Share

Bab 3

Author: Rira Faradina
last update Last Updated: 2023-03-26 06:24:08

Sebuah mobil memasuki sebuah kompleks perumahan, bergerak perlahan melewati beberapa blok hingga akhirnya berhenti di depan sebuah rumah bercat kuning pucat.

Dengan wajah datar Hanna turun dan melangkah tenang masuk ke halaman lalu mengetuk pintu, tak lama, datang seorang wanita lain yang langsung menyambutnya dengan hangat.

"Aku sudah menunggumu dari tadi." Ucap Dina, sahabat sekaligus sepupu Hanna. Seseorang yang selalu setia menampung segala cerita hidupnya.

"Ada sedikit masalah di jalan," ucap Hanna beralasan.

"Kau benar-benar nekat, Hanna, aku bahkan tak bisa berpikir dengan baik sewaktu kau menelponku dan bercerita tentang pergulatanmu itu," ujar Dina menggeleng.

"Maksudmu aku harus diam saja melihat perbuatan mes-um mereka, begitu?" Ketus Hanna.

"Jangan salah paham. Aku tidak mengatakan seperti itu. Kau menghajar Siska habis-habisan, Tapi bagaimana jika ia melapor ke polisi. Bisa panjang ceritanya Hanna. Kau selalu saja bertindak semaunya." Dina mengeluh seolah memikirkan kelanjutan kisah pergulatan Hanna dengan wanita yang menjadi selingkuhan suaminya itu.

"Aku sudah terlalu kesal. Mas Aldo terus saja berpura-pura setia. Dia pikir aku tidak tahu kelakuannya diluar." Geram Hanna, lalu mengigit bibirnya.

"Aku sudah terlalu sabar selama ini, Dina ...." Lanjut Hanna berucap lirih.

"Lihat ini, video gulatmu mulai viral. Pertengkaranmu dengan Siska menguntungkan banyak orang, mereka menjadikannya konten di sosial media." Lapor Dina sambil memperlihatkan sebuah konten di Chanel Y-tube.

"Biar saja. Anggap saja itu rejeki buat mereka." Balas Hanna cuek.

"Kau tidak malu?"

"Pertanyaanmu konyol. Tentu saja aku malu."

"Lalu?"

"Aku hanya mengikuti naluriku saja. Dan instingku mengatakan jika aku harus menghajarnya, lagipula, aku tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa mencakar wajahnya itu," Jawab Hanna enteng.

"Setidaknya, kau bisa membalas suamimu itu dengan elegan." Cicit Nia

Mendengar ucapan Nia membuat

Hanna memiringkan kepalanya.

"Elegan? Terlalu lama, lagipula tanganku sudah terlalu gatal untuk memberi pelajaran pada dua ulat bulu yang gatal itu."

"Lalu suamimu, apa dia sudah tahu bahwa kau menghajar selingkuhannya?

"Mungkin saja. Sudah tiga hari ini dia tidak pulang kerumah," Jawab Hanna getir.

"Kalian bertengkar sebelumnya?"

Hanna menggeleng.

"Tidak. Kami tidak bertengkar. Tapi, si j4lang itu menyulut amarahku lebih dulu."

"Lihatlah," Hanna memperlihatkan ponselnya yang berisi beberapa pesan yang dikirim Siska padanya.

"Astaga!" Dina berucap lalu menggeleng lemah ketika melihat foto-foto vulgar berikut caption yang menempel pada tiap tiap foto tersebut, seakan ingin menantang Hanna. Bahkan ada video berdurasi 19 detik yang memperlihatkan dua orang tanpa bus4na sedang berc!nt4 dengan penuh nafsu di sebuah kamar hotel.

"J4lang murahan itu yang mengirimkannya sendiri ke ponselku." Ucap Hanna sebelum Dina bertanya.

"Bagaimana jika kau yang menerima kiriman pesan seperti itu. Apakah emosimu tidak tersulut?" Hanna membalik pertanyaan Dina.

