Home / Romansa / When I Me(e)t You / 17 Perang Dingin

Share

17 Perang Dingin

Author: Ans18
last update Last Updated: 2025-04-26 21:30:15

Di dalam kamar, Arka bersandar pada head board ranjangnya sambil menatap ke arah pintu dengan kesal. Arka merutuki desain kunci pintu di rumahnya, di mana semua pintu bisa dibuka dari sisi lainnya meskipun anak kunci menggantung di sisi satunya.

Kalau lelaki dengan suara berat yang kini berstatus suaminya itu nekat membuka pintu dengan kunci cadangan, Arka sudah mempersiapkan 'hadiah' untuknya.

Suara berisik anak kunci yang berasal dari luar kamarnya membuat Arka benar-benar bersiap. "Ck! Beneran mau masuk?" gumam Arka dengan tangannya yang mencoba meraih apa pun yang bisa diraihnya.

Beberapa detik kemudian, daun pintu kamar Arka terbuka. Dalam kondisi yang remang—karena Arka sengaja tidak menghidupkan penerangan utama kamarnya—Arka melihat sosok tinggi itu masuk ke dalam kamarnya. Ia menunggu sampai Caraka benar-benar mendekat, dan ia dengan mudah melemparkan bantal-bantalnya ke Caraka.

Caraka memang tidak bisa menghindar dari bantal pertama yang dilempar Arka, tapi ia lebih sigap pa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • When I Me(e)t You   18 Tujuh Permintaan

    "Arka!"Tanpa pikir panjang, Caraka melompat ke dalam kolam renang, berusaha mencari keberadaan Arka yang masih belum muncul ke permukaan. Begitu memasuki kolam renang, Caraka baru sadar kalau kolam renang di rumah kelurga Bestari melebihi kolam renang umum, dari segi luas dan kedalamannya.Di salah satu sisi kolam renang dengan kedalaman lebih dari empat meter, ia akhirnya menemukan Arka yang terduduk di dasar kolam sambil memeluk lututnya yang terlipat.Caraka panik setengah mati. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Arka? Permintaan maafnya bahkan belum diterima gadis itu.Menggerakkan kaki dan tangan secepat yang ia bisa, Caraka berusaha mendekat ke tubuh Arka yang tidak bergerak.Arka yang terkejut lantas bergerak gelisah ketika tiba-tiba seseorang memegang pinggangnya dan mendorongnya ke permukaan. Ia sampai menendang-nendang ke sekitar tapi tetap saja tidak bisa mengenai orang itu—yang berada di belakangnya.Setelah ia muncul di permukaan, barulah Arka menyadari siapa orang y

    Last Updated : 2025-04-26
  • When I Me(e)t You   19 Genggaman Tangan Pertama

    Arka menghabiskan waktunya untuk berdiam diri di dalam kamar 'rumahnya bersama Caraka'. Ia meminta izin untuk tidak mengajar hari itu karena ia pikir kekesalannya pada Caraka akan bertahan lama dan membuatnya bad mood sepanjang hari. Lagipula dia baru saja mengakhiri hubungan dengan Yudha yang sudah terjalin bertahun-tahun, wajar kan kalau ia masih ingin menyendiri.'Sepi,' batin Arka. Di rumah orang tuanya selalu ada mamanya dan ART yang sibuk wara-wiri di dalam rumah. Kini ia sendiri. Caraka pergi bekerja meskipun kesiangan karena sepanjang pagi digunakan lelaki itu untuk merayu Arka agar mau pulang ke rumah.Satu pesan dari Caraka membuat Arka berdecak pelan.Caraka: Arka, bisa tolongin Abang?Arkadewi: Apa?Caraka: Ada berkas penting Abang yang ketinggalan di atas meja kerja di kamar AbangCaraka: Bisa tolongin Abang buat kirim berkasnya pake kurir ke tempat kerja Abang?Arkadewi: Alamat?Arka melangkahkan kakinya menuju kamar Caraka yang berada di depan kamarnya. Kamar lelaki itu

