Share

BAB 4

"Sialan!" Zach mengumpat. Bola matanya bergulir memandang supir di depan sana. "Kembali ke mansion sekarang," titahnya.

"Laksanakan, Tuan!" Tanpa bicara panjang lebar, supir itu langsung tancap gas menuju ke lokasi yang diinginkan oleh Zach.

"Siapa itu Evelyn?" tanya Stella di tengah perjalanan.

"Anak dari Victor Smith, pemilik SMTV."

"Kau menjadikannya selir baru di mansion?"

Seketika Zach berdecih. "Gadis itu sangat pembangkang dan tidak akan mau dijadikan selir," ujarnya. "Lagipula tubuhnya kurus dan tidak menggiurkan sama sekali. Mana mungkin ada lelaki yang mau tidur dengannya?"

"Lalu?" Stella terus menginterogasi.

"Aku ingin membuat Victor menyesal karena sudah menolak menjadi stasiun televisi yang mendukung resmi Zachary Muller," papar Zach. "Maka dari itu, aku sengaja menculik Evelyn untuk memberinya peringatan."

"Tapi kenapa kau marah saat mendengar Oliver ingin menjadikan gadis itu sebagai teman penghangat ranjang untuknya?" Stella semakin penasaran. "Jangan katakan kalau kau cemburu karena menyukai gadis itu, Zach."

Kalimat tanya yang diajukan Stella membuat Zach menoleh seraya membulatkan mata. "Aku tidak cemburu!" bantahnya. "Aku hanya tidak ingin ada bagian dari keluarga kita yang menyentuh Evelyn, karena itu akan membuat Evelyn semakin sombong dan merasa sok kecantikan. Gadis seperti dia pantasnya menjadi babu pribadi untuk istriku yang manis."

Stella tersipu. Ia memeluk lengan Zach, meletakkan kepalanya di atas bahu kekar sang suami. "Kau membuatku melayang, Zach."

Pria tampan itu hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Stella. Mudah sekali membuat wanita terkesan, bukan? Bahkan hanya dengan kata-kata, semuanya selesai.

***

Di sisi lain, Evelyn baru saja dipaksa masuk ke dalam kamar Oliver setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian sesuai dengan pilihan Daissy. Pintu ditutup seketika, lalu dikunci dari luar dan—seperti biasa—para pengawal berdiam diri di depan pintu sampai Oliver memberikan instruksi selanjutnya kepada mereka.

"Jadi, bagaimana perasaanmu, Nona?" Oliver berjalan mendekati Evelyn, menciptakan ketukan pada lantai dari pantofel hitam yang dikenakannya. "Mungkinkah ini hari kesialanmu karena harus terperangkap dan tidak bisa melarikan diri dari sini? Atau justru merasa beruntung karena aku mengundangmu secara cuma-cuma ke kamar ini, hm?"

"Sebenarnya apa maumu? Sudah kukatakan bahwa aku tidak mau tidur dengan siapa pun laki-laki yang menghuni mansion kotor ini!"

"Tenang sedikit ..." kata Oliver. "Aku sedang tidak ingin berdebat. Justru aku ingin memberikan penawaran yang menarik untukmu."

Gadis itu hanya diam, menunggu kalimat apa yang akan dilontarkan oleh Oliver selanjutnya.

"Aku mengurung niat untuk melemparmu ke kandang singa. Daripada kau mati sia-sia, bagaimana jika aku menjualmu ke rumah bordir? Itu jelas lebih menguntungkan, bukan?" Senyuman licik mengakhiri kalimat Oliver. Meski wajahnya tampan, tapi di mata Evelyn, pria itu tak lebih dari sosok monster yang mengerikan.

"Tidak adik, tidak kakak, kalian sama saja! Dasar otak kriminal!" Evelyn mengepalkan kedua tangan dengan geram, seperti ingin melayangkan tinju ke wajah mulus Oliver.

Kali ini Oliver mencengkeram dagu Evelyn dengan kasar, bahkan kukunya yang tajam menembus kulit gadis itu hingga mengeluarkan setitik darah segar. Evelyn meringis menikmati rasa perih akibat perlakuan Oliver.

"Dari sekian banyak wanita yang antre ingin menjadi istriku, bahkan rela menunggu giliran untuk sekadar dijadikan teman tidur, kau adalah salah satu yang paling beruntung karena aku memilihmu tanpa syarat. Seharusnya kau bangga, kau tahu?!" hardik Oliver yang mulai hilang kesabaran.

"Alih-alih merasa beruntung, aku justru merasa sangat sial karena harus dipertemukan dengan keluarga Muller yang licik dan manipulatif!"

PLAK!