"Aku pasti marah. Mereka berdua bahkan tidak merasa malu mengambil foto t4npa bus4na seperti ini. Benar-benar menjijikkan."

Wajah Dina meringis. Wanita itu tak habis pikir, begitu pe-de nya kedua pasangan me5um itu mengambil foto dengan gaya tubuh saling menempel.

"Aku tak menyangka jika Siska bisa setega ini menusukmu dari belakang?"

"Begitulah. Asal kau tahu, sebelum menghajarnya, aku telah membayar orang untuk mengintai si j4lang tak tahu malu itu lebih dulu, Entah ada dendam apa wanita j4lang itu padaku. Hingga sampai tega menusukku seperti ini." Sahut Hanna yang tak mau menyebut nama seseorang yang pernah berteman dengannya dulu, lalu mengendikkan bahu.

"Kau tidak curiga sebelumnya dengan Mas Aldo?" Kembali Dina bertanya.

Kembali Hanna menggeleng." Aku terlalu percaya padanya, dengan mulut manis dan muslihatnya. Itulah kebodohanku."

Sejenak keheningan tercipta diantara mereka. Dina yang masih memegang ponsel Hanna hanya bisa menggeleng dan menjadi pendengar yang baik, sedang Hanna menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sembari memejamkan mata.

Siska adalah temannya semasa sekolah dulu, mereka dulu cukup dekat, bahkan Hanna sering berbagi dan meminjamkan apapun miliknya kepada Siska, karena rasa kasihan padanya.

Hanna lah orang yang mau berteman dengan Siska ketika hampir semua teman-teman sekolah mereka yang lain menjauhinyap, Hanna pula yang membawa ibu temannya itu ke rumah sakit ketika Siska mengeluh tidak memiliki uang untuk membawa ibunya sekadar untuk berobat ke puskesmas. Bahkan Hanna rela meminjamkan uang tabungannya untuk menebus ijazah sekolah Siska yang tak bisa ia ambil karena tak mampu.

Dan ... jika mengingat semua kebaikan yang Hanna lakukan, rasanya tak mungkin Siska bisa melakukan hal serendah itu pada seseorang yang pernah berjasa membantunya. Membuat Dina tak habis pikir dengan isi kepala Siska sekarang.

Tak adakah sedikit rasa terima kasih wanita itu pada seorang teman yang begitu banyak berjasa padanya?

"Aku yakin Siska sudah mengadu pada suamimu." Cetus Dina kemudian.

"Aku tak peduli."

"Apa rencanamu selanjutnya, Hanna?"

"Tentu saja memastikan pel4cur itu tidak akan melapor ke polisi. Kelihatannya j4lang murahan itu lupa siapa aku." Jawab Hanna dengan seringai tipis di wajahnya.

Dina yang berada duduk di sampingnya memandang Hanna tak berkedip. Ia sangat mengenal Hanna luar dalam berikut tabiatnya yang keras, dan jika wanita itu sudah memutuskan sesuatu, maka sangat sulit untuk mengubah keputusannya.

Melihat Hanna yang masih sibuk dengan skenario pembalasan yang ada dalam kepalanya. Membuat Dina berdehem untuk mendapat perhatiannya kembali.

"Ehem ... Bagaimana jika suamimu memarahimu karena sudah mempermalukan selingkuhannya!?" Tanya Dina cemas.

"Aku akan menghadapinya."

"Kau yakin?"

"Tentu saja!" Jawab Hanna penuh keyakinan.

"Seandainya saja ia lebih memilih pelak0r itu?" Tanya Dina ragu, takut akan menyinggung perasaan Hanna.

Mendengar perkataan Dina, spontan Hanna terkekeh.

"Kau pikir aku takut berpisah dari lelaki bej4t dan menjijikkan seperti itu?"

"Aku hanya mengkhawatirkanmu. Aku hanya tak mau mereka mendapat kebahagiaan setelah membuatmu sengsara."

"Itu tak akan terjadi. Percaya padaku. Ah, rasanya aku harus berdandan untuk menyambut kedatangan ulat bulu yang satunya, dan memberikan service terbaik padanya, aku yakin lelaki itu akan pulang malam ini," Ucap Hanna memiringkan kepalanya.

