***
Adit menjadi uring-uringan sejak Senja tak bisa dihubungi usai ia kembali ke Jakarta. Lelaki itu berkali-kali menelpon Senja, tapi Senja yang sibuk bekerja tak sempat mengangkat panggilannya.
“Sialan! Ke mana perempuan itu?” Adit bertanya pada dirinya sendiri.
Pada akhirnya Adit memutuskan untuk menelpon Tika. Dalam beberapa menit keduanya telah terhubung.
“Ada apa, Mas?” tanya Tika.
“Di mana Senja?” Tanpa basa basi Adit langsung mengungkapkan tujuannya yaitu mencari wanita simpanannya.
“Loh bukannya kalian memiliki nomor telepon masing-masing?” Tika terdengar heran.
Membuat Adit berdecak sebal karena bukan pertanyaan yang sekarang dia butuhkan. Melainkan jawaban. “Di mana Senja?” ulangnya.
Dari jauh Tika ikut mendecakan lidahnya. “Jam segini biasanya Senja kerja di rumah makan, Mas,” jawabnya setelah melihat jam yang melingkari pergelangan tangannya ma
***Sebuah pesan masuk ke ponsel Senja. Isinya mengabarkan kalau Adit terus mencari keberadaannya. Pesan itu dari Tika.“Pantas saja banyak panggilan tak terjawab dari Mas Adit!” ujar Senja.Sekarang sudah pukul Empat sore. Dirinya pun sudah berada di rumah. Tak ingin membuat pelanggan semata wayangnya itu gelisah apalagi marah, Senja segera mengirim sebuah pesan.[Ada apa, Mas?]Sambil menunggu balasan dari Adit, Senja membereskan kontrakan. Sore ini rencananya ia akan ke rumah sakit untuk mengunjungi Andra. Mau menginap sekalian makanya ia siap-siap. Senja lupa kalau ada janji pada Adit.[Nanti malam aku ingin kita bertemu. Di mana aku bisa menjemputmu? Aku ingin kita berkencan,]Dua Puluh menit Senja menunggu balasan dari lelaki yang berani membayar mahal dirinya itu.“Nanti malam?” Senja membola. Apakah ia akan membiarkan Andra tidur sendirian lagi malam ini? Jujur Senja merasa iba. Ia ingin bersama
***Sepulang dari rumah sakit Senja langsung bergegas mandi. Sebentar lagi azan magrib berkumandang. Betapa wanita Dua Puluh Tujuh tahun itu bersyukur atas kesempatan yang Tuhan berikan untuk menyelamatkan Andra. Melalui dokter Kinan pengobatan Andra bisa dipercepat.Iya, meskipun berlumur dosa karena menjadi wanita simpanan, tapi Senja tak ingin benar-benar melupakan Tuhannya. Atas kehendak Yang Maha Kuasa pula Andra masih berada di sisinya hingga detik ini.Ketika keluar dari kamar mandi kontrakannya, azan magrib akhirnya berkumdang. Dengan cepat Senja mengenakan pakaian bersih. Kebetulan ia sudah mengambil wudhu sebelum masuk ke kamar.“Ya Allah ampuni hamba yang penuh dengan dosa ini. Ampuni segala yang telah hamba perbuat. Hamba tak memiliki pilihan untuk mendapatkan uang pengobatan Andra secepatnya. Namun, setelah Andra melakukan pengobatan dan dibantu oleh dokter Kinan, hamba akan bertaubat. Biarlah hamba bekerja serabutan untuk melunasi huta
***Makan malam mewah yang Adit siapkan untuk Senja telah selesai beberapa menit yang lalu. Namun, keduanya belum beranjak dari restoran itu.“Kamu kenapa diam saja Senja? Mentang-mentang aku mengaku nyaman, kamu jadi nggak berani bicara apapun lagi,”“Huh? Bukan begitu Mas, aku hanya bingung mau ngomong apa.”“Baiklah, ayo kita pergi dari sini dan bicara di atas ranjang!”Mendengar itu membuat pupil mata Senja melebar. Ia tahu malam ini akan berakhir di mana dirinya.“Kita sudahi saja kencan rahasia ini. Ayo pergi!” Adit menarik tangan Senja.Tenang saja, biaya reservasi sudah ia lunasi.“Mas!” Senja terseok. Kakinya yang sedang mengenakan hills 5cm sedikit membuatnya kesulitan mengimbangi langkah Adit. “Pelan-pelan, Mas. Nanti aku jatuh,” tegurnya.Namun, Adit tampak tidak peduli. Ia terus menarik tangan Senja hingga akhirnya mereka sampai di mobil
***Senja mengerti maksud gus Isam. Namun, ia tak bisa menerima kebaikan dari lelaki itu. Senja lalu menggelengkan kepalanya. “Nggak usah, terima kasih atas tawarannya. Saya nggak apa-apa,” ucapnya.Sorban yang gus Isam berikan ditatap lekat-lekat oleh Senja. Benaknya bertanya, haruskah menerima sorban tersebut atau mengembalikannya saja. Akhirnya Senja memilih menerima benda yang memiliki ciri khas tersebut.