Share

Bab 6

Author: Zizizaq
last update Last Updated: 2025-08-25 11:17:39

Rain dan Monika menikmati angin malam di roof top, tempat kesukaan mereka dari masa remaja hingga berakhirnya hubungan mereka disebabkan Rain menikahi Marina yang dijodohkan Bu Dewi. Semua kembali mengalir diingatan mereka.

"Jadi bagaimana rencana ke depannya, Rain?" Monika bermaksud merajut kembali hubungan mereka yang sempat berjalan tidak mulus.

"Saat ini aku ingin fokus pada Erlangga." Tanggapan Rain begitu singkat. Ia tidak mau terburu-buru mengambil keputusan.

"Bagaimana denganku, Rain?" Tuntut Monika yang merasa tidak dianggap lagi.

"Aku perlu meyakinkan nenek agar menerimamu lagi seperti dulu, dan itu sulit." Rain memberi pengertian dengan sabar. Ia juga tidak ingin terkesan memberi harapan.

"Kapan, Rain? Aku sudah menunggu begitu lama," Monika memaksa.

"Jangan berharap secepatnya, banyak hal yang perlu dipikirkan ulang, Mon." Rain mencoba menjelaskan lagi, sebenarnya seandainya Monika tidak terlalu putus asa dan pesimis bisa saja hubungan mereka bertahan hingga sekarang karena Rain masih berusaha menentang kemauan keluarganya demi Monika tapi waktu itu Monika justru berkata,

'Sepertinya kita memang tidak jodoh, Rain. Nikahi saja wanita itu,'

Rain merasa usahanya sia-sia saat itu dan akhirnya menyerah pada keadaan dan menikahi Marina.

"Aku akan percaya padamu sekali lagi, Rain. Lagi pula kau sudah punya penerus sekarang, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi oleh keluargamu walaupun aku mandul," Monika akhirnya sedikit mengalah.

"Dalam hal ini aku memang perlu berterima kasih pada Marina. Dia bisa memberikan apa yang tidak bisa aku berikan. Mungkin sudah saatnya dia menyerahkan apa yang harusnya menjadi milikku karena itu dia pergi," lanjutnya lagi dengan penuh percaya diri, berpikir Rain pasti akan memperjuangkannya lagi seperti dulu, sementara Rain diam saja. Tidak bisa dipungkiri, walaupun ia tidak mencintai Marina, rasa bersalah karena sering mengabaikan wanita itu tetap ada.

Selanjutnya obrolan mereka menjadi lebih ringan dan santai hingga malam mulai semakin larut. Monika masih tahu aturan jadi ia pamit pulang. Rain mengantar hingga ke depan di mana mobil yang menjemput Monika terparkir. Monika berjalan meninggalkan Rain tapi tiba-tiba berbalik lagi untuk memeluk Rain.

"Rain, aku masih mencintaimu," ucapnya di telinga Rain.

Rain tidak menjawab tapi mendengar itu membuat dadanya bergemuruh seperti dulu.

"Kamu masih saja diam padahal kau juga sama 'kan?" tanya Monika dengan manja.

"Seperti yang kamu tahu." Rain tersenyum.

"Kalau begitu, aku pergi sekarang." Monika kembali melangkah ke arah mobilnya.

"Oke." Rain melambaikan tangan.

"Kasihan Bu Marina, bahkan pusaranya belum mengering tapi suaminya sudah bersama dengan wanita lain." ucap Rena dengan lirih, disambut anggukan oleh Dania. Lagi-lagi mereka mengintip dari tempat yang tidak terlihat dari lantai atas, mereka buru-buru bubar begitu Rain kembali masuk ke dalam rumah.

Rain mengetuk kamar putranya yang ada Dania dan Rena di dalamnya, Rena bisa tinggal lebih lama karena keadaan ibunya sudah membaik. Dania segera membuka pintu.

"Apakah Erlangga sudah tidur?" tanya Rain sambil melihat ke dalam kamar. Dania sengaja menepi untuk memberinya ruang sambil berkata,

"Sudah, Pak. Tadi ditidurkan oleh Mba Rena."

Rain berlalu ke kamarnya tanpa bicara lagi, sementara Dania hendak menutup pintu tapi Rena buru-buru mencegah karena ia harus pulang ke rumah ibunya, ia tiba-tiba mendapat lesan ibunya kritis lagi. Dania.hanya bisa mendoakannya.

