Kau sangat h
Syifa mengawali harinya dengan berolahraga di samping rumahnya. Ia memutar musik di smartphone miliknya. Menggerakkan tangannya ke samping kanan dan kiri, menggerakkan tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang menyehatkan badan sampai keringat keluar dari tubuh eksotisnya."Syifa, kamu belum bersiap untuk kerja?" Tanya Ratih."Iya bu, sebentar lagi." Jawab Syifa.Syifa menyelesaikan olahraga paginya dan bersiap untuk mandi. Wangi sabun dan shampoo yang lembut membuat Syifa merasa tenang. Ia menyelesaikan ritual mandinya lalu sarapan bersama ibunya."Sayang, kenapa sarapannya tidak dihabiskan?""Aku bisa terlambat, Bu. Aku berangkat dulu." Syifa mencium punggung tangan ibunya.Ditempat kerjanya, seperti biasa Syifa melayani pelanggannya dengan ramah. Hari ini banyak yang datang mengantri untuk dipijat."Nona, pijatanmu sangat nyaman. Aku merasa segar kembali setelah dipijat olehmu." Kata seorang wanita paruh baya."
"Kakak tidak akan pernah meninggalkanmu." Azka mengikatkan gelang berwarna pink dan biru laut di pergelangan tangan Syifa."Janji?" Syifa melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Azka."Janji." Tanpa sadar Azka sudah membuat janji yang sulit baginya. Saat Ia berusia dua puluh tahun. Ibunya memintanya untuk ke Jakarta karena ayahnya sedang sakit. Waktu itu Azka juga berjanji untuk mengantar Syifa makan malam pada acara kelulusan SMA nya bersama teman-temannya. Azka tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan kepada Syifa karena asisten ayahnya memaksa membawanya ke bandara. Pak Roni membawa dua bodyguard yang membawa paksa Azka menuju mobil. Azka yang sudah siap menjemput Syifa akhirnya ikut dengan asisten ayahnya. Karena ia memberontak dan pikirannya kacau, ia tidak sengaja menjatuhkan ponselnya di kolam ikan hias yang ada di depan rumahnya. Azka sangat menyesal tidak bisa menghubungi Syifa. Ia merasa bersalah padanya. Setelah hari itu, Azka tidak diperboleh
Zain mengantarkan Syifa pulang kekediamannya. Ia tidak ikut masuk kedalam rumah karena sudah terlalu larut. "Selamat malam, Honey. Mimpikan aku dalam tidurmu." "Your wish." "Honey!" "Ada apa?" Syifa yang akan membuka pintu rumah berbalik menatap wajah rupawan Zain. "Maafkan perkataan Mama, dia hanya belum mengenalmu. Kalau ia bisa lebih dekat denganmu. Aku yakin dia akan menyukaimu." "Kau tidak perlu menghawarirkanku. Mamamu hanya ingin yang terbaik untukmu, dan mungkin ia tidak melihat itu pada diriku." Nada suara Syifa melemah. Ia sangat sedih dengan ucapan Ratih yang masih tetekam diotaknya. "Kenapa kamu berbicara begitu, Honey. Kamu yang terbaik bagiku." Zain memeluk Syifa erat-erat. Ia tidak ingin membuat Syifa merasa rendah diri. Syifa tidak bisa menahan air matanya yang menetes tanpa ia minta. Zain menghapus air mata Syifa dengan jari-jarinya yang kokoh. "Pulanglah Zain. Aku sangat lelah hari ini dan