Share

Bab 16

Author: Jayden Carter
Rayanza melotot sesaat pada Sienna, lalu mengajak Arlo masuk ke lift menuju lantai atas.

"Waktu Fellis kena penyakit ini, awalnya terlihat biasa saja, tapi lama-kelamaan dia makin sering mengurung diri, emosinya nggak stabil, sampai dia akhirnya nyaris bunuh diri. Selain depresi, psikiater juga bilang dia ada gangguan afektif bipolar."

Di dalam lift, Rayanza menceritakan secara singkat kondisi Fellis kepada Arlo. Arlo mengangguk, menandakan paham.

Sampai di depan kamar Fellis, terdengar suara dingin dari dalam. "Pak Arlo saja yang masuk. Ayah tunggu di luar."

Rayanza tersenyum getir, lalu mengangguk pada Arlo.

Arlo mendorong pintu dan masuk. Fellis duduk di ambang jendela, membelakangi Arlo. Tubuhnya yang kurus bersandar di dinding. Dia memang cantik, tetapi wajahnya yang pucat membuat hati siapa pun pilu.

Mata Fellis menatap ke luar, tetapi tatapannya kosong tak berjiwa. Angin dari luar menerbangkan helaian rambutnya, tetapi tidak ada sedikit pun energi yang seharusnya dimiliki anak seusianya.

Sejak masuk, Fellis tidak berbicara, seakan-akan Arlo tidak pernah ada.

"Kita mulai dengan akupunktur dulu ya?" Arlo mengeluarkan jarum-jarum akupunktur yang sudah disiapkan Rayanza.

Fellis menoleh sekali, menatap Arlo. Tatapan itu penuh putus asa, hampa, tak ada keinginan untuk hidup. "Nggak usah. Duduk sebentar di kamar, lalu keluar saja. Biaya konsultasimu akan dibayar ayahku."

Arlo mengernyit. "Kamu nggak percaya padaku?"

Fellis memandangnya seperti melihat orang gila. "Dokter pengobatan tradisional bisa menyembuhkan depresi? Ayahku sudah pasrah, jadi mencoba semua pengobatan. Kamu pasti cuma mau cari uang. Aku nggak mau ikut sandiwara ini."

"Waktu itu aku yang menyelamatkanmu di rumah sakit!" Arlo bersikeras.

"Aku tahu."

"Setidaknya ucapkan terima kasih."

"Oh, terima kasih."

Arlo mengerutkan alis. Respons Fellis sangat dingin, hampir tak ada naluri bertahan hidup.

"Jadi, sekarang yang kamu inginkan cuma mati sebagai jalan keluar?" Arlo bertanya.

Fellis menatapnya dengan sinis. Dia sudah menjalani banyak terapi dengan psikolog, tetapi tidak ada satu pun yang mengubah keyakinannya. Dia tidak percaya terapi mengobrol ampuh, apalagi kalau dilakukan oleh seorang dokter pengobatan tradisional.

Arlo berjalan ke jendela dan tersenyum tipis. "Kalau mau mati, gampang. Aku bantu."

Fellis terkejut menatap Arlo.

"Ayahmu pasti nggak bilang kalau dulu aku ini gila," kata Arlo sambil membuka jendela.

Alis Fellis berkerut melihatnya.

"Kalau mau mati, ya lompat saja!" Arlo menunjuk ke luar lewat jendela.

"Jadi, kamu pikir depresi itu lebai? Cuma urusan pikiran?" Fellis menatap Arlo.

Depresi telah membuat tubuhnya menanggung rasa sakit yang tak tertahankan. Jiwanya hancur. Orang luar hanya melihat depresi sebagai sikap pesimis atau kebencian terhadap hidup, padahal fisiknya juga menanggung penderitaan yang sama hebatnya.

