Share

BAB 4

Penulis: APStory
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-29 22:27:58

"Sialan!" Zach mengumpat. Bola matanya bergulir memandang supir di depan sana. "Kembali ke mansion sekarang," titahnya.

"Laksanakan, Tuan!" Tanpa bicara panjang lebar, supir itu langsung tancap gas menuju ke lokasi yang diinginkan oleh Zach.

"Siapa itu Evelyn?" tanya Stella di tengah perjalanan.

"Anak dari Victor Smith, pemilik SMTV."

"Kau menjadikannya selir baru di mansion?"

Seketika Zach berdecih. "Gadis itu sangat pembangkang dan tidak akan mau dijadikan selir," ujarnya. "Lagipula tubuhnya kurus dan tidak menggiurkan sama sekali. Mana mungkin ada lelaki yang mau tidur dengannya?"

"Lalu?" Stella terus menginterogasi.

"Aku ingin membuat Victor menyesal karena sudah menolak menjadi stasiun televisi yang mendukung resmi Zachary Muller," papar Zach. "Maka dari itu, aku sengaja menculik Evelyn untuk memberinya peringatan."

"Tapi kenapa kau marah saat mendengar Oliver ingin menjadikan gadis itu sebagai teman penghangat ranjang untuknya?" Stella semakin penasaran. "Jangan katakan kalau kau cemburu karena menyukai gadis itu, Zach."

Kalimat tanya yang diajukan Stella membuat Zach menoleh seraya membulatkan mata. "Aku tidak cemburu!" bantahnya. "Aku hanya tidak ingin ada bagian dari keluarga kita yang menyentuh Evelyn, karena itu akan membuat Evelyn semakin sombong dan merasa sok kecantikan. Gadis seperti dia pantasnya menjadi babu pribadi untuk istriku yang manis."

Stella tersipu. Ia memeluk lengan Zach, meletakkan kepalanya di atas bahu kekar sang suami. "Kau membuatku melayang, Zach."

Pria tampan itu hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Stella. Mudah sekali membuat wanita terkesan, bukan? Bahkan hanya dengan kata-kata, semuanya selesai.

***

Di sisi lain, Evelyn baru saja dipaksa masuk ke dalam kamar Oliver setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian sesuai dengan pilihan Daissy. Pintu ditutup seketika, lalu dikunci dari luar dan—seperti biasa—para pengawal berdiam diri di depan pintu sampai Oliver memberikan instruksi selanjutnya kepada mereka.

"Jadi, bagaimana perasaanmu, Nona?" Oliver berjalan mendekati Evelyn, menciptakan ketukan pada lantai dari pantofel hitam yang dikenakannya. "Mungkinkah ini hari kesialanmu karena harus terperangkap dan tidak bisa melarikan diri dari sini? Atau justru merasa beruntung karena aku mengundangmu secara cuma-cuma ke kamar ini, hm?"

"Sebenarnya apa maumu? Sudah kukatakan bahwa aku tidak mau tidur dengan siapa pun laki-laki yang menghuni mansion kotor ini!"

"Tenang sedikit ..." kata Oliver. "Aku sedang tidak ingin berdebat. Justru aku ingin memberikan penawaran yang menarik untukmu."

Gadis itu hanya diam, menunggu kalimat apa yang akan dilontarkan oleh Oliver selanjutnya.

"Aku mengurung niat untuk melemparmu ke kandang singa. Daripada kau mati sia-sia, bagaimana jika aku menjualmu ke rumah bordir? Itu jelas lebih menguntungkan, bukan?" Senyuman licik mengakhiri kalimat Oliver. Meski wajahnya tampan, tapi di mata Evelyn, pria itu tak lebih dari sosok monster yang mengerikan.

"Tidak adik, tidak kakak, kalian sama saja! Dasar otak kriminal!" Evelyn mengepalkan kedua tangan dengan geram, seperti ingin melayangkan tinju ke wajah mulus Oliver.

Kali ini Oliver mencengkeram dagu Evelyn dengan kasar, bahkan kukunya yang tajam menembus kulit gadis itu hingga mengeluarkan setitik darah segar. Evelyn meringis menikmati rasa perih akibat perlakuan Oliver.