“Saya akan menerima ini,” Senja menutup bagian dadanya yang sedikit menonjol.Setelah itu gus Isam baru berani memalingkan wajah ke arahnya. Hanya sekali menatap saja, lalu mengalihkan pandangan lagi. “Biar saya obati dulu lukanya, Mbak,” ucapnya.“Anuuu gus sebaiknya kita langsung ke rumah sakit saja. Kyai sudah menelpon sejak tadi,” Pak Maman kembali masuk dalam percakapan Senja dan gus Isam.Abrisam menoleh padanya. Perjalanan mereka memang sedang menuju ke rumah sakit setelah pulang da
***Adit tersenyum lepas saat melihat wajah Senja memerah akibat ulahnya. Lelaki itu kini sudah kembali duduk di belakang stir. Siap untuk mengantar Senja pulang.“Kenapa, Mas?” tanya Senja yang merasa tak nyaman ditatap Adit dengan cara seperti itu.Adit mengedikan bahunya. “Kamu yang kenapa? Wajahmu sampai merah begitu,” ucapnya.Senja menyentuh pipinya menggunakan telapak tangannya. “Bagaimana nggak merah kalau Mas Adit menciumku di sembarang tempat! Secuirity pula yang menegur kita,” deliknya.Mengulang ingatan tentang kejadian tadi membuat Adit kembali tertawa. Iya, benar! Mereka memang digerbek oleh seorang secuirity lantaran bercumbu di tempat umum. Terpaksa Adit mengakui Senja sebagai istrinya lalu memberi secuirity tersebut uang agar tak banyak bicara.“Jangan lakukan itu lagi, Mas!” ujar Senja.“Makanya jangan membuatku ingin melakukannya, Nja,” balas Adit.S
***Adit melajukan mobilnya begitu siluet Senja tak lagi dapat ditangkap oleh pandangan matanya. Lelaki itu akan langsung pulang ke rumah karena mamanya akan khawatir kalau ia tak pulang-pulang. Ditambah Nayra sedang mendesah asyik bersama lelaki simpanan.Tck! Adit mendecakan lidah lantaran kesal melihat kelakuan istrinya.Mungkin ia harus bicara dengan perempuan itu lalu menceraikannya saja. Adit sudah tidak sabar.Namun, pertama-pertama yang harus diajak bicara adalah mamanya. Bagaimanapun juga wanita yang telah melahirkannya itu sangat menyayangi Nayra.Satu jam kemudian mobil yang Adit kendarai akhirnya sampai juga di rumah mewahnya. Adit turun dari mobil dengan wajah yang tegang. Jujur ia sangat bingung memulai pembicaraan dengan mamanya.“Mungkin mama sudah tidur!” ujar lelaki itu sebab tak melihat mamanya di mana pun.Wajar karena malam sudah cukup larut. “Lebih baik aku juga tidur,” ucapnya.Adi
***Abrisam memeluk umi Laila yang sedang terisak pilu melihat keadaan Adnan yang tak kunjung membaik. Bahkan hari ini dokter mengatakan kalau kondisi Adnan semakin buruk. Itulah kenapa Abi meminta Isam untuk datang ke rumah sakit.Usai mengisi pengajian gus mudah itu langsung datang ke tempat ini. “Umi yang sabar, Umi. Adnan akan sedih melihat Umi seperti ini,” ucapnya sambil menenangkan Nyai Laila.“Maafkan Umi Isam, bagaimanapun juga Umi ndak kuat melihat Adnan menderita. Ini salah Umi karena ndak becus menjaganya,” Umi mulai menyalahkan diri.Kyai hanya diam saja melihat ratapan istrinya. Ia berusaha menguatkan diri untuk tak ikut menangis. Sejujurnya hatinya pun hancur melihat Adnan terbaring kaku dengan alat-alat yang setiap hari berdenging membantu pernapasannya.“Apa sudah saatnya kita melepas Adnan, Umi?” tanya Isam hati-hati.Nyai Laila langsung menoleh padanya. “Namun, kehidupan Adnan masi
***Nayra menggeliat manja dalam pelukan Ferdian, lelaki yang menjadi teman tidurnya selama Dua bulan ini. Wanita itu tampak tersenyum ketika bangun dari tidurnya. “Sudah lama kamu bangun?” tanyanya pada Ferdian.“Baru saja. Kamu langsung pulang?” tanya Ferdian.Nayra pura-pura berpikir, padahal ia sudah memiliki jawabannya.“Hey?” Ferdian menegurnya, dan Nayra terkekeh karena teguran itu. “Kenapa selalu nggak sabaran? Kamu nggak mau berpisah dari aku?” tanyanya.Ferdian mengeratkan pelukannya pada wanita yang sudah bersuami itu. “Aku selalu nggak mau berpisah dari kamu, Nay. Maunya dekat kamu terus. Gimana kalau kamu bercerai dari Adit dan menikah denganku saja?” tanyanya.Nayra menganggap itu hanya sebuah candaan, tapi bagi Ferdian itu bukan hanya sekadar bercanda. Ia serius ingin Nayra menjadi miliknya. Tak perlu lagi mereka bermain kucing-kucingan seperti ini. Apalagi alasananya