Satu tamparan mendarat di wajah mulus Evelyn. Gadis itu lantas memegang pipinya yang perih dan panas, lalu menatap Oliver dengan mata memerah menahan tangis.

"MASIH BERANI MELAWAN?!"

Tubuh Evelyn mulai bergetar. Biar bagaimanapun, ia tetaplah seorang perempuan yang memiliki hati dan perasaan lebih sensitif dibanding laki-laki. Diperlakukan kasar oleh pria jelas membuatnya ingin menumpahkan air mata. Namun, ia tetap berusaha tegar demi tidak terlihat lemah di hadapan lawan.

Walau sebenarnya ingin menjerit minta pertolongan, tapi Evelyn tahu di mana dia berada sekarang. Alih-alih datang bantuan, yang ada dirinya malah dibuang ke sungai A****n oleh para pengawal Oliver.

"Cepat naik ke kasur, sebelum aku melakukan sesuatu yang lebih kasar lagi!" perintah Oliver.

"Tidak mau!" tolak Evelyn mentah-mentah.

Oliver yang sudah kepalang kesal pun segera membopong Evelyn ala bridal, lalu melempar tubuh mungil gadis itu ke atas kasur dengan kasar. Ia mengunci pergerakan Evelyn dengan cara menindih tubuh gadis itu dan memegang kuat-kuat pergelangan tangan Evelyn.

"MENJAUHLAH DARIKU, BRENGSEK!"

"Hanya jika kau menyerah di bawah perintahku," ucap Oliver bernegosiasi.

"Dalam mimpimu," balas Evelyn yang masih tak gentar sedikit pun.

"Sialan!" umpat Oliver. Dengan cepat ia menarik tengkuk Evelyn, ingin mengecup bibir merah muda gadis itu meski dirinya sudah ditolak secara mentah-mentah. Akan tetapi ...

BUGH!

Seseorang datang melepaskan satu pukulan yang mengenai wajah Oliver. Membuat tubuh pria itu terguling ke samping. Saat menoleh, Oliver mendapati Zach dengan wajah marah.

Melihat ekspresi garang Zach seperti sekarang, para pengawal Oliver tentu tak dapat menolak ketika Zach meminta dibukakan pintu. Itulah kenapa Zach bisa masuk ke kamar ini dan akhirnya memukul Oliver.

"Lancang sekali kau menyentuh Evelyn tanpa seizinku!" ucap Zach dengan rahang mengeras serta kedua tangan yang terkepal erat-erat.

"Kenapa? Memangnya hanya kau saja yang ingin menikmati tubuh gadis ini? Aku juga mau merasakannya, kau tahu?" Oliver berusaha bangkit sembari mengusap tepi bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah.

"Aku membawa Evelyn kemari bukan untuk dijadikan wanita simpanan, melainkan untuk diberi hukuman dan siksaan yang lebih sadis karena ayahnya sudah bersikap kurang ajar terhadapku!" beber pria berusia tiga puluh lima tahun tersebut. Membuat Oliver terdiam karena tidak berani mendebat perkataan sang kakak.

Di keluarga Muller, sosok Zach memang menjadi yang paling dominan dan menakutkan. Tak ada yang berani melawan jika emosi Zach sudah mencapai ubun-ubun. Sebab, Zach tidak akan segan-segan menghabisi siapa pun orang yang menghalangi jalannya—bahkan jika itu adalah saudara kandungnya sendiri.

Zach meraih tangan Evelyn, menarik gadis itu dan mengamankannya dari tatapan liar Oliver yang memandang dengan hasrat penuh. "Jika kau berani menyentuhnya sekali lagi, aku akan membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri. Mengerti?!" ancamnya yang terdengar tidak main-main, membuat tubuh Oliver bergetar dan kehilangan kata-kata.

Evelyn terbungkam. Di satu sisi ia berterima kasih karena Zach sudah menyelamatkannya dari terkaman Oliver. Namun, di sisi lain, ia juga tidak mungkin lupa bahwa pria yang baru saja menolongnya ini tak kalah brengsek dari Oliver. Lalu apa yang harus Evelyn lakukan sekarang?

Evelyn terkesiap saat Zach menarik dirinya pergi meninggalkan kamar Oliver. Entah pria itu mau membawanya ke mana, yang pasti Evelyn sangat bersyukur bisa keluar dari kandang singa liar yang sedang kelaparan.

Zach melepas tangan Evelyn begitu mereka berada di depan kamar Oliver. Dan di sini ada para pengawal Zach, pengawal Oliver, juga Daissy yang sejak tadi hanya diam menunggu.

"Kenapa kau menyelamatkanku dari adik sialanmu itu?" tanya Evelyn.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status