"Dari sekian banyak wanita yang antre ingin menjadi istriku, bahkan rela menunggu giliran untuk sekadar dijadikan teman tidur, kau adalah salah satu yang paling beruntung karena aku memilihmu tanpa syarat. Seharusnya kau bangga, kau tahu?!" hardik Oliver yang mulai hilang kesabaran.

"Alih-alih merasa beruntung, aku justru merasa sangat sial karena harus dipertemukan dengan keluarga Muller yang licik dan manipulatif!"

PLAK!

Satu tamparan mendarat di wajah mulus Evelyn. Gadis itu lantas memegang pipinya yang perih dan panas, lalu menatap Oliver dengan mata memerah menahan tangis.

"MASIH BERANI MELAWAN?!"

Tubuh Evelyn mulai bergetar. Biar bagaimanapun, ia tetaplah seorang perempuan yang memiliki hati dan perasaan lebih sensitif dibanding laki-laki. Diperlakukan kasar oleh pria jelas membuatnya ingin menumpahkan air mata. Namun, ia tetap berusaha tegar demi tidak terlihat lemah di hadapan lawan.

Walau sebenarnya ingin menjerit minta pertolongan, tapi Evelyn tahu di mana dia berada sekarang. Alih-alih datang bantuan, yang ada dirinya malah dibuang ke sungai A****n oleh para pengawal Oliver.

"Cepat naik ke kasur, sebelum aku melakukan sesuatu yang lebih kasar lagi!" perintah Oliver.

"Tidak mau!" tolak Evelyn mentah-mentah.

Oliver yang sudah kepalang kesal pun segera membopong Evelyn ala bridal, lalu melempar tubuh mungil gadis itu ke atas kasur dengan kasar. Ia mengunci pergerakan Evelyn dengan cara menindih tubuh gadis itu dan memegang kuat-kuat pergelangan tangan Evelyn.

"MENJAUHLAH DARIKU, BRENGSEK!"

"Hanya jika kau menyerah di bawah perintahku," ucap Oliver bernegosiasi.

"Dalam mimpimu," balas Evelyn yang masih tak gentar sedikit pun.

"Sialan!" umpat Oliver. Dengan cepat ia menarik tengkuk Evelyn, ingin mengecup bibir merah muda gadis itu meski dirinya sudah ditolak secara mentah-mentah. Akan tetapi ...

BUGH!

Seseorang datang melepaskan satu pukulan yang mengenai wajah Oliver. Membuat tubuh pria itu terguling ke samping. Saat menoleh, Oliver mendapati Zach dengan wajah marah.

Melihat ekspresi garang Zach seperti sekarang, para pengawal Oliver tentu tak dapat menolak ketika Zach meminta dibukakan pintu. Itulah kenapa Zach bisa masuk ke kamar ini dan akhirnya memukul Oliver.

"Lancang sekali kau menyentuh Evelyn tanpa seizinku!" ucap Zach dengan rahang mengeras serta kedua tangan yang terkepal erat-erat.

"Kenapa? Memangnya hanya kau saja yang ingin menikmati tubuh gadis ini? Aku juga mau merasakannya, kau tahu?" Oliver berusaha bangkit sembari mengusap tepi bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah.

"Aku membawa Evelyn kemari bukan untuk dijadikan wanita simpanan, melainkan untuk diberi hukuman dan siksaan yang lebih sadis karena ayahnya sudah bersikap kurang ajar terhadapku!" beber pria berusia tiga puluh lima tahun tersebut. Membuat Oliver terdiam karena tidak berani mendebat perkataan sang kakak.

Di keluarga Muller, sosok Zach memang menjadi yang paling dominan dan menakutkan. Tak ada yang berani melawan jika emosi Zach sudah mencapai ubun-ubun. Sebab, Zach tidak akan segan-segan menghabisi siapa pun orang yang menghalangi jalannya—bahkan jika itu adalah saudara kandungnya sendiri.

Zach meraih tangan Evelyn, menarik gadis itu dan mengamankannya dari tatapan liar Oliver yang memandang dengan hasrat penuh. "Jika kau berani menyentuhnya sekali lagi, aku akan membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri. Mengerti?!" ancamnya yang terdengar tidak main-main, membuat tubuh Oliver bergetar dan kehilangan kata-kata.