"Jangan katakan jika kau akan berbuat sesuatu yang nekat lagi."

Mendengar kalimat itu Hanna mendelik.

"Harusnya kau mengatakannya pada lelaki tukang selingkuh itu karena telah membangunkan sisi iblis dalam diriku." Geram Hanna dengan kilatan amarah di matanya.

"Sebentar lagi kau akan melihat sebuah pertunjukan yang menarik. Dalam mimpi sekalipun aku tidak akan melepaskan kedua pengkhianat yang tidak punya rasa malu itu."

Ucapan Hanna seketika membuat Dina menghela nafas panjang, karena artinya, Hanna menabuh genderang perang dan pertarungan ini baru saja dimulai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dita Sintiya
seru banget, lanjutkan thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 91

    Bab Ekstra 2Sementara itu di tempat lain."Darimana saja kau Siska?" Ketus seorang pria padanya "Aku keluar sebentar, mas," Jawab Siska gugup."Aku tahu kau keluar, yang kutanyakan darimana?""A-aku ke minimarket depan, mas. Beli beberapa perlengkapan mandiku yang sudah habis," jawab Siska menunduk."Mana?""Hah?""Aku tanya mana perlengkapan mandi yang kau beli itu? Aku tak melihatnya?" "Itu, a-ada ..." Ucap Siska gugup, karena ia tahu mengapa pria itu bertanya padanya seperti ini.Plak!Sebuah tamparan keras diberikan pria itu di wajah Siska, belum puas, pria itu lantas menjambak rambutnya dengan kasar."Kau pikir aku tidak tahu, kau baru saja menemui istriku, bukan?""Sial," umpat Siska dalam hati."Kau benar benar lacur! Apa semua yang kuberikan padamu belum cukup hingga kau membuat onar di rumahku, Hah!" "Mas, istrimu yang lebih dulu menghinaku. Lagipula, kau sudah berjanji akan menceraikan istrimu setelah menikahiku!" Siska meraung."Kau benar-benar lancang!" Hardik pria itu

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 90

    Bab Extra 1Aldo termangu memandangi Andira, putri semata wayangnya dengan Siska, dengan tatapan sayu. Hatinya menjerit melihat anak perempuannya itu tumbuh tanpa sosok ibu di sampingnya.Balita berusia dua tahun itu tampak sedang berpegangan tangan pada ujung meja, sedang asyik belajar berjalan, sesekali tampak ia terjatuh.Dipandanginya wajah putrinya, wajah yang persis sama dengan Siska. Lelaki itu berharap jika putrinya tidak mengikuti jejak ibunya, bahkan demi bisa fokus merawat dan mengasuh Andira, Aldo terpaksa keluar dari pekerjaannya.Membuka sebuah warung bengkel kecil di depan rumah, itulah pekerjaannya yang ditekuni Aldo sekarang untuk menafkahi putrinya. Sesekali ia menerima pekerjaan sampingan sebagai sales freelance. Untung saja ia tak perlu mengeluarkan uang untuk tempat tinggal, karena Ridwan mengizinkan dirinya dan putrinya untuk tinggal bersamanya. Sudah dua tahun berlalu sejak pertemuan terakhir dengan Roy, sang ayah biologisnya. Sesekali beliau menelpon, sekedar

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 89

    Dua tahun kemudian."Aku tak menyangka jika kau akan membeli keripik kentang sebanyak itu," keluh Hanna sambil melirik beberapa jenis merk keripik kentang yang ada dalam troli."Aku hanya membeli untuk jatah satu minggu," jawab Reza santai.Hanna menggeleng melihat kelakuan dokter tampan itu, lalu kembali memandang deretan produk pencuci wajah yang ada di hadapannya.Awalnya Hanna hanya berdua saja dengan mbok Yem, asisten rumah tangganya, belanja dan mendorong troli supermarket ini, tapi di tengah perjalanan ke supermarket tadi, Reza mendadak meneleponnya, dan entah bagaimana caranya tiba tiba lelaki itu bisa ada di supermarket tersebut dan akhirnya ikut berbelanja."Apa masih ada yang ingin dibeli, mbok?" Tanya Hanna pada Mbok Yem ketika meletakan sebuah sabun pencuci wajah kedalam troli belanjanya."Nggak ada, semuanya sudah ada dalam troli," jawab mbok Yem."Baguslah, berati kita langsung saja ke kasir," sahut Hanna lalu menoleh pada lelaki yang berdiri di sebelahnya."Aku juga su

