Share

8

___________

20 Januari 2018

Rasanya, aku butuh meluapkan semua rasa dalam hati. Melepaskan semua gejolak di dada yang terpendam. Maka aku memilih meluapkan semuanya dalam buku catatan ini. Semoga aku bisa lebih kuat menghadapi semua ujian yang terjadi setiap harinya di rumah ini.

Hari ini, seperti hari biasanya, kembali Ibu berulah padaku. Entah kenapa juga ia selalu menganggap salah semua yang aku lakukan.

Tadi siang Ibu memintaku untuk membelikan bakso. Tapi setelah aku beli ia malah bilang tidak enak dan meminta aku untuk membelikan lagi di tempat yang lain.

Sebenarnya tidak masalah bagiku pulang pergi membelikannya, tapi masalahnya Ibu tak mengizinkan aku mengendarai motor sama sekali. Ia menyuruhku untuk berjalan kaki.

Mending kalau Ibu mau menjaga Alesha saat aku pergi. Tapi ia tak mau dan malah menyuruhku membawanya. Terpaksa aku berjalan kaki menggendong Alesha sejauh hampir tiga kilometer.

Tapi hari ini aku tetap merasa bahagia karena Mas Galang bilang bekal masakan yang aku bawakan untuknya makan siang enak. Bagiku perhatian dari Mas Galang sudah cukup untuk menjadi penguat untuk aku menghadapi sikap ibu mertua yang mengesalkan itu setiap harinya.

_________

Aku menghembuskan nafas keras. Kenapa membaca buku diary Alika ini membuatku merasa sakit sekali? Padahal dulu aku hanya diam saat menyaksikan tindakan tidak semena-mena Ibu seperti itu.

Dulu ketika awal menikah, Alika sering mengeluhkan sikap Ibu, sering ia menceritakannya dan kadang juga menangis karenanya.

"Mas, kenapa Ibu masih saja tak bisa berbuat baik padaku?" keluhnya suatu saat ketika awal-awal pernikahan kami.

"Maafkan Ibu ya, Sayang! Tak usah diambil hati. Karena Ibu memang keras. Suatu saat ia juga pasti luluh!" ucapku menghiburnya, sambil mengusap rambutnya lembut. Seolah aku lupa, aku pun yang hidup bertahun-tahun dengannya tak pernah bisa meluluhkan hati Ibu. Lalu aku malah memintanya bersabar.

Aku pun melanjutkan membaca buku hariannya lagi lembar demi lembar. Mencoba mencari tahu apa yang dialami dan dirasakan Alika.

__________

22 Januari

Rasanya tak ada hari tanpa keributan bagi Ibu. Aku kesal sekali, setiap kali Ibu berteriak keras menyuruhku segala macam. Bahkan untuk hal kecil yang seharusnya bisa ia lakukan sendiri.

Mengambil minum, mengambilkannya obat, menaruhkan handuk basahnya.

Dia itu anak kecil atau apa sih?

Setiap kali aku melawan atau tidak mau menuruti perintahnya, Ibu pasti akan marah-marah. Kesal aku dibuatnya! Tingkahnya bahkan melebihi Alesha yang masih satu tahun.

_________

25 Januari

Hari ini, Ibu kedatangan tamu, saudara jauh katanya. Seorang wanita yang amat cantik. Aku pun iri melihat fisiknya yang amat menarik. Usianya tiga tahun lebih tua dariku.

Namanya Mba Wulan.

Selain iri karena fisiknya, aku juga iri melihat sikap Ibu padanya yang sangat berbeda terhadapku.

Ibu begitu lembut dan baik padanya. Seolah dialah menantunya dan aku adalah pembantunya.

___________

26 Januari

Ibu bilang akan menikahkan Mas Galang dengan Mba Wulan. Sakit hati ini mendengarnya. Padahal jelas ada aku disini sebagai istrinya. Tapi Ibu terus bilang akan menikahkan mereka.

Sedang Mas Galang, hanya diam saja saat Ibu mendesaknya untuk menikahi Mba Wulan.

Jangan-jangan Mas Galang juga menyukainya. Huh ...!

___________

1 Februari

Sepertinya aku harus mulai waspada. Ibu terus melancarkan usahanya untuk menikahkan Mba Wulan dan Mas Galang. Tentu saja aku tak sudi!

Mba Wulan itu belum juga menjadi istri Mas Galang sudah memperlakukan aku layaknya seorang pembantu. Bagaimana lagi jika nanti dia benar-benar menikah dengan Mas Galang? Bisa-bisa mereka makin bertingkah padaku.

____________

Aku teringat hari itu saat dimana Wulan datang. Ibu menyambutnya seperti kedatangan tamu besar. Semua hal mewah ia sajikan di rumah

"Galang, perkenalkan ini Wulan. Saudara jauh Ibu yang kemarin Ibu ceritakan. Dia mau tinggal disini untuk sementara, sambil ikut kerja di tempatmu, ya!"

Awalnya Wulan datang karena akan bekerja di tempatku. Tapi seminggu bekerja ia sudah tak betah lagi. Susah katanya bekerja di tempatku. Wulan memang tipe wanita yang manja dan sepertinya hanya suka berdandan dan juga shopping saja.

Lalu Ibu menawarkan agar aku menikahinya saja. Tentu aku menolak awalnya. Karena tak menyukainya dan juga tak ingin menyakiti Alika.

"Kamu 'kan laki-laki mapan. Boleh untuk menikahi lebih dari satu wanita, Galang!" ucapnya untuk kesekian kalinya lagi. Terus berusaha membujukku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status