Evelyn terbungkam. Di satu sisi ia berterima kasih karena Zach sudah menyelamatkannya dari terkaman Oliver. Namun, di sisi lain, ia juga tidak mungkin lupa bahwa pria yang baru saja menolongnya ini tak kalah brengsek dari Oliver. Lalu apa yang harus Evelyn lakukan sekarang?

Evelyn terkesiap saat Zach menarik dirinya pergi meninggalkan kamar Oliver. Entah pria itu mau membawanya ke mana, yang pasti Evelyn sangat bersyukur bisa keluar dari kandang singa liar yang sedang kelaparan.

Zach melepas tangan Evelyn begitu mereka berada di depan kamar Oliver. Dan di sini ada para pengawal Zach, pengawal Oliver, juga Daissy yang sejak tadi hanya diam menunggu.

"Kenapa kau menyelamatkanku dari adik sialanmu itu?" tanya Evelyn.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   Rencana S2

    Halo, Semuanya!Aku mau nanya, kira-kira ada gak yang masih mau baca novel ini kalau aku bikin S2?Tapi di S2 ini pemeran utamanya bukan Evelyn & Zach, melainkan karakter lain di dalam cerita ini. Nah, kalian mau aku bikin cerita lanjutan tentang perjalanan kisah siapa nih?Ada beberapa pilihan yang bisa kalian pertimbangkan—tentunya dengan konflik berbeda yang nggak kalah seru dan bikin senyum-senyum sendiri.1. Oliver2. Aldrick3. Bryan4. Fathe5. Florez6. Freya7. Atau ada request?Btw, terima kasih banyak buat yang udah baca S1—baik yang baru baca beberapa BAB atau udah sampe selesai. Semoga rezekinya selalu lancar dan berkah, biar bisa top up banyak-banyak dan ikutin terus karya-karya aku yang lain, hehehe. Luv♥️

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   Extra Part 4

    “Apa yang kau lakukan pada adikku?!”Suara bocah laki-laki dari arah lain berhasil mengalihkan perhatian Bastian dan Freya, membuat keduanya menoleh ke sumber suara, lalu terkejut mendapati Fathe yang sedang menghampiri dengan raut marah tercetak jelas di wajahnya.“Fathe!” Freya bergumam, merasa bala bantuan sudah datang kepadanya.Di belakang Fathe, tampak Florez membuntuti dengan ekspresi khawatir.Ketika Bastian menurunkan kedua tangannya dari sisi tembok, Freya langsung memaanfaatkannya untuk berlari kecil dan bersembunyi di balik punggung Fathe.Fathe menatap tajam Bastian. Satu jarinya terangkat, menunjuk-nunjuk wajah Bastian. “Kau ... jangan sekali-sekali mengganggu adikku lagi, atau aku akan mematahkan kakimu!” ancamnya dengan suara kesal.Bastian terlihat ketakutan. “Ti–tidak, Fathe. Aku tidak berniat mengganggu Freya.” Lutut kakinya terasa lemas sekarang.“Pergi sana, sebelum aku benar-benar akan menghajar wajahmu!” gertak Fathe sambil mengangkat kepalan tangannya.Bastian y

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   Extra Part 3

    “Kenapa harus menunggu pulang sekolah? Kau bisa mengatakannya sekarang juga. Kebetulan sedang tidak ada Fathe,” ucap Revano.“Benar juga. Ayo! Kau bisa melakukannya, Bastian." Kenzo menyemangati.Bastian diam saja. Namun, isi kepalanya tidak benar-benar diam. Dia sedang berpikir mengenai apa yang harus dilakukan saat ini.“Apa kau takut ketahuan Fathe?” tanya Revano. “Kau dan Freya bisa berteman dulu. Tidak harus langsung menjalin hubungan.”“Bukan,” bantah Bastian yang tidak terima dibilang takut. “Aku hanya khawatir Freya tidak mau berteman denganku.”Revano mengibaskan telapak tangan di depan wajah Bastian. “Tidak mungkin. Aku perhatikan, Freya itu anak yang sangat baik dan berhati lembut. Dia pasti mau berteman dengan siapa saja,” ucapnya mengompori.“Revano benar. Aku bahkan tidak sengaja pernah menabrak Freya, tetapi malah dia yang menyesal dan minta maaf,” beritahu Kenzo.Karena terus didesak oleh kedua temannya, Bastian pun merasa tertantang untuk maju mendekati gadis berpipi c