    Last Updated : 2025-04-26
  • When I Me(e)t You   20 Sedang Jinak

    Sudah beberapa menit Arka duduk di sofa, tapi ia masih terbengong. Apa jabatan Caraka? Rasa penasaran yang sudah membuncah itu terpaksa ditahan Arka karena Caraka sedang ke toilet."Arka."'Nah ini dia orangnya.'"Kenapa ngelihatin Abang kayak gitu?""Duduk sini dong, Bang. Bentar aja, sebelum Abang mulai kerja lagi."Senyum Caraka mengembang. Jarang-jarang Arka jinak. "Abang pesenin minum sama cemilan buat kamu dulu ya.""Memangnya restoran, bisa pesen?"Caraka hanya terkekeh dan mengabaikan ucapan Arka. Ia lantas menghubungi OB di kantornya untuk membawakan segelas jus melon dan cemilan apa pun."Bang." Arka menunggu hingga Caraka benar-benar duduk di sampingnya, baru meneruskan ucapannya. "Abang di sini jabatannya apa? Jujur, Bang. Jangan bohongin aku lagi.""Siapa yang bohongin kamu? Orang kamu yang selalu ambil kesimpulan lebih dulu kok," kilah Caraka."Abis Abang iya-iya aja kalo aku lagi nebak kerjaan Abang. Trus juga Abang sering pergi ke kantor pake kaos sama kemeja cargo doa

    Last Updated : 2025-04-26
  • When I Me(e)t You   21 Buang-Buang Waktu

    "Aku nggak mau pake cincin, Bang," rengek Arka di dekat sebuah toko perhiasan."Udah tinggal lima langkah lagi kita masuk toko loh, Ka."'Ternyata mode jinaknya nggak bertahan lama.' Caraka menatap Arka dengan kesal. "Kenapa nggak bilang dari tadi pas masih di jalan?"Arka tampak berpikir untuk menjelaskan apa yang ada di pikirannya. Tapi ia terlalu bingung.Tadi, saat Caraka lagi-lagi menggenggam tangannya, Arka seperti tersihir.Bodoh memang.Yudha juga selalu menggenggam tangannya ketika mereka berkencan, tapi genggaman Caraka terasa berbeda. Karena itu, Arka hanya diam saat Caraka mulai melajukan mobilnya.Namun, setelah tiba di parkiran sebuah mall, otak Arka tiba-tiba bisa bekerja dengan normal lagi.Cincin kawin tentunya akan terlalu mencolok kan? Bagaimana kalau teman-temannya tahu dan bertanya, apa yang harus dijawab Arka? Sementara pernikahannya dengan Caraka memang belum diresmikan secara hukum dan secara umum."Aku baru kepikiran, Bang. Gimana kalo temen-temenku tau, giman

    Last Updated : 2025-04-27
  • When I Me(e)t You   22 I’ll Try to Fix It

    "Kenapa Yud?""Ini Mas Arga, Dek.""Mau ketemu di mana?" Entah alasan apa yang membuat Arka berpura-pura menerima telepon dari Yudha.Rahang Caraka mengeras mendengar Arka seperti mengatur janji temu dengan seseorang yang dipanggilnya 'Yud', yang ia tebak adalah Yudha, mantan pacar Arka."Siapa yang mau ketemu sih?" Arga menggeram kesal. Menjauhkan ponselnya dari telinga dan meneliti sekali lagi, jangan-jangan ia salah menekan nomor telepon."Bisa, kamu nggak ngerasa kamu lagi buang-buang waktu buat ketemu aku?""Dih, Adek mas lagi gesrek."Setelah itu, Arga menutup sambungan telepon dan berganti menghubungi Caraka.Beberapa detik setelah arka menutup telepon, ganti ponsel Caraka yang berdering. Tanpa curiga, Caraka mengangkat telepon dari kakak iparnya."Si Arka kenapa itu?" tanya Arga begitu teleponnya diangkat Caraka."Kenapa gimana?" tanya Caraka sambil melirik ke arah Arka."Barusan, ditanya apa jawabnya apa."Caraka mengulum senyumnya. Jadi panggilan telepon yang masuk ke Arka s

