"Bang, kamu jangan pulang, ya! Aku tidak mau sendirian. Takut kalau dia akan datang lagi." Arik terlihat gelisah, hatinya tak tenang. Antara tak tega meninggalkan dan takut ketahuan. Lelaki itu sedang menimbang keputusan. Apakah pulang ke rumah atau menemani orang tersebut? "Bang, diminum dulu jusnya." Arik mengangguk, kemudian menyeruput jus jeruk kesukaannya hingga tandas. Jus yang telah diberi obat tidur.Arini – wanita yang menahan Arik pulang. Wanita yang tadi sore menelpon Arik. Wanita yang nomornya diberi nama Teh Maya. Arik sengaja memberi nama itu agar Hayana tak curiga."Bang, tidur sini, ya. Aku janji tidak akan menggoda, Abang. Aku hanya butuh ditemani." Arini memasang wajah melas. Tidak akan menggoda? Ucapan dan tindakan wanita itu tidak selaras sama sekali. Nyatanya, Arik berusaha keras menelan ludah saat menatap lekuk tubuh Arini, yang dibalut baju berbahan transparan. Wanita itu sengaja mengenakan baju berbahan transparan, setelah sebelumnya bajunya dirobek orang."
Setelah kepergian Arik dari kostnya Arini, wanita itu segera menghubungi suaminya.Ya, Arini adalah wanita yang masih berstatus istri dari Sanjaya. Lelaki yang katanya mau menodai Arini.Sanjaya masuk ke kamar Arini sepuluh menit setelah ditelpon istrinya."Gimana rencana kita, Sayang?" tanya Sanjaya ketika sudah berada di kamar istrinya."Berjalan sesuai rencana, Bang." Arini tersenyum bangga."Semoga apa yang kita inginkan tercapai. Eh, tapi kamu benar-benar tidak disentuh pria itu kan?" tanya Sanjaya mulai tak tenang."Tenang, Abang. Istrimu ini sama sekali tidak disentuh Supervisor itu. Dia keburu tepar duluan. Lagian mana mau aku disentuh lelaki lain. Aku hanya mau melakukan itu sama Abang," ujar Arini menyakinkan suaminya."Tapi abang butuh bukti. Siapa tahu kamu menikmati disentuh lelaki setampan dia.""Nih, buktinya." Arini menyodorkan handphonenya pada Sanjaya. Lelaki itu melihat video Arini yang sedang melucuti pakaian Arik satu persatu saat suami Hayana sedang tertidur. Art
"Bu. Ibu." Arik memanggil-manggil ibunya sambil mengetuk pintu.Bu Sastra yang sudah mulai tidur terpaksa turun dari ranjangnya, berjalan menuju pintu dengan."Ada apa, Rik? Mengganggu ibu saja!" Bu Sastra membetulkan tali rambut yang sudah mau lepas."Bu. Ada makanan nggak? Arik lapar." Pria yang masih berseragam pabrik itu memegangi perutnya."Kamu baru pulang? Belum makan? Istrimu nggak masak? Istrimu ngapain nggak masak?" tanya wanita yang melahirkan Arik tanpa jeda. Banyak bener pertanyaannya."Ya, Arik baru pulang. Nggak ada makanan di meja makan." Suami Hayana itu berjalan menuju meja makan ibunya."Rik. Haya tadi kelayapan seharian. Berangkat dari pagi pulang menjelang magrib. Makanya kamu tidak dimasakkan," ungkap Bu Sastra sambil membuka tudung saji. Terlihat ada ayam goreng sama sambal tomat serta sisa lalapan. Tangan keriput itu pun mengambilkan nasi untuk anak bungsunya."Yang benar saja, Bu? Dari mana memangnya? Kurang ajar! Pantas saja rumahnya terlihat berantakan dan t
Wanita yang sedang marah itu berjalan ke arah keranjang baju kotor. Dia mengambil baju yang dikenakan Arik tadi malam."Jelaskan padaku semuanya! Ini bau parfum siapa? Ini bekas lipstik siapa? Dan ini bekas bon belanjaan untuk siapa?" Hayana melemparkan baku itu tepat di muka suaminya.Arik terdiam seribu bahasa. Mulutnya terkatup rapat. Wajahnya terlihat gelagapan. Sebelum menemui Arini, kemarin malam Arik sempat membelanjakan beberapa barang di minimarket indojuli."Seumur-umur kita menikah, belum pernah kamu mau belanja sendiri untuk kebutuhan kita. Namun, dengan suka rela kamu membelanjakan orang lain seharga dua ratus ribu! Sedangkan aku hanya kamu jatah lima belas ribu sehari. Suami macam apa kamu, Mas?" Wanita berbaju tidur itu benar-benar meluapkan emosinya. "Siapa yang kamu belanjakan? Pacar kamu kan? Selingkuhan kamu? Jujur, Mas!""Dia itu hanya teman biasa. Sungguh. Kalau masalah lipstik dan bau parfum itu hanya ngetes kamu. Apakah cemburu atau tidak? Itu sengaja." Arik be
