Share

Bab 6

Penulis: Rira Faradina
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-21 04:35:41

"Mas, maaf aku lupa meminta izin padamu, tadi siang aku keluar menemui seseorang?" Ucapku saat kulihat ia naik ke atas ranjang kami.

"Iya, tak apa apa, hati hati jika kau keluar sendiri," jawabnya.

"Humm ..."

"Aku pergi bertemu Kania," lanjutku.

Ia tak menjawabnya, hanya helaan nafasnya saja yang terdengar, aku meliriknya, ia tampak memejamkan mata, entahlah. Mungkin memikirkan Kania.

"Kau tak ingin tahu mengapa ia menemuiku?" Pancingku.

"Aku yang memintanya agar menemuimu, Alina." Akhirnya ia bicara.

"Harusnya, kau tak melakukan hal itu, mas. Kau tahu, aku bahkan sempat menamparnya tadi," lanjutku.

Ia tampak tak terkejut. Matanya masih terpejam, membuatku sedikit kesal.

"Alina, aku memintanya menemuimu agar kalian berdua bisa berdamai. Aku ingin semuanya berakhir baik baik saja. Aku berjanji padamu, Kania tak kan tinggal bersama kita, kalian tak akan berada dalam satu atap."

Begitu mendengar ucapannya, aku langsung berdecak kesal. Hatiku seketika kembali bergemuruh. Tapi aku tak bisa melarangnya karena poligami sendiri diperbolehkan dalam agama. 

"Mas, bisakah kau mengabulkan satu saja permohonanku? Setelah itu aku tak akan meminta apapun lagi padamu," lirihku.

"Katakan saja, Alina."

"Akan kukatakan pada hari kau melamar Kania."

Ia mendelik padaku, aku membalasnya dengan senyuman.

"Tenang saja, mas. Kau tak perlu gelisah, Aku takkan memintamu membatalkan rencana lamaran itu, aku sadar hal itu diperbolehkan dalam agama."

"Baiklah, selagi tidak melanggar hukum agama, aku akan mengabulkan apapun permintaanmu, Alina, tapi jangan memaksaku mengucap kata talak untukmu, karena aku tak akan melakukannya. Kau adalah tanggung jawabku, amanah dari Almh. ibu yang harus kujaga."

"Aku tahu Alina, tak ada wanita yang ingin diduakan, tapi aku mencintai Kania. Jauh sebelum aku bertemu denganmu. Tolong jangan membuatku berada diposisi sulit."

Aku menunduk dalam diam ketika kulihat ia membuang pandangannya  dariku, rasa sesak kembali menyapa, rasanya ingin sekali berteriak.

Tuhan, mengapa aku bisa terjebak dalam situasi seperti ini. Mengapa hak talak hanya diberikan pada suami? Dan mengapa kau memberikan ujian kesabaran ini untukku?

Aku hanya bisa berteriak didalam hati. Perih itu kini menusuk ulu hatiku.

"Mas!"

"Iya, ada apa?" Jawabnya.

"Kau tahu, kisah 1001 malam, Kisah tentang seorang ratu Wangsa Sasan, Syahrazad yang menceritakan rangkaian kisah-kisah yang menarik kepada suaminya, Raja Syahriar, demi menunda hukuman mati atas dirinya."

"Sang Ratu menceritakan kisah kisah seru selama seribu satu malam. Tiap-tiap malam, Syahrazad mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan sehingga sang raja pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati agar dapat mendengar kelanjutan kisah yang diceritakannya."

"Iya, aku tahu. Alina, ibu sering menceritakan dongeng dongeng itu sewaktu aku kecil, Aladin, Alibaba, si bungkuk. Kenapa dengan itu, Alina?

Aku tersenyum mendengarnya, ia kini menatapku, membuat rasa kesalku sedikit mencair.

"Ia membutuhkan waktu 1001 malam demi dapat meluluhkan hati suaminya, tapi aku ...."