    Last Updated : 2025-04-27
  • When I Me(e)t You   23 Lima Tahun Lalu (Perasaan Caraka)

    -London, lima tahun lalu-Arga menyeret kopernya melintasi lorong menuju apartemen Caraka yang berada di ujung koridor.Setelah mengetuk pintu beberapa kali, seseorang membukakan pintu untuknya. Bukan Caraka, melainkan seorang wanita. Wanita itu mengenakan dress putih longgar sepanjang lutut dan tersenyum dengan ramah.Sebenarnya Arga tidak terlalu kaget. Memang karena alasan ini ia sampai harus menempuh perjalanan hampir delapan belas jam, melintasi benua, demi meluruskan kabar yang didengar dari eyangnya."Mas Arga?" Suara Caraka dari dalam apartemen membuat dua orang di depan pintu yang belum sempat bertegur sapa itu menatap Caraka bersamaan.Jantung Caraka menggila saat melihat sosok yang ada di balik pintu. Dengan tergesa ia mendekat. "Masuk dulu, Mas.""Saya nggak ganggu kalian?" tanya Arga dingin.Caraka menggeleng, berniat membantu Arga membawakan kopernya namun ditepis begitu saja oleh Arga."Saya rasa kita perlu bicara. Berdua." Arga bahkan belum duduk di ruang tamu aparteme

    Last Updated : 2025-04-27
  • When I Me(e)t You   24 Komitmen dan Tanggung Jawab

    -London, lima tahun lalu-Caraka melepas cengkeramannya di leher Arga. Ia sadar apa yang dikatakan Arga adalah sebuah kenyataan yang harus dihadapinya. Melibatkan diri dengan keluarga Bestari adalah anugerah sekaligus musibah.Keduanya kini bersimpuh di lantai hotel, Caraka bersandar pada kaki sofa sementara Arga bersandar pada kaki ranjang. Pergulatan mereka memang hanya berlangsung sebentar tapi sudah berhasil membuat keduanya kehabisan tenaga.Arga terkekeh melihat keadaannya dan Caraka yang berantakan. Kalau Arka tahu ia sadu jotos (lagi) dengan orang lain, adiknya itu pasti akan mengomelinya dua hari dua malam. Dia tidak akan peduli siapa yang salah, yang Arka pedulikan hanya keadaan kakaknya yang sering mendaratkan pukulan ke orang lain."Eyang tau kamu di sini deket sama cewek. Kamu nggak sebodoh itu kan? Nggak mungkin kamu nggak tau kalo Eyang nyuruh orang buat ngawasin kamu. Kamu beruntung, aku bisa meyakinkan Eyang biar aku aja yang ngurus kamu. Karena kamu nggak bakal tau a

    Last Updated : 2025-04-27
  • When I Me(e)t You   25 Gelisah

    "Ma, Pa." Arka yang baru menampakkan dirinya di ruang tamu segera mendekat dan mencium pipi kedua orang tuanya. "Kok ke sini nggak bilang-bilang?""Jadi sekarang kalo Papa mau ketemu anak Papa mesti buat janji dulu?"Arka mendekat ke papanya dan merebahkan kepalanya di bahu papanya. "Nggak gitu, Pa. Kalo rumah lagi kotor, gimana? Yang ada Nyonyah marah-marah ke aku," ledek Arka sambil melirik mamanya.Avi balas melirik Arka dengan sengit, kemudian beranjak ke dapur, mengawasi ART yang dibawanya dari rumah untuk membantu menyiapkan makan malam di rumah itu."Mata kamu bengkak, Dek?" telisik lelaki paruh baya yang telah makan asam garam kehidupan itu. Memprediksi anaknya baru saja menangis bukanlah hal yang sulit untuknya. Apalagi sifat Arka sebelas dua belas dengan istrinya, sensitif, mudah tersentuh sekaligus terluka hatinya.Caraka yang duduk di single seater sofa tak jauh dari mereka hanya menundukkan kepala, tidak berani menatap mertuanya."Kalian berantem?"Arka belum sempat menja