Arik membolak-balikkan kunci motor yang ada di genggaman tangannya. Pria itu tampak kesal sekali. Sejurus kemudian dia teringat sesuatu, karena penasaran dia pun segera membuka dompet mencari STNK motor. Arik membelalakan matanya, tatkala melihat isi dompetnya. Seharusnya di sana ada STNK motor NMax. Namun, surat itu pun telah berganti menjadi STNK motor Revo."Dasar wanita licik!" umpatnya sambil membanting kunci motor yang masih dipegang ke atas kasur tak jauh dari tempatnya berdiri. Pria itu menjambak rambutnya frustasi, kemudian meraup mukanya dengan kasar."Argh, sialan! Bisa-bisanya Haya menukar ini! Aku tidak kepikiran wanita pendiam itu akan melakukan hal ini." Arik hanya bisa mengumpat. Memang, Hayana dulu adalah seorang istri yang pendiam, tidak banyak bicara. Namun, itu dulu. Seiring berjalannya waktu Hayana berubah menjadi wanita cerewet bagi Arik. Kelakuan suaminya lah yang membuat perempuan itu berubah.Pagi-pagi Arik sudah dibuat emosi oleh Hayana. Bagaimana tidak? Ken
"Kenapa memangnya?" tanya Bu Karya penasaran. Ibu-ibu yang lainnya pun ikut penasaran. Mereka memasang wajah serius menunggu jawaban Bu Sastra."Kalian penasaran? Sebenarnya ini aib saya malu mau mengatakannya? tapi kalau kalian ingin tahu saya bisa apa? Cuman, jangan bilang siapa-siapa, ya!" Bu Satra menarik napas dalam-dalam sebelum bercerita. Didramatisir sekali."Iya, ada apa, sih, Ceu, membuat kami tambah penasaran. Cepat dong cerita," desak Bu Neneng. Wanita yang terkenal biang gosip di lingkungan itu.'Wah, berita ini bakal digoreng oleh Bu Neneng ini. Tapi nggak papa biar Hayana tahu rasa! Salah siapa berani macam-macam!' Monolog Bu Sastra dalam hati."Hayana … kabur dari rumah." Bu Sastra terlihat tambah sedih menundukkan kepalanya, agar mengundang simpati yang lainnya."Hah! Kabur dari rumah? Apa masalahnya?""Nggak tahu apa masalahnya. Arik hanya bilang kabur dengan selingkuhannya. Hiks hiks." Tiba-tiba mertua Hayana menangis. Pandai sekali wanita itu bersandiwara. Bu ib
Selama ini pria penyuka makanan pedas itu selalu sarapan pagi, sebelum berangkat kerja untuk menghindari salatri. Salatri adalah sakit atau pingsan karena terlalu lapar. Namun, hari ini Arik benar-benar tidak ada waktu untuk sarapan. Waktunya telah habis digunakan untuk menyetrika dan mencari kaus kaki, yang selama ini selalu disiapkan Hayana.Selama lima tahun membersamai Arik, Hayana tak pernah absen memberikan sarapan untuk suaminya. Wanita itu tahu betul bahwa lelaki itu tidak bisa menahan lapar terlalu lama. Pria yang hobi memancing itu pernah pingsan karena salatri. Kelakuan suaminya membuat wanita itu menutup mata tentang Arik. Luka di hati telah membuat pemilik nama lengkap Hayana Maulida, itu tak peduli lagi dengan suaminya. Dia benci penghianat.'Istirahat masih lama, perutku sudah tak bisa diajak kompromi. Coba saja ada Hayana di rumah, hal seperti ini tak mungkin terjadi. Ngapain sih perempuan itu main minggat segala?"Arik itu dungu atau telat mikir? Entahlah. Pria yan
Wanita yang Kau SakitiHayana hanya melihat siapa yang menelponnya tanpa berniat menjawab panggilan tersebut. Wanita itu sudah bersiap untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur. Namun, ponselnya kembali memekik. Membuat istri Arik itu menarik napas dalam-dalam. Jengah dengan sikap suaminya yang suka memaksa. Dia tahu Arik tak akan berhenti menghubunginya sebelum dijawab panggilan tersebut."Ada apa, Mas?" ketus Hayana tanpa basa-basi terlebih dahulu, bahkan tanpa salam pembuka. Ngantuk pun sudah mulai menyerangnya."Assalamualaikum, De. Kamu di mana sekarang?" tanya Arik di seberang sana dengan suara lembut."Waalaikummussallam. Di tempat yang aman. Tidak perlu khawatir!" tegas Hayana, yang sebenarnya ingin segera mengakhiri sambungan telepon tersebut. "Aku ingin ketemu kamu. Di mana kita bisa bertemu?""Untuk apa? Sayangnya saat ini aku belum ingin ketemu kamu!" sergah Haya."Aku mau minta maaf. Tolong maafkan aku! Aku memang brengsek.""Baguslah kalau sadar! Untuk saat ini aku belum