Home / Romansa / Wanita Untuk Sang CEO / 2. Tawaran Andhika

Share

2. Tawaran Andhika

Author: Yetti S
last update Last Updated: 2023-05-08 10:02:58

Mutia sebagai manager Hana, tampak keberatan apabila Hana berbicara empat mata dengan Andhika tanpa dia dampingi. Apalagi Mutia merasa kalau ada maksud tersembunyi di balik undangan Andhika hari ini.

“Maaf, Pak Andhika. Saya sebagai manager Hana wajib untuk mendampinginya. Apalagi kedatangan kami kemari untuk kepentingan pekerjaan Hana ke depannya nanti,” ucap Mutia.

Andhika menghela napas, dan menatap Mutia lekat. “Saya juga ingin berbicara empat mata dengan Hana demi kepentingan pekerjaan dia ke depannya nanti. Tapi, kalau keberatan untuk bicara empat mata, saya tidak masalah. Jadi sepertinya tidak perlu ada yang dibicarakan lagi. Kita akan bertemu di pengadilan, dan itu juga belum tentu Anda akan menang.”

Hana dan Mutia kembali saling tatap. Mereka merasa gentar juga dengan ucapan Andhika tadi. Sebagai orang yang memiliki uang dan kekuasaan, tentunya Andhika akan meminta anak buahnya mencari pengacara kondang untuk menyelesaikan masalah ini. Bisa jadi Hana akan kalah di pengadilan. Hal itu karena di perjanjian kerja sama antara Hana dan pihak Barata Group, tidak disebutkan kalau Barata Group akan bertanggung jawab penuh atas sesuatu yang terjadi pada Hana.

Andhika yang melihat Hana dan Mutia sepertinya terpengaruh oleh ucapannya, mengulum senyumnya. Dia yakin kalau Hana akan menuruti kata-katanya.

“Bagaimana? apa bisa saya dan Hana bicara empat mata? Saya tidak punya waktu banyak. Sebentar lagi saya akan meeting,” ucap Andhika.

“Bagaimana ini, Mbak?” bisik Hana.

“Ya sudah, Han. Kamu coba bicara empat mata sama dia. Siapa tahu hasilnya bisa menguntungkan kamu juga. Pesan aku, jangan tanda tangani apa pun. Kalau mau tanda tangan, tunggu aku. Biar aku lihat dulu dokumen yang harus kamu tanda tangani, ok.” Mutia balas berbisik di telinga Hana.

Hana menganggukkan kepalanya. Dia lantas menatap Andhika yang kini tengah menunggu keputusannya.

“Baik, Pak. Saya bersedia bicara empat mata dengan Bapak,” ucap Hana, yang seketika membuat Andhika tersenyum lebar.

“Ok, kalau begitu tinggalkan kami berdua,” sahut Andhika. Dia menatap Bagus dan Mutia secara bergantian.

Bagus dan Mutia pun keluar dari dalam ruangan Andhika. Bagus meminta Mutia untuk menunggu Hana di ruangan yang lain.

Jantung Hana berdebar ketika kini di ruangan itu hanya ada dirinya dan Andhika saja. Apalagi saat ini Andhika menatap wajah Hana lekat. Hal itu membuat Hana merasa tak nyaman.

“Bisa dibuka maskernya? Saya mau melihat wajah kamu, Hana,” ucap Andhika datar.

“Bapak tidak percaya dengan luka yang ada di wajah saya?” tanya Hana sedikit ketus. Semenjak peristiwa yang membuat wajahnya terluka, Hana menjadi kurang percaya diri. Dia sendiri merasa jijik melihat wajahnya yang penuh dengan luka apabila sedang bercermin, apalagi orang lain.

“Kamu kan menuntut ganti rugi untuk wajah kamu yang terluka. Jadi saya perlu tahu dong sejauh mana luka kamu itu. Kalau lukanya nggak terlalu parah, saya rasa nggak perlu operasi. Nanti juga hilang sendiri bekas lukanya. Walaupun memang memerlukan waktu. Tapi, kalau untuk pemotretan bisa diakali dengan make-up, dan pintarnya fotografer mengambil gambar,” sahut Andhika santai.