    Last Updated : 2025-04-28

Latest chapter

  • When I Me(e)t You   45 First Date

    Apa impian kencan pertama bagi seorang wanita? Diajak ke restoran mewah? Diajak ke tempat yang paling hits se-ibukota? Atau diajak ke pantai untuk makan malam romantis?Setidaknya itu yang ada di kepala Caraka. Tapi Arka dengan santai menggiringnya menuju sebuah tempat makan dengan cabang franchise di mana-mana, bahkan ada hampir di setiap mall.“Arka, ini beneran nggak apa-apa makan di sini?”“Lah, memangnya kenapa, Bang? Abang ngarep makan di mana? Aku pengen chicken cordon bleu, Bang,” rengek Arka. “Udah pengen banget dari kemaren.”“Kan ada resto yang jual chicken cordon bleu juga, dan jauh lebih enak dari di sini.”“Tapi ribet. Kan kita mau nonton abis ini.”“Nontonnya di sini? Nggak di Premiere?”Arka mengernyitkan dahinya. “Abang sebelum sama aku, pernah kencan sama cewek model apa sih? Di sini semua lengkap, Abang. Nggak ribet pindah tempat, nyari parkir.”“Tapi kamu … keluarga Bestari, Ka.”“Iya, kalo Abang kencannya sama Eyang, mungkin harus bawa ke restoran mewah. Astaga, A

  • When I Me(e)t You   44 Inner Circle

    “Kenapa muka Abang kusut? Masalahnya belum beres?” tanya Arka bingung begitu melihat Caraka masuk ke dalam ruangannya dan langsung menuju dispenser, menghabiskan satu gelas air dingin.Caraka berbalik, menatap Arka dari tempatnya berdiri. Tidak ada yang salah dengan wanita itu. Arka tidak terlalu girly dengan pakaian serba pink seperti barbie berjalan atau menggunakan pernak-pernik yang membuatnnya seperti toko aksesories berjalan.Penampilan Arka justru terlihat simple, dengan celana jeans dan blouse putih yang dikenakannya. Tidak ada yang salah. Ia hanya tampak girly karena kitten heels yang dikenakannya. Itu hanya selera berpakaian. Kenapa Daniel sampai berkata seperti itu, Caraka benar-benar tidak habis pikir.“Bang.”“Hmm?” Caraka baru tersadar kalau ia sudah terlalu lama menatap Arka.“Kenapa? Ada yang salah?” Arka melihat lagi penampilannya, barangkali ada noda di bajunya atau sesuatu yang salah dengan bajunya.“Nggak. Nggak ada.” Caraka mendekat, melihat buku yang sedang dibac

  • When I Me(e)t You   43 Ingin Bertahan

    "Arka, bisa nggak jangan naik turun tangga? Abang susah ngejar kamu.” Tentu saja itu dusta karena Caraka sudah naik turun tangga sejak Arka pergi mengajar. Kakinya sudah pulih walaupun belum bisa diajak lomba lari.“Nggak ada yang nyuruh Abang ngejar,” Arka duduk bersila di atas sofa perpustakaan, berpura-pura membaca buku karena malas meladeni Caraka.“Tapi pengen dikejar kan?” goda Caraka yang kini mengambil posisi duduk di samping Arka.“Nggak!” jawab Arka (terlalu) cepat.“Kan Abang udah pernah bilang, dari artikel—”“Coba, tunjukin ke aku artikel mana yang dari kapan itu Abang omongin!” sela Arka. Ia jadi mengira kalau Caraka membohonginya.“Udah lama Abang bacanya, lupa di mana.”Arka berdecak pelan sambil menahan wajahnya yang terasa panas, entah karena tadi dia baru saja menangis atau karena Caraka mendekatinya.“Maaf ya, Abang salah sangka. Tapi kalo kamu nanya kenapa Abang bertahan ya … karena Abang mau bertahan.”“Alasan macam apa itu?”Caraka mengedikkan bahu. Ia memang su