"Aku mungkin tak akan sekuat itu mas. Dua tahun sudah aku berusaha untuk menarik perhatianmu, tapi bayang bayang Kania dalam dirimu, terlalu sulit untuk ku tembus, mungkin kisah ku tak akan sampai 1001 malam."

"Alina ..."

"Tidak, kali ini tolong Jangan menyela dulu, mas. Biarkan dulu aku bicara, dadaku terlalu sesak menahan semua ini,"

"Aku akan berusaha berbuat adil, Alina. Kau bisa mengingatkan aku, jika aku mulai bertindak zholim padamu."

"Bagaimana jika sekarang aku bilang kau sudah bertindak zholim, mas?"

Terdengar ia menghembuskan nafas kasar, tak lama ia lalu meraih tanganku, dan mengusapnya lembut.

"Aku mengerti maksudmu, Alina."

"Jika kau mengerti, maka seharusnya kau tidak melakukan hal yang dapat menyakiti hati istrimu, Mas."

"Aku tidak menentang poligami, itu perbuatan yang dihalalkan dalam agama, cuma aku tak mampu berbagi ragamu dengan wanita lain. Aku sadar, kau tidak mencintaiku, tapi, dengan melakukan hal ini, kau  membuat pernikahan kita serasa neraka untukku."

Ia menatapku dalam, ada getar terasa saat kubalas tatapan matanya.

"Alina, bukankah sejak awal aku memintamu agar jangan salah menafsirkan sikap baikku?"

"Aku tahu itu, mas. Kau mengatakan hal itu berkali kali padaku, Tapi, apakah aku berdosa jika jatuh cinta padamu? Kau suamiku, pria yang telah dihalalkan untukku, salahkah jika aku meminta untuk menjadi satu satunya ratu di hatimu?"

Air mataku lolos tanpa bisa kutahan, rasa  sesak yang sedari tadi membuatku serasa sulit bernapas, kini sedikit menghilang. Seolah sedikit beban berat itu terlepas dari pundakku.

Ia bangkit dari ranjang kami, diam tanpa mengucap apapun, berjalan meninggalkanku menuju kamar mandi, aku mengusap air mata yang semakin deras. 

Maaf mas, tapi sebelum kau melamar kekasihmu itu, setidaknya aku ingin kau tahu bagaimana perasaan dan keinginanku. Aku tak bermaksud membuatmu ragu, hanya saja aku terlalu naif ingin memiliki jiwa dan raga mu seutuhnya.

Aku menarik selimut, menutup sebagian wajahku dengannya. Kisah pernikahanku mungkin tak sama seperti Kisah pernikahan Ratu Syahrazad yang mampu meluluhkan hati suaminya dalam 1001 malam. Cintaku ternyata tak cukup kuat untuk membuat Mas Bayu berpaling padaku.

Tuhan, ampunilah aku, tapi keputusanku  sudah bulat. 

****

PoV Kania.

"Istrimu menamparku, Mas," laporku pada Mas Bayu, begitu pria itu datang menemuiku di cafe ini.

"Kau mungkin membuatnya marah, aku cukup baik mengenal Alina, dia takkan bertindak kasar jika kau tidak memancing kemarahannya."

"Mas, kau membelanya?" Aku melotot padanya.

"Aku tidak membelanya, hanya mengatakan kebenaran," jawabnya cepat.

Ia membuang napas beberapa kali, aku mengerucutkan bibir, menunggunya bicara.

"Kania, aku memintamu menemui Alina, agar kalian bisa saling mengenal satu sama lain. Alina adalah istriku, dan kau sebentar lagi juga akan menjadi istriku. Aku hanya berharap kalian bisa rukun."

"Mas, kenapa tidak kau ceraikan saja dia?" Protesku lalu mencebik kesal padanya.

"Jangan memintaku melakukan sesuatu yang dibenci Allah, Kania. Alina sudah menjalankan semua hak dan kewajiban seorang istri selama ini, Tak ada alasan bagiku untuk menceraikannya, lagipula aku sudah menceritakan padamu, tentang janjiku pada Almh. Ibuku." 