Emosi Hana seketika tersulut mendengar ucapan Andhika. Pria itu kesannya menganggap remeh apa yang Hana alami saat ini. Maka dengan berat hati, Hana akhirnya membuka masker yang sudah tiga hari ini melengkapi penampilannya.

“Silakan Pak Andhika melihat dan menikmati wajah saya yang sudah cacat ini!” sindir Hana.

Andhika menatap lekat wajah Hana yang terluka. Sesekali terlihat pria itu menghela napas panjang.

‘Wajahnya tetap terlihat cantik walaupun ada luka di sana. Sebagian besar lukanya tidak terlalu parah kelihatannya. Tapi, luka di pipi kirinya yang terlihat parah, dan memang memerlukan operasi untuk memulihkannya. Dan ini bisa membuat rencanaku berjalan lancar,’ ucap Andhika dalam hati.

“Saya dengar kalau kamu seorang fotomodel baru. Tapi, walaupun baru bayarannya lumayan, bukan? Masak untuk operasi wajah saja nggak sanggup sih, Han?” ucap Andhika kalem.

Hana kali ini sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia menatap wajah Andhika seraya berkata, “Pak Andhika yang terhormat, mungkin uang seratus juta bagi Bapak itu sedikit. Tapi, bagi saya uang sebesar itu sangat berarti. Apalagi menjadi fotomodel merupakan pekerjaan yang bisa menghidupi kami sekeluarga, dan dapat membiayai pendidikan saya serta adik saya. Jadi saya harus berhati-hati dalam menggunakan uang saya. Apalagi luka saya ini disebabkan karena kelalaian dari pihak perusahaan Bapak. Andaikan lampu gantung itu terpasang dengan baik, maka kejadian seperti itu tidak akan terjadi. Dan saya tidak akan menderita seperti ini.”

Hana berkata dengan bibir yang bergetar karena emosi yang sudah menyelimutinya. 

‘Bagus! dia rupanya tulang punggung keluarga. Maka aku harap dia mau menerima tawaranku ini,’ ucap Andhika dalam hati.

“Ok, kalau begitu kita sekarang bisa bicara untuk jalan keluar masalah yang kamu hadapi. Saya akan mengajukan penawaran untuk kamu, Hana. Saya rasa kita sama-sama diuntungkan dengan tawaran yang akan saya ajukan sesaat lagi,” ucap Andhika.

Hana mengerutkan keningnya. “Apa penawarannya?”

“Saya akan menyebutkan, tapi kamu harus berjanji kalau akan mencabut tuntutan kamu itu. Kita selesaikan dengan damai. Kalau kamu cabut tuntutan itu, maka saya pribadi akan memberikan uang  agar kamu bisa melakukan operasi, untuk memulihkan wajah kamu supaya bisa kembali seperti semula,” ucap Andhika.

“Baik, saya akan mencabut tuntutan itu. Lalu apa penawaran Bapak?” tanya Hana penasaran.

Andhika terdiam sejenak. Dia menatap Hana lekat seraya berucap, “Jadilah istri sementara saya! Maka saya akan kabulkan tuntutan ganti rugi itu. Tapi, dengan syarat perjanjian ini hanya kita berdua yang tahu. Saya tidak melibatkan perusahaan dalam hal ini. Uang yang akan saya keluarkan adalah uang pribadi saya. Bagaimana, apa kamu setuju?”

Mata Hana seketika membulat, dan mulutnya pun terbuka sempurna karena terkejut dengan ucapan Andhika.

“Apa?! Menjadi istri sementara?” tanya Hana dengan mata tak berkedip menatap Andhika.

“Iya, selama satu tahun!” sahut Andhika datar dan dingin.

Darah Hana mendidih mendengar tawaran Andhika. Dia merasa terhina dan sebagai perempuan merasa tidak dihargai oleh pria itu.

“Maaf Bapak Andhika yang terhormat. Saya dengan tegas menolak tawaran itu! Lebih baik saya mengeluarkan uang saya sendiri dari pada harus menjadi istri sementara Bapak. Saya wanita baik-baik dan menurut saya, pernikahan bukan untuk dipermainkan. Saya juga sudah punya kekasih, dan saya tipe wanita yang setia,” ucap Hana tegas.

Andhika mengulum senyumnya mendengar kata-kata Hana. 