  • When I Me(e)t You   42 Hanya Bertanya

    Sebuah rumah makan dengan konsep masakan sunda yang telah menjadi langganan mereka, dipilih Yudha untuk makan siang mereka berdua. Yudha menatap Arka, hampir tidak berkedip karena rasa rindunya pada gadis itu.Arka sedikit salah tingkah mendapati Yudha yang terus menatapnya, Hingga makanan tersaji di atas meja pun, Yudha seperti tidak ingin mengalihkan perhatiannya."Mau ngomong apa, Yud?""Gimana hari ini? Murid-muridmu pada nurut? Nggak ada yang bikin kamu harus lari-lari?"Arka terdiam. Yudha memang selalu menanyakan hal itu setiap harinya. Katanya, ia suka mendengar Arka bercerita antusias tentang murid-muridnya. Dulu, Arka suka mendapat perhatian seperti ini dari Yudha. Tapi tidak kali ini, hatinya bisa goyah karena perhatian-perhatian kecil dari Yudha."Ya gitulah, namanya juga anak-anak. Yud, aku nggak bisa lama-lama, aku mesti cepet pulang, jadi kalo kamu mau ngomong sesuatu yang penting, mending buruan deh. Kamu tau kan aku kalo laper, makanku cepet."Yudha terkekeh, tapi sep

  • When I Me(e)t You   41 Kemarahan

    "Bang. Kok Abang diem aja dari tadi?” tanya Arka yang bingung melihat Caraka mendiamkannya sejak mereka pulang dari kediaman ibunya.Caraka tidak menjawab pertanyaan Arka. Ia langsung masuk ke kamar yang berada di lantai bawah dan merebahkan dirinya.“Abang nggak mandi? Biar kuambilin baju di atas.”“Nggak usah.”“Ya udah, aku mandi dulu di atas ya.”Dengan kebingungannya, Arka naik ke lantai dua. Apa ia salah bicara sampai Caraka marah?Caraka sudah terlelap dengan posisi menghadap dinding saat Arka masuk ke kamar bawah. Arka merebahkan diri di sisi kasur yang kosong, kemudian mematikan lampu tidur di atas nakas.‘Apa aku ada salah? Atau akhirnya dia sadar kalo aku nggak pantes?’ Arka masih terus bertarung dengan pikirannya hingga tertidur.Karena beberapa hari belakangan Arka selalu terbangun tengah malam, sepertinya hal itu menjadi sebuah kebiasaan baru baginya.Anehnya, malam itu ia tidak ingin menangisi kenangannya bersama Yudha. Seharian itu juga ia hanya mengingat Yudha ketika

  • When I Me(e)t You   40 Kebencian

    Suara pintu dibanting dari kamar sebelah memang berhasil membuat mereka merenggangkan jarak.Caraka juga tampak kesal dengan kelakuan adiknya, tapi sedetik kemudian fokus Caraka kembali ke hadapannya—ke seorang gadis yang mengerjap bingung dan seperti baru saja tersesat."Ka, kenapa?"Meskipun mereka sudah merenggangkan jarak, tapi tetap saja kasur berukuran 120x200 itu memaksa tubuh mereka berjarak lebih dekat dari biasanya."Marah?" tanya Caraka lagi."Aku dorong Abang nggak?""Nggak.""Ya udah, nggak usah nanya lagi dong, Bang." Arka baru ingin menutup wajahnya dengan kedua tangan karena rasa malunya, tapi tangan Caraka lebih dulu membawanya ke dalam pelukan."Keluar yuk, Bang.""Sekarang?""Nggak. Besok lusa.""Ok, besok lusa.""Abang, malu ih sama Ibu, masa ke sini malah tidur, bukannya nemenin Ibu.""Gimana, santai kan Ibu?""Ya santai, orang udah kenal. Tapi kok bisa sih Bang, Ibu jadi story teller di sekolahku?""Waktu itu Ibu cerita ke Abang sama ke Mas Arga, katanya pengen k