"Alina adalah amanah dari ibuku, aku telah berjanji dihadapan ibu, agar menjaganya. Tak bisakah kau jangan meminta sesuatu hal yang tak bisa kupenuhi?"

"Kau egois, mas," keluhku.

"Jika kau masih ingin kunikahi, maka terimalah kondisi ini. Jangan  mempersulitnya. Bukankah sebelumnya, kau bilang bersedia menjadi istri kedua?" Ketusnya.

"Iya, aku memang bersedia menjadi Istri kedua, dengan harapan, tak lama setelah kita menikah, kau menceraikan Alina. Enam tahun sudah aku menunggu, jangan coba coba membuat penantianku selama ini berakhir sia sia," bentakku.

" ... Atau jangan jangan kau mulai jatuh  cinta pada Alina, hingga kau ...."

"Jangan memulai suatu prasangka, selama ini Alina menjaga sikapnya padaku, andaipun aku jatuh cinta, itu hal yang wajar, sebab Alina adalah istriku."

Ucapannya membuatku semakin kesal. Enam tahun sudah aku menunggu untuk menikah dengannya, inikah hasil penantianku?

"Apa kau mencintaiku, mas?" 

Ia menatapku tajam, seolah kalimat yang kuucapkan mengganggu telinganya.

"Jika aku tidak mencintaimu, untuk apa aku berusaha meyakinkan Alina agar bisa menerimamu, Kania?" Suaranya meninggi, membuatku sedikit terkejut dengan sikapnya.

"Aku mau pulang. Bicara denganmu semakin membuatku kesal." Aku bangkit dari kursi, lalu berjalan meninggalkannya.

"Akan kuantar kau pulang," Jawabnya sambil berdecak kesal.

****

Aku memandang fotoku bersama Mas Bayu diponselku, foto yang diambil saat kami berdua menghadiri acara pernikahan seorang teman. Sungguh, kami terlihat sangat serasi disana.

Bayangan pertemuan dengan Alina, membuat perasaanku menjadi tak enak. Jika bukan karena permintaan dari Mas Bayu. Aku tak ingin bertemu muka dengannya.

Enam tahun sudah aku menunggu, akhirnya datang juga masa Mas Bayu melamarku, rasanya tak sabar lagi bersanding dengannya. Akhirnya kesabaran dan penantianku selama ini akan berbuah manis.

Kata kata makian dan sumpah serapah, entah kenapa tiba tiba terngiang di telingaku, aku mencoba menepisnya, aku yakin sumpah wanita itu takkan terjadi padaku.

[Ingat Kania, karma itu ada dan nyata, suatu saat nanti kau akan menuai apa yang sudah kau tanam, tuhan tidak pernah tidur.] 

Kalimat itu kembali terngiang, sudah bertahun tahun berlalu tapi mengapa tak bisa hilang dari kepalaku?

Suara suara sumbang itu kembali terdengar, membuatku sedikit frustasi, aku marah, kesal, hingga tak sadar sesuatu kulempar keras dan mengenai cermin dihadapanku ini, hingga retak.

"Argghh ...!" Aku berteriak keras. 

Aku memijat kepala, lalu berganti meremas rambutku kuat. Lagi, suara suara sumbang yang lain kembali melintas ditelingaku, seolah mengejekku.

[Bayu, tidak akan pernah menikah denganmu, aku akan menikahkannya dengan seorang gadis yang baik, akan kulepaskan pengaruhmu dari hidup anakku.]

"Mengapa ...?"

"Mengapa kalian semua menghalangiku? aku sudah mengorbankan segalanya demi bisa bersama Mas Bayu, bisakah kalian semua tidak lagi mengganggu hidupku!"