Entah berapa malam dia merintih kesakitan sampai tidak bisa tidur. Dia menjadi pesimis, muak pada hidup, merasa segala sesuatu tak lagi berarti, dan hilang rasa ingin tahu terhadap dunia. Kondisi semacam ini tentu tidak bisa dibayangkan oleh orang sehat.

Arlo menggeleng. "Aku ingin merawatmu, tapi kamu cuma ingin mati."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 100

    "Kamu juga kesurupan?" Conan meraba dahi Sahrul."Serius, Kak!""Lebih hebat daripada instruktur yang dulu pernah kita temui di Pasukan Khusus!"Rasa kagum dan hormat yang terpancar dari mata Sahrul akhirnya membuat Conan percaya. Dia pun mengangkat peluru yang masih hangat itu dan terdiam lama sebelum berkata, "Laporkan ke Pasukan Khusus, orang ini kalau nggak melakukan dosa besar, jangan sekali-kali disentuh. Jangan dimusuhi, sebaiknya dijadikan sekutu!""Habis sudah Pardus kali ini!"Mengingat kejadian hari ini, Conan menggelengkan kepala. Seketika dia teringat pada Santoso, hatinya muncul rasa iri. Dasar si tua bangka itu, benar-benar beruntung bisa berkenalan dengan sosok luar biasa seperti Arlo!Ilmu pengobatan? Ilmu gaib? Seni bela diri? Dengan bakat sehebat itu, asalkan Arlo tidak membuat dosa besar, kelak pasti akan menjadi orang yang sukses besar.Sekarang, Arlo masih belum terlalu terkenal sehingga mereka masih sempat menjalin hubungan. Namun saat kelak Arlo sudah benar-bena

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 99

    Conan berkata canggung, "Ini juga semacam penyakit profesi, pekerjaanku menuntut banyak kerahasiaan! Arlo, tolong maklumi!""Itu bukan urusanku dan aku juga nggak ingin mencampuri. Asal benda-benda ini diurus, masalahmu pun selesai," ujar Arlo sambil menunjuk bungkusan kertas minyak itu.Sahrul tetap sulit percaya. Selama bertugas dia sudah menembak mati lebih dari 20 penjahat yang melawan penangkapan. Kalau memang ada hal-hal gaib, bukankah dia seharusnya sudah lama diganggu arwah mereka?Apa itu minyak mayat, apa itu jimat ... bukankah cuma ulah orang yang sengaja membuat keributan? Siapa tahu malah Arlo sendiri yang membuat semua ini, lalu berpura-pura menyingkapnya? Metode "maling teriak maling" seperti itu sangat sering digunakan oleh para dukun gadungan."Lalu, apa yang harus dilakukan?" tanya Sahrul."Pertama, bakar kertas minyak dan uang arwah ini bersama-sama," jawab Arlo.Begitu dia selesai bicara, Sahrul langsung menyalakan korek api dan mendekatkannya ke kertas minyak. Dia

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 98

    Setelah kejadian itu, Conan dan istrinya menonton rekaman CCTV ruang tamu. Potongan-potongan gambar itu membuat mereka merinding ketakutan.Sahrul menatap pasangan suami-istri itu dengan ekspresi aneh. Dalam hati dia merasa, apakah keduanya terlalu tertekan sampai jadi berhalusinasi? Menurut pikirannya, kemungkinan besar si gadis kecil hanya ingin bermain dengan pedang kayu, tapi Conan tidak mengizinkan.Anak itu pun mengambek, menangis, lalu meniru adegan di televisi dengan berpura-pura mengancam akan lompat dari balkon. Hal itu menakuti Jenifer, hingga membuatnya kehilangan kendali sejenak. Bagi Sahrul, ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Dalam keadaan panik dan ketakutan hebat, wajar saja orang bisa mengalami kekacauan mental."Aku nggak berani lagi tinggal di rumah. Begitu pagi tiba, aku langsung membawa keluargaku, rencananya mau ke tempat Santoso, biar dia yang mengantarku mencarimu!""Di tengah jalan, lalu lintas sangat sepi dan hanya ada sedikit kendaraan. Tiba-tiba ada sebua