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 88

    Hanna melirik arloji di tangannya, ketika tangan Dina menyenggol lengannya. Hanna mengerti apa yang ingin disampaikan Dina, wajahnya tampak mengangguk perlahan, lalu berpaling melirik ke sekelilingnya.Ridwan dan Roy terlihat sedang menyandarkan punggung mereka sementara Aldo menjambak rambutnya. Kemarahan masih terlihat jelas di matanya. Hanna bisa mengerti, mantan suaminya itu membutuhkan waktu untuk bisa menerima semua kenyataan ini."Hanna, ayo kita pulang," bisik Dina di telinga Hanna."Baiklah." sahut Hanna. Hanna dan Dina terlihat meraih tas mereka, lalu melirik Ridwan yang masih diam, segera saja mereka mengutarakan niatnya untuk pamit pulang dan segera pergi dari sini."Amanah ibu Marina sudah saya sampaikan, mohon maaf saya dan Dina pamit pulang, pak," ucap Hanna pada Ridwan."Oh ya, terima kasih banyak atas bantuannya, Hanna. Tunggu sebentar," ujarnya lalu bangkit dan berjalan tergesa masuk ke salah satu ruangan di dalam rumahnya.Hanna hanya bisa menunggunya, untung saja

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 87

    "Tenangkan dirimu, nak. Bapak tahu, sulit bagimu menerima kebenaran ini, tolong jangan biarkan kemarahanmu yang berbicara karena itu tidak baik. Karena bagaimanapun dia adalah ibumu, seseorang yang harus kau hormati."Hanna melirik Roy yang tampak diam dengan kepala tertunduk. Ada luka dan kesedihan di wajah lelaki paruh baya itu. Sesekali mata tua itu melirik putranya yang masih belum bisa menerima dirinya dan kenyataan tersebut.Sentuhan tangan Dina membuat Hanna menoleh, mata Dina mengisyaratkan jika mereka harus pamit pulang, segera Hanna melirik ke arah jam di pergelangan tangannya, seakan meminta waktu sebentar lagi."Baiklah, tapi sebentar saja ya," bisik Dina."Iya." Bisik Hanna pelan."Sejak kapan bapak tahu semua ini dan tahu bahwa aku bukan anak kandung bapak?" Tanya Aldo dengan suara parau, sungguh, wajah lelaki itu kini tampak begitu muram."Satu bulan sebelum ibumu memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah," ujar Ridwan sambil terus memandang Aldo." ... Saat itu?" Kenin

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 86

    "Pe-pemeriksaan apa ini, apakah ini adalah pemeriksaan identifikasi DNA milikku? Siapa itu Mario Darmawan? Apakah itu nama asli dari lelaki bernama Roy ini?" Lanjut Aldo sambil memandang fokus pada Ridwan, ayahnya.Ridwan tak menjawabnya, manik mata lelaki itu memandang lurus pada Aldo dengan tatapan teduh dan sikap yang begitu tenang, tak tampak kegelisahan dan rasa takut di wajahnya. Di lihatnya tangan Aldo yang gemetar, ia tahu suatu saat, hari ini pasti akan tiba, hari di mana lelaki itu mengetahui jati dirinya. Hari di mana sebuah rahasia yang disimpan bertahun-tahun akan terbongkar.Suasana hening sesaat, baik Hanna maupun Dina memilih diam, tak bersuara. Tak terkecuali Roy, lelaki berusia lima puluh tahunan itu juga memilih bungkam."Apa maksud semua ini pak? Tes DNA?" Kembali Aldo bertanya lirih."A-pa pemeriksaan ini benar?" Mendengar pertanyaan Aldo, Ridwan hanya mengangguk. Di lihatnya wajah Aldo yang tampak begitu terluka. Sungguh, ia tak berharap melukai perasaan Aldo,