 

Berkali kali aku berteriak keras, hingga tak sadar tubuhku limbung dan akhirnya terjatuh.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
St_Carols
ga mau cerai karena takut melakukan sesuatu yang tak disukai Allah,tapi dia sendiri selingkuh itu juga sesuatu yang dibenci Allah bayu
goodnovel comment avatar
Ririez Iskandar
sayang bacanya nunggu koin dulu
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
ayo Kania sekalian gila aja yang terbaik buatmu di RSJ
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 169 (Ending)

    "Apa ini untukku?" Tanyaku pada Mas Reyhan saat ia memperlihatkan sebuah kunci padaku."Iya, itu untukmu Alina, rumah yang kemarin kau lihat. Itu adalah hadiah dariku atas kehamilanmu ini," jawab Mas Reyhan.Mataku berbinar mendengarnya," benarkah itu mas?" Sahutku meraih kunci itu dari tangannya."Tentu saja, apa kau suka?""Pake nanya lagi, ya tentu saja mas," desisku cemberut.Mas Reyhan tertawa melihat sikapku, segera saja ku cubit lengannya. Tak mungkinlah aku menolak hadiah sebagus itu. Rasanya tak akan ada istri yang akan menolak diberi hadiah rumah mewah berlantai dua oleh suaminya, iya kan?Kadang aku merasa suamiku ini benar-benar absurb."Syukurlah jika kau suka. Sertifikatnya juga sudah ku ubah menjadi namamu," ujar Mas Reyhan."Terima kasih mas, kau sungguh baik," aku memujinya."Ini tidak sebanding dengan hadiah yang kau berikan padaku, sayang. Kau memberikan kebahagiaan dan kehidupan yang sempurna untukku, apapun yang kau minta jika aku mampu, pasti akan kuberikan," uca

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 168

    "Apa tante bersedia tinggal di panti jompo? Maaf tante, aku tidak bermaksud buruk, kupikir daripada tante tinggal disini sendiri, lebih baik di panti jompo, jangan khawatir, aku yang akan menanggung biayanya." Ujarku hati hati karena takut akan menyinggung perasaannya."Alina ...!" mata itu mendelik tajam padaku."Tidak tante, tolong jangan salah paham, aku hanya tidak ingin melihat tante hidup sendiri disini, setidaknya jika di panti, ada teman sekedar untuk bicara dan yang terpenting ada perawat yang akan mengurus." Lanjutku sambil melempar tatapan teduh padanya.***"Tante mengerti, Alina. Terima kasih atas niat baikmu, tapi tante tak ingin tinggal di panti jompo, biarlah di sini saja, lagipula tante malu jika harus menerima bantuan darimu," jawabnya."Mengapa harus malu, tante? yang berlalu biarlah saja berlalu. Yang penting sekarang adalah tante sudah menyadari semuanya dan mau berubah, bagiku itu sudah cukup," ujarku berusaha membujuknya."Kau memang baik, Alina. Tante menyesal

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 167

    Bab 167"Tidak ada aku hanya mampir saja, kebetulan tadi lewat sini dan aku ingat pernah melihat tante di sekitar sini. Sekalian saja aku mampir," ujarku beralasan."Hmm ... Tante, dari tadi aku tidak melihat Erika, dimana dia?" Lanjutku kemudian bertanya.***Mendengar perkataanku seketika wajah Tante Nur berubah murung, entahlah, rasanya tak ada yang salah dengan ucapanku, lagipula bertanya tentang kabar seseorang tidak salah, bukan?Tante Nur nampak gelisah, ekor matanya tampak ingin menghindar dari tatapan mataku, tak lama, kulihat matanya seperti berkaca-kaca.Ah, seharusnya mungkin tadi aku tidak bertanya, tapi, aku juga ingin tahu dimana Erika sekarang. Yah, anggap saja mungkin aku sedang cemburu saat ini.Tante Nur mendesah, lalu menunduk, memainkan jemarinya yang keriput. Untuk beberapa saat tak ada dari kami yang bicara. Membuat keheningan diantara kami seolah menjadi jarak."Erika, dia ...."Hembusan nafasnya terdengar berat, ia menggantung ucapannya sesaat, seakan sedang