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 97

    "Dari semalam sampai sekarang, nyaris separuh nyawaku hilang! Kalau bukan karena khawatir terjadi sesuatu di jalan, aku sudah ingin langsung ke perkebunan mencarimu." Wajah Conan tampak ketakutan, seperti orang yang baru saja lolos dari maut.Sambil bicara, dia menunjuk pada seorang pria dan seorang wanita yang dibawanya, lalu memperkenalkan, "Arlo, ini istriku, Jenifer. Yang satu lagi sahabat lamaku, Sahrul!""Mereka bukan orang luar, jangan khawatir. Kamu harus tolong aku menyelesaikan masalah ini!"Sejak hari pertama masuk ke biro keamanan, Sahrul selalu mengikuti Conan. Selama lebih dari sepuluh tahun bersama, mereka bukan hanya sebatas atasan dan bawahan, tapi juga saudara seperjuangan."Ketua, kenapa aku sama sekali nggak paham sama semua yang kamu katakan hari ini?" tanya Sahrul sambil mengusap dagunya dengan kebingungan.Conan pun segera menceritakan apa yang terjadi selama dua hari ini. Setelah berpisah dengan Arlo dan Santoso kemarin, dia langsung kembali ke biro keamanan.Di

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 96

    Pria berjanggut hanya mengeluarkan beberapa dengusan. Keringat dingin mengalir deras di dahinya, tetapi dia tetap tidak menjerit kesakitan.Arlo masih menginjak tubuh pria itu, lalu menoleh sekilas pada sopir truk. "Kecelakaan ini salahku. Kita selesaikan secara pribadi saja. Aku transfer uang padamu, lalu kamu boleh pergi!""Nggak ... nggak usah!" Wajah sopir itu pucat pasi, dia buru-buru berbalik dan hendak lari."Tunggu!" Suara Arlo terdengar lagi.Sopir itu semakin panik. Di matanya, pemuda ini adalah orang yang bahkan tidak takut menghadapi senjata api! Adegan yang baru dia saksikan itu lebih gila daripada film. Dia pun teringat pada adegan klise di layar lebar. Setelah ini, biasanya saksi akan "dibungkam"."Kasih aku rekeningmu! Aku akan transfer sekarang!" kata Arlo tenang.Dengan tubuh kaku, sopir itu memberikan nomor rekening. Arlo pun segera mentransfer 20 juta. Begitu mendengar bunyi notifikasi uang masuk, sopir itu menatap tak percaya. Namun, dia tidak berani bertanya apa-a

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 95

    Wajah Arlo sedikit menggelap. Jika tabrakan jip yang pertama tadi masih bisa dianggap satu persen kemungkinan sebagai kecelakaan, maka kali ini sudah jelas benar-benar ditujukan untuk mereka."Ayah, pegang yang kuat!" ucap Arlo dengan suara berat, lalu mengentak pedal gas. Mobil langsung melesat ke depan.Setelah menstabilkan arah, kedua mobil sempat sejajar. Dari kaca jendela, Arlo bisa melihat jelas sopir jip itu adalah seorang pria berjanggut lebat yang berusia lebih dari 40 tahun.Di wajah pria berjanggut itu ada sebuah bekas luka yang panjang dan dalam, membentang dari bawah mata kiri hingga ke sudut mulut kanan, membuat wajahnya tampak garang dan menakutkan.Mata mereka saling bertemu dan memancarkan aura membunuh yang tajam.Victor mencengkeram erat pegangan tangan hingga jemarinya bergetar. Kecepatan mobil begitu tinggi. Di jalan sempit berliku seperti ini, situasinya benar-benar berbahaya.Saat melewati sebuah tikungan tajam lagi, Arlo melihat ada sebuah truk besar melaju dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status