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 85

    Ekor mata Aldo melirik lelaki yang duduk di sebelah ayahnya dengan begitu tajam. Suasana hatinya mendadak buruk. Ia tak menyangka jika ayahnya bisa mengundang lelaki itu untuk bergabung bersama mereka di sini.Tangannya mengepal kuat, melihat wajah lelaki itu, telapak tangannya terasa gatal untuk memukul atau pun mengajak lelaki itu bertengkar.Sesekali tampak lelaki itu melirik pada Aldo, sekilas ia melihat beberapa bagian dari wajah Marina yang terpahat di sana. Mata mereka begitu mirip. Begitu juga dengan bentuk dagunya yang persis sama dengan Marina, ibunya."Untuk apa mengundangnya kemari, Pak? aku tak suka melihatnya ada di sini," ujar Aldo setengah berbisik pada Ridwan ayahnya."Bapak mengundangnya karena kehadirannya berhubungan dengan isi amplop itu, nak," jawab Ridwan."Tapi ..." Ujar Aldo yang masih tampak begitu keberatan.Yah, Aldo mengetahui persis siapa lelaki itu. Lelaki yang menjadi penyebab rumah tangga kedua orang tuanya berakhir di pengadilan. Lelaki itu pula yang

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 84

    "Maaf membuatmu menunggu. Aku memintamu datang kesini karena ingin menyampaikan amanah dari ibumu," ujar Hanna sambil meletakkan sebuah amplop putih yang masih bersegel di atas meja.Aldo tampak mengernyitkan dahi, tatapan matanya lurus pada amplop putih yang baru saja diletakkan Hanna di meja, ada gurat kebingungan di wajahnya, wajar saja karena di matanya Hanna seakan ingin bermain teka-teki dengannya.Amplop itu tampak rapi dengan logo sebuah rumah sakit di salah satu sudutnya. Sebuah amplop yang berisi rahasia kelahiran Aldo.Menyadari kemana arah pandangan Aldo, Hanna terlihat menuduk sesat, lalu berbicara pelan."Sebelumnya aku minta maaf padamu, mas. Karena menahan amanah ini cukup lama. Aku tahu aku sangat egois dan salah, karena tidak langsung menyampaikannya padamu.""Sebenarnya, ibu memintaku untuk segera memberikan amplop ini padamu setelah ia meninggal, namun, saat itu kau sangat gencar menuduhku berselingkuh, hal itu membuatku geram dan sakit hati hingga ..." Hanna menje

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 83

    Sementara itu di tempat lain."Kita tunggu Hanna datang, karena dia yang memegang amanah ibumu," Sahut Ridwan yang langsung di balas dengan kerutan di kening Aldo."Hanna? Amanah ibu? Apa sebenarnya maksud semua ini, pak?""Tunggulah sebentar, bapak yakin tak lama lagi Hanna akan tiba.""Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini," ungkap Aldo dengan wajah kebingungan.Untuk beberapa saat mereka saling diam, tak lama, terdengar Ridwan berdehem cukup keras."Bapak ke belakang sebentar membuatkan teh hangat untukmu. Sementara itu, buatlah dirimu senyaman mungkin disini. Lagipula, sudah lama kau tidak pulang ke rumah," Selesai mengucapkan kalimat itu, Ridwan pun berlalu meninggalkan Aldo sendiri.Aldo menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, mengikuti saran sang ayah untuk membuat dirinya senyaman mungkin. Sesekali terlihat ia memejamkan matanya, mencoba mencari ketenangan di sana.Rumah ini adalah tempat di mana ia menghabiskan masa kecilnya. Selepas menyelesaikan pendidikan das

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status