“Hana, kalau kamu menolak karena tersinggung dan mengatakan pernikahan tidak bisa untuk main-main, saya mengerti. Tapi, kalau kamu menolak karena kamu sudah punya kekasih, rasanya saya ingin tertawa. Kamu mungkin wanita yang setia, tapi apa kekasih kamu juga seorang pria yang setia?” ucap Andhika yang membuat kening Hana berkerut.

“Apa maksud Bapak?” tanya Hana bingung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Untuk Sang CEO   121. Extra Part

    Andhika dan Hana sontak menoleh ke arah sumber suara. Tampak seorang pria sebaya dengan Andhika kini tengah melangkah serta tersenyum pada Andhika.“Siapa dia, Mas?” bisik Hana.“Dia Sakti. Teman semasa SMA yang berselingkuh dengan Devy,” sahut Andhika datar.Hana hanya manggut-manggut dan memperhatikan perubahan ekspresi sang suami.Rahang Andhika mengeras. Tampak jelas kalau kini dia sedang menahan emosinya. Terbayang masa lalu Sakti bersama dengan Devy yang mengkhianatinya.“Dhika, apa kabar?” sapa sakti ketika dirinya sudah berada di hadapan Andhika.“Kabarku baik, alhamdulillah,” sahut Andhika datar.Sakti yang paham dengan sikap Andhika yang dingin padanya, kini tersenyum canggung.“Aku tahu kamu mau makan malam ke restoran itu. Tapi, bisakah kita bicara sebentar saja. Aku mau...minta maaf padamu,” ucap Sakti agak grogi.Andhika menghela napas panjang. Dia tersenyum samar kala mendengar permintaan maaf yang baru saja Sakti ucapkan. Baru sekarang pria itu minta maaf. Ke mana saja

  • Wanita Untuk Sang CEO   120. Extra Part

    Aryo lalu mendekati Widya seraya berkata, “Aku akan mencarinya. Aku akan lapor ke polisi. Kamu tenang saja, ya.”“Aku ikut ke kantor polisi, karena aku yang mendapat kabar dari sekolah kalau Tika dijemput oleh seseorang yang mengaku masih keluarga,” sahut Widya setelah dapat menghentikan isak tangisnya. Dia lalu melirik ke arah Wiryo.Aryo yang paham akan lirikan Widya, menoleh pada mertuanya. Dia menatap Wiryo seraya berkata, “Apa Ayah yang menyuruh seseorang untuk menjemput anak kami di sekolahnya?”Wiryo terkekeh mendengar ucapan Aryo. “Buat apa aku melakukan hal itu? Urusanku adalah mengamankan aset perusahaan milik anakku, yang otomatis adalah milik kedua cucuku. Selain itu juga, kamu adalah suami anakku. Jadi aku berusaha untuk mengembalikan posisi kamu seperti semula, sebagai suami Lestari satu-satunya. Jadi setelah kamu menceraikan perempuan ini, dan menyuruhnya pergi dari sini, maka selesai sudah urusanku. Masalah anak kalian, aku sama sekali nggak tahu menahu.”Jawaban Wiryo

  • Wanita Untuk Sang CEO   119. Extra Part

    Wajah Aryo pun semakin pucat pasi mendengar ancaman dari ayah mertuanya. Dia lalu beranjak dari sofa dan bersimpuh di kaki sang mertua.“Ayah, maafkan aku. Maafkan atas kekhilafanku ini. Aku berjanji akan mengakhiri semua, asalkan jangan usik kehidupan adikku. Aku mohon Ayah,” ucap Aryo memelas.Wiryo tersenyum mendengar permohonan menantunya itu. Dia lalu berdiri karena tak sudi kakinya disentuh oleh pria macam Aryo, yang jelas telah membuatnya kecewa.“Apa kamu pikir aku akan percaya dengan perkataanmu ini, Aryo? Aku bukan orang bodoh yang bisa kamu bohongi untuk kedua kalinya. Kamu mau mengakhiri ini semua, maksudnya mau kamu ceraikan istri simpananmu itu? Apa bisa kamu menceraikannya? Sementara kamu tergila-gila sama dia, iya kan. Kalau kamu nggak tergila-gila, tentu nggak mungkin kamu selingkuh sampai menikahi perempuan itu. Semua yang kamu lakukan itu sudah terlalu jauh, Aryo, dan jujur aku sangat kecewa dan menyesal telah berbaik hati padamu dulu. Jadi salah satunya cara agar k

