Share

Bab 7

Penulis: Zizizaq
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-25 11:17:58

Akhirnya pagi datang, entah bagaimana Erlangga akhirnya bisa tenang, Dania dan Rain bekerja sama semalaman untuk menenangkannya. Mereka sendiri tidak tau kapan Erlangga akhirnya bisa tertidur karena mereka sendiri sudah tidak bisa menahan rasa kantuk.

"Apa yang kalian lakukan?" Suara Bu Dewi membangunkan Rain dan Dania yang sedang tidur di atas tempat tidur yang sama.

Rain terjaga sambil memastikan suara siapa yang mengganggu tidurnya dengan mata memicing. Sementara Dania masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Nenek?" Rain berusaha menopang tubuhnya agar terbangun, sementara dania buru-buru bangun setelah tahu apa yang terjadi.

"Kamu Dania, hanya ibu susu Erlangga, bukan istri ayahnya, kalian tidak boleh tinggal di kamar yang sama, apalagi tidur di atas tempat tidur yang sama." Bu Dewi memandang dua orang di atas tempat tidur itu secara bergantian. Sementara mereka berpikir keras untuk mengingat kenapa hal ini bisa terjadi. Terakhir yang Rain ingat, ia duduk di atas sofa untuk istirahat sejenak, sementara Dania mengingat betul, ia duluan yang menggunakan tempat tidur. Kalau mau menyalahkan seseorang, maka orang itu adalah Rain.

Kenapa juga Bu Dewi datang sepagi itu? Apa karena pesan yang dikirim Dania tadi malam? Ia mengirim pesan kepada Bu Dewi untuk meminta saran, bagaimana cara menenangkan Erlangga. Tapi wanita tua itu tidak memberi jawaban.

"Ini tidak seperti yang nenek pikirkan, aku juga lupa kenapa aku bisa tidur di kamar ini, yang jelas semalaman Erlangga menangis, Dania tidak bisa mengurusnya sendirian." Rain bangkit dari tempat tidur sambil berbicara, ia tidak bisa mengelak jadi ia hanya bisa memberikan penjelasan yang sebenarnya.

"Kalau alasannya adalah Erlangga, ini akan sering terjadi kedepannya, lagi pula kemana perginya Rena? Kalau dia sudah tidak bisa diandalkan kenapa tidak mengganti baby sitter saja?"

"Tidak bisa, dia sudah menjaga Erlangga sejak di dalam perut." Rain menolak dengan tegas, alasan sebenarnya adalah Rena sudah tau semua tentang kehidupan rumah tangganya dengan Marina berikut tentang Monika.

"Lalu solusinya apa agar ada yang membantu Dania saat Erlangga rewel, lagi pula dia hanya ibu susu, bukan baby sitter."

"Aku akan memikirkannya," Rain memijat kepalanya.

"Kalian menikah saja!" Ucapan itu terdengar begitu ringan meluncur dari bibir Bu Dewi. Dania maupun Rain menatapnya dengan terkejut. Rain malah tidak mengerti lagi dengan keputusan neneknya, kalau ia menikahi Dania lalu bagaimana dengan Monika.

"Tidak, Bu. Saya tidak mau menjalin hubungan dengan siapa pun." Dania masih trauma dengan kejadian yang pernah menimpanya, ia menjadi sangat berhati-hati dengan laki-laki manapun. Bu Dewi tahu itu.

"Aku tidak mau lagi menikah seperti itu, Nek. Aku juga sudah punya Erlangga. Aku bisa memilih wanitaku sendiri," Rain juga menyuarakan penolakannya.

"Dania, Kamu perlu menyembuhkannya, bukan menghindarinya. Dan kamu Rain jangan pikir, nenek tidak tahu siapa wanita pilihanmu itu, cari tahu dulu siapa dia sebelum kamu menyesal telah begitu percaya padanya, yang jelas Marina dan Dania lebih baik darinya dan juga pikirkan Erlangga, pikirkan apa dan siapa yang paling dibutuhkan putramu,"

Rain terpekur, dulu ada dua wanita dalam hidupnya, wanita pertama adalah Monica yang ia harus jaga perasaannya. Wanita kedua adalah istrinya sendiri yang harus ia hormati karena sedang mengandung anaknya, sekarang ditambah lagi wanita ketiga yang sedang menjadi ibu susu putranya. Kalau disuruh memikirkan siapa yang paling dibutuhkan putranya tentu saja itu adalah Dania, tapi perasaannya masih tertinggal di Monika. Bahkan istrinya sendiri hanya sempat mampir tanpa menghilangkan Monika dari dalam hatinya.