  • When I Me(e)t You   39 Tiga Detik

    Tiga detik, atau bahkan kurang, Arka bahkan tidak sempat mengerjap saking kagetnya.Arka terdiam, mencoba mengatur ritme jantungnya agar kembali normal."Abang nggak suka dicuekin," ucap Caraka. Tangannya terulur mengusap bibir Arka yang membuat Arka berjengit kaget."Aku nggak suka diserang, Bang." Arka mengerucutkan bibirnya karena kesal."Tadi itu kamu anggep diserang?""Iya!"Caraka tersenyum kecut, kemudian kembali bersandar pada susunan bantal dan guling, mencoba memejamkan mata, mengingat kembali tiga detik yang membuat jantungnya menggila."Ih, Abang kok nggak bertanggung jawab sih. Bisa-bisanya langsung tidur abis nyium anak orang."Caraka malah terbahak mendengar Arka merajuk. Ia pikir Arka akan mengamuk, jenis mengamuk yang benar-benar seperti orang marah, tapi rupanya, Arka hanya merajuk."Ya terus gimana, di kamar sesempit ini, kasur ukuran single, naluri Abang sebagai cowok mencuat Arka. Nanti kalo Abang melek terus 'nyerang' kamu lagi gimana?""Nggak bisa, Bang. Kita ha

  • When I Me(e)t You   38 Something Happened in His Room

    "Loh, Bu—"Wanita itu tersenyum semakin lebar. "Bu Arka kaget ya?"Arka masih mengerjap bingung, bahkan ketika Caraka mengambil punggung tangan ibunya dan mencium kedua pipi ibunya."Kenalin, Ka. Ibunya Abang."Arka akhirnya tersadar dari lamunannya, bergegas melakukan hal yang sama dengan yang tadi dilakukan Caraka."Ayo masuk, kata Raka, kalian udah makan siang di rumah, jadi Ibu cuma nyiapin makanan kecil aja, tapi nanti makan malam di sini ya. Langsung ke dapur aja yuk, biar nggak kayak tamu." Wanita itu melangkah masuk lebih dulu. Ia biasa memanggil Caraka dengan Raka saja, mungkin nanti ia akan kebingungan untuk memanggil Raka dengan Arka yang namanya mirip.Arka menarik tangan Caraka. "Bu Ayu ... ibunya Abang?"Caraka mengangguk, kemudian meraih tangan Arka lagi untuk digenggam dan membawanya menuju dapur yang berbatasan langsung dengan taman kecil di samping rumah."Kaget ya, Bu Arka?"Arka mengangguk. "Bu Ayu jangan panggil saya 'Bu Arka' lagi, Bu."Wanita itu masih tersenyum

  • When I Me(e)t You   37 Rumah Mertua

    Arka mengerjapkan matanya, ia tidak bisa tidur sejak sesi pillow talk-nya dengan Caraka, sementara lelaki itu kini telah terlelap."Abang pernah ngerasainnya. Jatuh cinta sama seseorang, tapi kemudian Abang mengubur perasaan Abang." Kalimat itu masih berputar-putar di otak Arka. Arka tahu itu hanya masa lalu Caraka, tapi ... rasanya tetap saja tidak nyaman.Kini Arka sadar, mungkin itu yang dirasakan Caraka. Mengetahui kalau ia pernah mencintai laki-laki lain dan laki-laki itu masih mencoba mendekatinya, pasti membuat Caraka juga merasa tidak nyaman."Belum tidur, Ka?"Arka menoleh terkejut saat mendengar suara Caraka."Karena nggak Abang peluk? Sini."Arka tidak habis pikir, dari mana Caraka bisa mengira ia tidak bisa tidur karena tidak memeluknya. Mereka juga baru dua malam tidur satu kasur. "Dih. Nggak gitu yaaa."Caraka terkekeh, kemudian beringsut mendekat. Ranjang di kamar yang berada di lantai bawah itu memang paling lebar di antara ranjang yang lain. Sebenarnya kamar itu adala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status