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 166

    Kemana Erika? Mengapa ia bisa tega meninggalkan ibunya sendirian?Batinku kini berperang antara ingin melanjutkan perjalanan ini atau berhenti saja. Hingga akhirnya kuputuskan untuk pergi ke gang, menuntaskan rasa penasaran yang sedari tadi menggangu pikiranku.***Aku menatap nanar pada bangunan rumah yang ada dihadapanku, tidak, ini tidak seperti rumah pada umumnya, ini adalah petakan yang hanya terdiri dari tiga sekat saja didalamnya.Langkahku terhenti di petakan empat pintu ini, tampak disana seorang ibu bertubuh gempal dan seorang wanita yang usianya lebih muda sedang menggendong bayi kini sedang memandangiku penuh tanya. Seorang wanita tiba-tiba datang dari arah belakang dan tak sengaja menyenggol lenganku, lalu meminta maaf. Segera saja ku tahan langkahnya dan menanyainya sebentar."Maaf mbak mau tanya, apa benar ibu nur tinggal disini?""Oh si tante sombong itu? Iya ada tuh di petakan paling ujung," jawabnya sambil menunjuk arah petakan yang berada persis disebelah pohon pis

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 165

    Baiklah, kau bisa ikut, nanti aku akan minta Pak Budi mengantar kita berdua, setelah mengantarku, akan kuminta Pak Budi untuk menemanimu, bagaimana?" Ucap Mas Reyhan menyerah."Tapi sebenarnya kau mau pergi kemana?" Pertanyaan Mas Reyhan membuatku seketika menelan ludah, haruskah aku mengatakan bahwa aku ingin tahu keberadaan Erika sekarang?***"Emm itu sebenarnya," ah, sial mengapa tiba-tiba mendadak tubuhku gemetar dan gugup. "Alina?!" Entah mengapa kali ini suara Mas Reyhan yang terdengar menakutkan."A-aku ingin memastikan keadaan Tante Nur," Jawabku gugup.Mata Mas Reyhan menyipit ketika mendengarnya, aku tahu rasanya perkataanku tadi mungkin terdengar konyol dan tidak masuk akal, tapi aku penasaran ingin tahu keberadaan Erika sekarang?Astaga, apakah aku cemburu?Entahlah, aku tak ingin mengakuinya, kurasa mungkin ini karena hormon kehamilanku, ah ... anggap saja begitu."Untuk apa, bukankah kemarin kita sudah melihatnya, ia nampak sehat dan baik baik saja," sahut Mas Reyhan g

  • Wanita Yang Dicintai Suamiku   Bab 164

    "Mana?" Mas Reyhan memalingkan wajahnya, mencari arah yang kutunjuk."Itu mas!" Mata Mas Reyhan mengikuti arah pandang yang kutunjukkan."Benar, itu memang dia." Sahut Mas Reyhan membenarkan."Tapi aneh mas, di mana Erika, lagipula lihatlah tangannya, ia hanya membeli sebungkus nasi saja," Ucapku sambil terus memandangi Tante Nur yang kini berjalan memasuki sebuah gang yang tak jauh dari warung makan tadi.***"Mungkin Erika sedang tidak ada di rumah jadi Tante Nur hanya membeli sebungkus nasi untuk dirinya sendiri," timpal Reyhan santai."Masa, rasanya aku tak percaya? Tapi ya mungkin saja."Mas Reyhan tampak tak begitu tertarik, wajahnya kini lurus memandang ke depan, menunggu lampu merah ini berubah hijau.Aku masih memandang gang itu, mengingatnya area ini dalam memori ingatanku. Kurasa tak ada masalah jika sewaktu-waktu aku ingin mengunjunginya. Entahlah, aku penasaran dengan keadaannya, apakah ia baik baik saja sekarang? Meskipun aku tahu bahwa perubahan gaya hidup pasti akan me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status