  • Wanita Untuk Sang CEO   118. Extra Part

    Sementara itu, Aryo yang tengah berada di apartemen tampak tak tenang. Semenjak kepergiannya dari rumah meninggalkan Lestari yang marah, dan Andhika yang menangis dengan kening yang berdarah, membuat rasa bersalah menyelimuti hati Aryo. Tiba-tiba rasa penyesalan hinggap di hatinya, karena dia tak menuruti permintaan anak sulungnya, anak kesayangannya.‘Dhika maafkan Papa ya, Nak,’ ucap Aryo dalam hati.Aryo memejamkan matanya dan menjambak rambutnya karena kesal pada dirinya sendiri. Ingin dia berteriak sekedar meringankan sesak di hati. Namun, dia tak ingin Widya mengetahui masalahnya.Widya yang baru saja meninabobokan Kartika, tercenung melihat Aryo yang tampak gusar di ruang tengah. Wanita itu melangkah menghampiri sang suami.“Ada apa, Mas?” tanya Widya dengan perlahan.Aryo membuka kelopak mata dan menggelengkan kepalanya. “Nggak ada apa-apa kok, Wid. Aku hanya pusing saja. Aku mau tidur saja sekarang. Mungkin dengan tidur, sakit kepalaku akan hilang.”Tak menunggu jawaban dari

  • Wanita Untuk Sang CEO   117. Extra Part

    Aryo sedikit tersentak mendengar pengakuan Widya. Namun, tak lama dia pun tersenyum karena sadar apa yang mereka lakukan selama ini akan membuahkan hasil.“Aku akan menikahi kamu. Tapi, aku nggak bisa menikahi kamu secara resmi.”“Lho, kenapa?” tanya Widya bingung. “Kamu ini ngakunya bujangan, Mas. Masak menikahi aku nggak menikah resmi sih? Atau...kamu sudah punya keluarga?”Aryo tampak sedikit gugup. Dia melihat wajah Widya yang menatapnya dengan penuh selidik.“Bu-bukan begitu, Widya. Tapi, aku ada ikatan dinas di kantorku yang melarang karyawannya untuk menikah dulu selama lima tahun. Nanti kalau ikatan dinas itu sudah selesai, aku akan meresmikan pernikahan kita. Jadi nanti kita menikah di Bogor saja, ya. Kalau di Jakarta nanti ada teman-temanku yang tahu. Bisa bahaya untuk karirku,” sahut Aryo berbohong. Tentu saja dia tak mau menikah di Jakarta, karena Lestari atau keluarga yang lainnya yang juga tinggal di Jakarta akan tahu. Aryo tak ingin itu terjadi.“Oh, ya sudah kalau begi

  • Wanita Untuk Sang CEO   116. Extra Part

    Aryo menghela napas panjang dan geleng-geleng kepala.“Aku nggak akan macam-macam, apalagi selingkuh, Tari,” ucap Aryo serius.“Aku hanya jaga-jaga saja, Mas. Aku lakukan ini demi anak kita. Kalau nanti kamu macam-macam, aku bisa mengambil tindakan tegas. Lalu aku pastikan kalau masa depan anakku juga aman. Aku berkata begini bukan sombong, tapi aku hanya mengambil tindakan yang tepat untuk anakku kelak,” sahut Lestari yang juga serius.Akhirnya pasangan suami istri itu berhasil mendirikan CV Barata yang bergerak di bidang kontraktor kecil-kecilan. Lestari sendiri yang menangani dibantu oleh empat orang karyawan. Sedangkan Aryo masih tetap bekerja sambil mencari klien untuk CV Barata. Bahkan Aryo pun mulai berani ikut tender proyek pendirian sekolah swasta. Proyek itu pun sukses. Dari situlah lambat laun CV Barata mulai dikenal orang. Hingga dua tahun pendirian badan usaha itu yang semula bernama CV Barata, kini berubah menjadi PT. Barata.Usaha mereka pun semakin maju pesat. Omsetnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status