Malam semakin larut, Erlangga tiba-tiba menangis, membuat Dania terbangun untuk memberinya ASI, Erlangga pun tidur kembali, tapi beberapa saat kemudian bayi itu kembali menangis, tangisannya malah lebih kencang dari sebelumnya.

"Kenapa lagi, Sayang? Bukannya sudah kenyang?" Dania mengeluarkannya dari crib bed lalu meninabobokannya di pelukan tapi bayi yang hampir genap satu bulan itu tidak juga tenang.

Suara ketukan terdengar dari luar kamar, Dania tau itu pasti Rain, ia buru-buru meletakkan Erlangga lalu mengambil outer dan jilbab.

"Ada apa dengan Erlangga? Cepat buka pintunya!" seru Rain, ia menjadi panik mendengar Erlangga semakin menangis saat Dania meletakkannya.

Dania menggendong kembali Erlangga lalu buru-buru membuka pintu, sambil membalas,

"Iya, Pak."

"Ada apa? Kenapa dia menangis seperti itu?" Rain tidak dapat menyembunyikan rasa khawatirnya, Dania yang merupakan ibu muda juga tidak bisa memberikan jawaban pasti.

"Saya tidak tau, tiba-tiba saja menangis padahal tidurnya nyenyak." Dania terus menggoyang-goyangkan Erlangga di pelukannya.

"Biar aku yang gendong," Rain mengulurkan tangan untuk mengambil putranya. Dania bersiap terlebih dahulu agar sebisa mungkin tidak bersentuhan. Rain masuk ke kamar sementara Dania menunggu di luar. Sudah berlalu beberapa menit tapi Erlangga belum juga tenang. Rain dan Dania juga sudah terlihat begitu lelah. Pada akhirnya mereka bekerja sama mengurus Erlangga di dalam kamar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 14

    Dania ingin kembali ke sofa setelah meletakkan Erlangga, tapi ia membeku saat melihat Rain sudah bangun dan sedang menatapnya lekat seperti serigala yang lapar. "Sebagai laki-laki aku tidak mau munafik, aku bukan tipe laki-laki yang akan melewatkan hubungan suami istri karena tidak cinta, karena itu aku akan meminta hak aku sebagai suami," ucap Rain, ia pikir harus memperjelas semuanya. Dania tau di dalam agama, hukum menolak suami adalah dosa besar, tapi dia benar-benar belum siap secara mental. Baginya berhubungan badan itu musibah karena kehidupan dan masa depannya hancur karena hal itu. "Apa aku boleh menolak? Kalau pak Rain tidak tahan, maka nikahi saja Bu Monika, aku akan membantu menutupinya untukmu." ucap Dania dengan hati-hati. Ia asal bicara saja agar Rain bisa menahan diri. Ia sengaja menyebut nama Monika agar Rain teralihkan. Rain merasa harga dirinya terluka, bisa-bisanya pria sekeren dirinya ditolak mentah-mentah oleh istrinya sendiri. Ia akhirnya bisa merasakan

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 13

    Beberapa hari telah berlalu. Hari yang harusnya bahagia itu telah tiba, Dania akhirnya bisa mengenakan gaun pengantin walaupun tidak sesuai dengan impiannya. Setidaknya ia bisa merasakan menjadi seorang pengantin. Ia sudah tidak percaya diri merajut mimpi indah dengan seorang pasangan setelah kehilangan kehormatannya. Tidak normal jika ia tidak memiliki pria di dalam hatinya hanya saja nama itu ia hapus karena merasa noda dalam dirinya akan menjadi pembatas yang sangat tinggi. Adapun Rain, ia sangat memesona dengan penampilannya, sesaat Dania tidak bisa berpaling melihat calon suaminya itu, tapi ia segera menyadarkan diri agar tidak terlalu dini untuk tertarik apalagi jatuh cinta. Perasaan harus dibuang jauh-jauh dalam pernikahannya. Cukup penuhi hak dan kewajiban saja atau mungkin ada kesepakatan yang akan dibuat seperti di novel-novel maka lakukan itu saja. Sampai takdir sendiri yang akan mengakhirinya. Tidak banyak yang menghadiri pernikahannya, hanya keluarga besar kedua belah