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   Extra Part 2

    “Mami, Mami, tadi Fathe mengatakan kalau dia mau memukul orang jahat,” adu Florez yang sedang dipakaikan dasi oleh Evelyn.“Iya, Mami. Papi juga malah mendukung, bukannya menegur,” tambah Freya. Seperti biasa, dia selalu menjadi orang pertama yang selesai mengenakan seragam dibandingkan kedua kakaknya.“Bukan begitu, Mami.” Fathe yang sedang memegang rompi merah itu langsung buka suara, tidak terima atas tuduhan yang telah dilayangkan Florez dan Freya kepadanya. “Aku hanya ingin memukul orang-orang yang bersikap jahat pada mereka.”“Ih, tapi, Mami ... bukankah kita tidak boleh membalas perbuatan jahat orang lain? Nanti Tuhan yang akan membalasnya,” ujar Florez. “Iya, ‘kan, Mi?” tanyanya memastikan.Evelyn menghela napas sejenak. Sudah biasa baginya mendengar perdebatan atau keluh kesah putra-putrinya di pagi hari, dan itu tidak pernah membuatnya merasa kesal.“Iya, betul. Kita memang tidak boleh membalas perbuatan jahat orang lain, tetapi bukan berarti kita harus diam saja pada saat di

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   Extra Part 1

    Sinar mentari menembus jendela kamar ketika Evelyn menyibak tirai gorden. Sejak pukul setengah lima pagi, dia sudah bangun untuk mandi dan menyiapkan sarapan.Ini adalah hari Senin. Ketiga anak kembarnya akan beraktivitas seperti biasa, yaitu mengikuti program prasekolah yang sudah mereka jalani sejak usia tiga tahun. Jadi, tidak heran kalau Evelyn akan lebih sibuk dibandingkan di tanggal merah.Selain mengurus anak-anak mungil itu, Evelyn juga tidak lupa dengan kewajiban sebagi istri yang harus menyiapkan segala keperluan suami yang juga akan berangkat kerja pagi ini.Masing-masing seragam sudah Evelyn letakkan dengan rapi di atas kasur, lengkap dengan dasi, topi dan kaos kaki, sedangkan beberapa pasang sepatu dia taruh di lantai.Sekarang Evelyn kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Sementara itu, di dalam toilet ....“Papi, aku ingin duduk di sana.” Freya, gadis kecil yang masih memakai baju tidur dengan rambut ikalnya yang sudah berantakan, baru saja mendongak ke arah pria ber

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   BAB 113

    “Siapa yang mau sandwich?” Terdengar suara dari arah lain, dan ternyata itu adalah Alice yang baru saja datang membawakan beberapa sandwich di atas piring.“Aku mau! Aku mau!” Ketiga anak itu berseru, lalu berlari dengan riang gembira menghampiri Alice.Melihat itu, Bryan ikut berlari ke arah Alice. “Ibu, aku mau dua! Untuk Fathe, berikan yang paling kecil dan isinya sedikit saja,” ledeknya.Fathe menoleh sambil mengerucutkan bibir dengan tatapan tajam. “Dasar serakah! Nanti perutmu bisa meledak karena terlalu banyak makan,” katanya, terlihat kesal.Bryan menjawab, “Aku tahu kapan waktunya berhenti makan, tidak seperti ikan hias yang makan banyak melebihi kapasitas perutnya yang kecil.”Fathe merasa tersinggung mendengar kata ‘ikan’. Karena, sebelumnya Bryan mengatai dirinya sekecil ikan hias. “Aku tidak pernah makan terlalu banyak,” ucapnya.“Kau menganggap dirimu seperti ikan?” ledek Bryan. “Padahal aku benar-benar sedang membahas ikan hias. Apa kau tidak tahu, ikan akan makan sebany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status