"Demi Erlangga kamu hanya bisa memilih Dania, tidak ada pilihan lain." tegas Bu Dewi

"Aku bisa melakukan tugasku tanpa menikah, Bu." timpal Dania.

"Itu menurutmu, Dania. Kamulah yang paling paham apa yang bisa terjadi kalau kalian sering berbagi kamar. Rain itu laki-laki normal."

"Aku akan menikahi wanita pilihanku secepatnya," Rain tidak mau kalah.

"Dia itu ular, Rain. Sampai kapan pun nenek tidak akan setuju. Kalau alasannya hanya sekedar mandul nenek masih bisa menerimanya tapi perempuan yang bernama Monika itu tidak sebaik yang kamu tau, Rain."

Rain menjadi sangat emosi, ia tidak suka kalau neneknya mengata-ngatai Monika dengan tuduhan-tuduhan yang Monika tidak pernah lakukan menurutnya. Ia selalu akan melindungi Monika walaupun harus menikahi wanita lain lagi. Ia tau neneknya tidak akan tinggal diam jika dia benar-benar menikahi Monika lagipula Meskipun ia menikahi orang lain masih akan menemui wanita yang ada di dalam hatinya itu.

"Oke, aku akan menikahi Dania." ucapnya kemudian pergi meninggalkan kamar itu. Dania hanya bisa terlongo heran, apa bagi Rain menikah itu sungguh mudah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 52

    Rain menarik diri setelah melakukannya dan suasana menjadi sangat sepi bahkan suara nafas pun tidak terdengar. Rain memainkan jari-jarinya untuk menahan gejolak yang menyerang. Tapi setelah ia berpikir, untuk apa menahannya, Dania adalah istrinya. Ia tiba-tiba menoleh pada Dania dan berkata, "Aku sangat sadar, ucapanku tentang kamu bukan tipeku salah besar, setiap kali kamu berada di dekatku aku selalu tidak bisa menahan diri, Dania. Karena itu..." Rain merasa tidak perlu menjelaskan lebih banyak, ia mendekatkan wajahnya untuk mencium Dania kemudian berhenti sebentar lalu berkata lagi, "Aku mengunci pintu dulu, jangan menjawab jika ada yang memanggil." Rain berdiri menuju pintu lalu menguncinya, setelah itu ia menarik Dania berdiri lalu membawanya ke pangkuan. Dania hanya bisa terbengong-bengong dengan kelakuan Rain tapi ia tidak bisa menolak entah kenapa. Dari lubuk hati yang terdalam malah menyukainya. Dania mengikuti permainan Rain, ia bahkan inisiatif membuka kancing keme

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 51

    Rain memotong kue coklat berbentuk persegi panjang itu dengan pisau kue plastik, ia lalu mengambil untuk dirinya sendiri lalu memakannya. "Ini enak," ucapnya. "Juan pernah bilang, aku pasti sudah kenyang memakan kue buatan istriku, faktanya aku bahkan tidak tau kalau istriku bisa membuat kue. Saat itu aku merasa kesal pada diriku sendiri, kenapa aku harus tau dari orang lain, padahal aku tinggal dengannya setiap hari." "Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan, Mas?" "Sepertinya ini adalah tempat dan waktu yang tepat untuk membahas bagaimana hubungan kita setelah Erlangga tidak membutuhkanmu," Dania diam, ia merasa takut mendengarnya, tapi ia juga penasaran dan butuh kepastian. "Erlangga mungkin tidak membutuhkanmu, tapi aku butuh," ucap Rain sambil menatap Dania, ia kemudian melanjutkan, "Aku membutuhkan alarm hidupku yang setiap hari mengingatkanku sholat, aku butuh peranmu di pagi hari untuk menyiapkan sarapan untukku, tanpa aku sadari kehadiranmu itu penting di rum