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 12

    Akhirnya Dania merasa tenang setelah menemui kedua orangtuanya, sekarang masalahnya berada di pihak Rain, ia masih harus berbicara dengan Monika, dan kebetulan hari itu Monika datang lagi ke rumahnya, sepertinya wanita itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk merebut kembali posisi yang telah diambil oleh Marina. Rain merasa tidak nyaman dan bersalah melihat Kedatangan Monika, ia tiba-tiba mengingat kembali bagaimana keadaan wanita itu saat ia mengatakan akan menikah dengan Marina, wajah cantiknya menjadi sendu dan tidak bersemangat, setiap kali bertemu, dia selalu menangis dan menyalahkan diri sendiri. "Apa kamu keberatan kalau aku datang lebih sering?" ucap Monika begitu ia duduk di kursi yang ada di hadapan Rain, kala itu Rain sedang berada di ruang kerja. Mereka sebelumnya memang sedekat itu, Marina bahkan tidak berani memasuki ruangan itu tanpa perintah Rain. "Tidak juga, tapi aku merasa sedikit terganggu kalau kamu seperti ini, kita bukan lagi pasangan dua atau tiga t

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 11

    Rain memperbaiki posisinya, aura ketampanan dan kharismanya membuat semua orang menunggu ia untuk berbicara. "Saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, Saya Rainer Milano yang akan bertanggung jawab atas Dania, saya datang karena ingin meminta restu kepada Ibu dan Bapak. Pernikahan kami akan segera diselenggarakan dan sudah tidak dapat dibatalkan lagi." Walaupun penyampaiannya cukup santai ada ketegasan dalam ucapannya yang tidak ingin dibantah. "Kamu bukan laki-laki yang melakukannya?" tanya Andre dengan tatapan menyelidik. "Saya bukan laki-laki seperti itu." Rain terlihat sangat berwibawa. Andre menjadi sangat bersalah. "Maaf karena kamu yang datang bersama Dania dan anaknya, aku pikir kamu pelakunya." "Jika aku adalah seorang kakak aku pun akan melakukan hal yang sama," Rain sangat berbesar hati, Dania lega mendengarnya. "Kenapa kamu mau menikahi, Dania?" sahut Bu Tari. "Karena dia ibu susu putraku," jawab Rain. "Anak ini putramu?" Bu Tari tidak ingin percaya.

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 10

    Akhirnya meraka tiba di depan rumah Dania, beberapa orang yang lewat tidak berkedip melihat mobil mewah terparkir di depan rumah keluarganya. Rain menunggu Dania bersiap keluar dari mobil. Dania berkali-kali menghela nafas untuk menghilangkan rasa gugupnya. Begitu ia hendak membuka pintu mobil, ia melihat ayahnya muncul dari balik pintu sedang mengamati mobil yang sedang terparkir di depan rumahnya. "Itu ayahmu?" Rain penasaran. "Iya," ucap Dania dengan suara bergetar, Rain mengerti keadaannya. Ia mengambil alih Erlangga agar Dania bisa lebih leluasa. Dania keluar dari mobil dengan was-was dan gelisah, Pak Fadli terkesiap melihatnya. Ia diam sambil menatap dengan sorot mata yang penuh kerinduan. Assalamu'alaikum...!" sapa Dania dengan hati-hati. "Waalaikumussalam...!" balas Pak Fadli dengan ekspresi dingin. "Ayah, apa kabar?" Dania tidak berani menyentuh tangan ayahnya, suaranya bergetar dan air matanya luruh begitu saja. Ia beranikan diri untuk menyalami tangan ayahnya

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 9

    Beberapa hari telah berlalu dan pernikahan yang diputuskan Bu Dewi harus tetap terlaksana. Rain tampak tidak peduli karena sudah tau akhirnya akan tetap seperti itu kecuali kalau neneknya itu tiba-tiba meninggal. Sementara Dania, semenjak kata pernikahan keluar dari mulut Bu Dewi ia menjadi gelisah setiap hari. Dania kembali ingin berbicara dengan Rain, kebetulan Rain sedang ingin menemui putranya, Rain langsung masuk ke kamar putranya setelah memastikan Dania sudah berpakaian rapi dan ada Rena juga. "Maaf, Pak. Bu Dewi sudah mengatur waktu pernikahan kalau kita tetap diam seperti ini pernikahan akan benar-benar akan terjadi, apa tidak ada cara untuk membatalkannya?" Dania ternyata belum menyerah. Rena di sampingnya sampai menyenggol agar tidak berkata sembarangan. "Ternyata kamu belum mengerti juga, ya? Dari pada mengatakannya padaku kenapa tidak langsung bernegosiasi dengan nenek saja?" Rain melihat ke arah Dania yang langsung menunduk. "Sudah, Pak." Dania melemah. Jawaban B

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status