Pagi sekali Alan sudah berangkat kerja bersama Ayah, sebenarnya ada kesengajaan yang bermain di dalamnya. Salsabila, Ayah, Bunda dan Alexa, mereka sengaja berkomplot untuk menyukseskan ulang tahun Alan. Mereka punya porsi masing-masing, Ayah membuat Alan sibuk di kantor sehingga sudah pasti akan pulang tengah malam tepat pergantian umur Alan dimulai dan disitulah mereka akan memberikannya surprise, Bunda membantu Salsabila membuat cake, sebenarnya mudah saja membeli cake yang sudah dipastikan enak dan cantik, tetapi Salsabila berinisiatif untuk membuatkan cake ulang tahun Alan untuk pertama kalinya, sedangkan Alexa membantu Salsabila mendekor kamar mereka agar menjadi cantik.
Rencananya malam ini Salsabila akan memberi surprise kepada Alan khusus bersama orang tua di rumah, sedangkan esok harinya mereka akan mengadakan pesta barbeque bersama para kolega-kolega bisnis yang sudah di undang, tidak lupa sahabat-sahabat Alan yang akan menyempatkan diri untuk datang dan terbang dSuara deru mobil Alan sudah terdengar di pekarangan rumah yang menandakan kalau suaminya itu sudah pulang. Salsabila tersenyum senang, karena setelah menunggu sampai pukul satu dini hari akhirnya Alan pulang juga, sebenarnya ayah lebih dulu pulang dan sebelumnya memberitahunya kalau Alan memang sibuk di kantor hari ini. Salsabila memakluminya.Ayah tidak ikut untuk merayakan ulang tahun Alan malam ini, setelah pulang dari kantor ayah tiba-tiba pusing dan sejak tadi sudah beristirahat di kamar, ayah terlihat merasa bersalah, tetapi Salsabila sudah berusaha menghibur ayah Dirgantara dan memintanya untuk beristirahat. Sebelum tertidur ayah Dirgantara sudah berjanji pada Salsabila besok pasti akan ikut merayakan ulang tahun Alan dan berjanji untuk sembuh, Salsabila hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.“Mas Alan, sudah pulang. Bunda dan Alexa bersembunyi di kamar masing-masing, ya.” Salsabila meminta kepada Bunda dan Alexa untuk segera melakukan rencana yang mereka
Alan pergi ....Alan tidak menuruti Salsabila ....Alan melanggar janjinya untuk tidak berhubungan lagi dengan Meira ....Alan sudah mengkhianati Salsabila lagi dan lagi ....Salsabila hanya bisa menatap kepergian Alan dengan kehilangan yang begitu mendalam, ia tidak menyangka Alan akan meninggalkannya dan mendatangi mantan kekasihnya, Meira. Sesaat setelah kesadarannya kembali, Salsabila mengusap wajah. Tatapannya nanar, kekecewaan memenuhi sudut hatinya. Langkahnya gamang dan menuntunnya ke kamarnya dengan Alan berada.Kamar itu masih sama seperti sebelum ia tinggalkan, masih ramai dengan berbagai pernak-pernik khas ulang tahun, foto-foto kebahagiaannya yang terpasang di dinding seakan menertawainya, kebahagiaan yang terlihat di foto tersebut semuanya semu. Berisi kepura-puraan, dan baru malam ini terjawab segalanya. Alan tidak pernah mencintainya, Alan hanya bertahan pasti itu karena anaknya, kalau anak mereka tidak ada mungkin Alan su
PRANG!Bunyi pecahan kaca berulang kali mengusik tidur Bunda Rena dan Ayah Dirgantara dari tidurnya. Suami istri itu kemudian terperanjat dari tidurnya. Dengan panik, Bunda Rena melompat dari ranjang dan berlari keluar disusul oleh suaminya yang juga ikut berlari menyusul untuk mencari sumber suara berisik itu berasal. Kedua suami istri mencari sumber suara ribut itu berasal, yang ia tebak berasal dari ruang keluarga di lantai bawah.Suasana masih gelap, belum pagi sepenuhnya. Meskipun ruangan masih tertutupi gorden, namun bias cahaya mulai mengintip dari jendela membuat ruangan itu terlihat remang-remang. Semakin menambah suasana bersedih yang Salsabila rasakan pagi ini.“Salsa?” panggil Bunda Rena saat sudah sampai di dekat ruang keluarga dan melihat penggung menantunya yang sedang menginjak-injak sebuah bingkai foto.Berbalik, Salsabila tersenyum, sebuah senyuman yang sama persis yang ditampakan semalam. Senyuman lebar namun terlihat begitu men
Siang ini, Salsabila sadar dari kelakuan buruknya tadi yang membuat rumah dan seisinya gaduh. Ayah, Bunda, bahkan Alexa sepanjang hari ini khawatir kepadanya dan untuk Alan … pria itu belum ada kabar sampai sekarang. Tidak menelepon ataupun memberi kabar sekalipun, pria itu sepertinya sedang bersenang-senang dengan Meira sampai melupakan dirinya, mengingat hal itu Salsabila kembali bersedih.Salsabila sebenarnya tidak pernah mencoba menghubungi nomor Alan satu kali pun, tetapi dia sempat mencuri dengar dari Alexa yang memberitahu bundanya bahwa sampai sekarang Alan masih belum bisa dihubungi, dan Salsabila tidak ingin mencari, biarkan pria itu bahagia dengan pilihannya sendiri."Maafin Salsa, Ayah, Bunda …." Salsabila kali ini sedang bersimpuh di lantai, menghadap ayah dan bunda, meminta maaf dengan tulus. "Maafin kurang ajar Salsa pagi ini. Karena Salsa benar-benar ingin melakukan ini—hancurin apapun yang berhubungan dengan Alan, anak kesayangan kalian."