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 50

    "Ini buat, Mas." Dania menyerahkan gable box berisi kue pada Rain. "Apa ini?" Rain menerima dengan penasaran. "Hadiah yang aku janjikan waktu itu," "Oh iya, aku kira kamu sudah melupakannya," ucap Rain sambil meletakkan kue itu di atas console box mobil. Tingkahnya begitu canggung. "Terimakasih," lanjutnya, kemudian ia menyalakan mesin mobil lalu melesat pergi meninggalkan halaman toko. "Aku mendengar pembicaraanmu dengan Pak Juan, Mas," ucap Dania tiba-tiba, membuat fokus Rain terpecah. "Aku hanya_" Ucapan Rain menggantung karena Dania memotong dengan tegas, "Karena aku sudah jujur, aku ingin membahasnya, Mas. Aku ingin tau bagaimana hubungan kita setelah Erlangga tidak membutuhkan aku lagi? Aku sudah siap apapun jawabanmu," ucap Dania begitu tegas. Sampai Rain bingung harus menjawab apa, pada akhirnya ia hanya bisa berkata, "Nanti kita bicarakan di waktu dan tempat yang lebih baik." Rain mencengkram setir mobil dengan kuat, ia menyesal telah berbicara sembara

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 49

    Hari-hari berlalu begitu saja, semua orang memilih kesibukannya masing-masing, Dania dengan pekerjaannya sebagai baker, Rain dengan perusahaannya, Fahri dengan bisnisnya, Monika dengan dunia permodelannya, Erlangga yang juga terus bertumbuh semakin pintar lucu dan menggemaskan. Sudah satu pekan Dania dan Fahri bekerja di tempat yang sama, Dania seperti menutup diri tapi masih sopan sebagai karyawan, sedang Fahri tampaknya mengerti sehingga ia juga menempatkan diri sebagai atasan, tidak ada interaksi yang akrab, hanya berbicara seperlunya saja. Justru yang mengherankan adalah Rain, ia selalu datang menjemput Dania bahkan sebelum waktunya Dania pulang dengan alasan ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Juan sebelum Juan meninggalkan kota, padahal masih ada waktu satu bulan lagi. "Hai, Bro." Sapa Juan ketika melihat Rain datang, ia sedang sibuk dengan laptopnya, ia sedang merancang ruangan untuk cafe di toko itu, kebetulan pekarangan masih sangat luas, jadi terbesit ide unt

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 48

    Dania menurut saja saat ditarik oleh Rain, ia masih pusing memikirkan semuanya. Ia tidak bisa percaya, ternyata keponakan yang dimaksud Juan adalah Fahri. Berarti pemilik toko roti dan cake itu juga Fahri. Kenapa semua tempat terasa menjadi milik Fahri, sebelumnya mereka bertemu di restoran milik Fahri juga dan sekarang di toko kue. Ia tiba-tiba teringat nama toko kue, apa Mufah itu singkatan dari Muhammad Fahri? "Kamu senang bekerja di tempat itu?" Tanya Rain ketika mereka sudah berada di dalam mobil. "Awalnya aku senang tapi sekarang kurasa tidak lagi, entah kenapa semua orang bisa saling berhubungan," "Dulu Juan teman kuliah kami," ucap Rain. "Kami?" Dania bertanya. "Teman Monika dan Aku," jelas Rain membuat Dania manggut-manggut. "Kamu benar-benar tidak tau kalau toko itu milik Fahri?" Tanya Rain terdengar menyelidik. "Aku tidak tau," jawab Dania dengan mata menerawang. "Dia tau kalau kamu bekerja di sana?" tanya Rain lagi, hanya disambut gelengan oleh Dania.

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 47

    Siang akan segera berganti, artinya sebentar lagi Dania pulang, mengingat ia akan dijemput Rain membuat suasana hatinya senang, tapi ketika sadar tentang Monika ia menjadi diam. Di tengah sibuknya mengurus hati, ia kaget melihat Juan dan menjadi penasaran saat Juan tiba-tiba bersemangat dan tersenyum sumringah sambil melepas celemek dan perlengkapan lainnya. "Akhirnya! Sudah lama aku menunggumu, tau nggak?" suara Juan masih terdengar oleh Dania. "Kamu sih, kenapa tidak langsung memberi kabar?" Sambut seorang wanita cantik dan elegan. Dania terdiam mendengar suara itu, ia pergi mengintip untuk memastikan, ternyata memang Monika. Ia menjadi gelisah tanpa sebab. "Tau dari mana aku ada di sini?" tanya Juan. "Dari Rain, dia mengirim pesan padaku sekaligus alamat toko ini. Dania terdiam, rasa gelisahnya hilang begitu mendengar nama Rain disebut oleh Monika. Ia memilih kembali ke dapur dan menutup telinga dari percakapan mereka. "Ternyata memang benar, kalian masih ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status