"Bunda, Ayah … Salsa ingin bertemu Mas Alan!"Sejak sampai di rumah sakit, Salsabila terus meraung-raung mencari suaminya, padahal ia sudah setengah sekarat untuk bersiap melahirkan buah hatinya bersama Alan.Setelah tadi kegelapan mengambil alih kesadarannya, Salsabila sadar dan langsung mencari Alan. Padahal sejak sejam yang lalu, Alexa sudah beberapa kali mencoba menghubungi ponsel Alan, namun seperti sebelumnya, ponsel pria itu tidak bisa dihubungi. Alan menghilang bak ditelan bumi."Sayang, sabar ya. Kami sudah mencoba menghubungi Alan. Jadi tenang dan tunggu saja, ya."Kali ini Bunda Rena menyentuh tangan Salsabila yang berusaha bergerak, padahal ia diminta untuk tidak banyak bergerak supaya pendarahannya bisa berhenti.Salsabila menggeleng. Air mata terus meluruh membasahi pipi mulusnya. "aku tidak mau melahirkan kalau Mas Alan tidak ada di sini. Aku tidak mau, Bunda!"Sedangkan beberapa perawat sudah berdatangan dan menga
Kondisi Salsabila berangsur membaik seiring berjalannya waktu, bahkan pagi ini Salsabila sudah diperbolehkan memberikan ASI untuk kedua bayi kembarnya, untuk pertama kalinya. Salsabila begitu excited, karena akhirnya ia bisa melakukannya untuk kedua bayinya karena tubuhnya baru pulih dan baru diberikan izin oleh dokter Angela.Salsabila menerima kedua bayinya dibantu oleh salah satu perawat. Salsabila akan memberikan ASI untuk keduanya secara bersamaan. Kedua bayi itu kini sudah berada di kedua tangannya, dan Salsabila seketika dibuat takjub. Bayinya, pangeran-pangeran kecilnya, yang selama ini bertumbuh di perutnya dan dikandung olehnya selama sembilan bulan lamanya. Bukan waktu yang sebentar bagi Salsabila, semenjak mengandung kedua bayinya banyak yang telah Salsabila lalui, bahagia dan kesedihan. Tidak munafik, Salsabila akui pernah berbahagia semenjak mengandung keduanya, dan juga pernah bersedih, yang imbasnya adalah malam itu. Malam di mana segala kepercayaan yang dib
Ada pukulan rasa bersalah yang menghantam dada Alan ketika mobilnya masuk ke dalam gerbang rumah. Laki-laki itu duduk dibalik kemudi dan membuang pandangan ke atas, menatap jendela kamarnya bersama Salsabila selama berada di Surabaya. Rasanya Alan tidak siap kembali bertemu dengan istrinya. Tidak sanggup melihat wajah pura-pura kuat wanita itu.Alan tahu, ada luka baru yang dia goreskan di hati Salsabila. Setelah beberapa bulan ini berjuang untuk kembali mendapatkan hati dan kepercayaan Salsabila kembali, seketika hancur karena malam itu. Malam di mana Alan menjadi pria yang begitu bodoh karena rasa tanggung jawabnya yang tidak pada tempatnya. Alan sadar kalau malam itu telah merubah segalanya, ada luka baru, luka yang barangkali akan membawa mereka kembali ke dalam fase yang hampir mereka tinggalkan yaitu fase saling menyakiti.Kali ini, Alan kehabisan cara untuk menghadapi keadaan ini. dia benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa di hadapan Salsabila nan
“Please ... jangan bertengkar di sini, Salsabila baru saja tertidur. Aku takut dia akan terbangun karena mendengar pertengkaran kalian.” Bunda Rena melerai pertengkaran anaknya dengan suaminya tersebut. Dia sebenarnya sedang menjaga Salsabila yang tertidur, tetapi suara ribut-ribut dari luar membuatnya penasaran. Dan ia sama sekali tidak menyangka kalau sumber keributan itu berasal dari Alan yang entah dari mana dan baru muncul sekarang. Tentu saja bunda Rena masih marah kepada lelaki itu, oleh sebabnya dia sengaja tidak mau melihat wajah brengsek anaknya.“Ayah ... bunda, maafkan aku!” Alan mencicit, berusaha mengiba atas segala kebodohannya kepada kedua orang tuanya.“Alan, aku tahu hubunganmu dengan perempuan itu bertahun-tahun lalu. Aku tahu betapa gilanya kamu kepada perempuan itu makanya aku tidak pernah memberimu sebuah restu.” Ayah Dirgantara membelakangi Alan, tidak kuat melihat wajah anaknya. Sementara Alan tertarik dengan diksi yang dipilih ole