Beranda / Romansa / When I Me(e)t You / 2 Lelaki Penipu itu Bernama Caraka

Share

2 Lelaki Penipu itu Bernama Caraka

Penulis: Ans18
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 21:58:21

"Arkadewi Lintang Bestari, saya … suami kamu."

Arka hanya menatap kosong ke arah lelaki yang mengaku sebagai suaminya. Tiga detik kemudian, pandangannya beralih kembali kepada Yudha, kekasihnya. "Yud, sekarang bentuk penipuan bukan cuma ‘mama minta pulsa ya’, udah berani nunjukin wajah loh. Jangan biarin aku dihipnotis, Yud."

Sungguh, Yudha ingin terbahak mendengar ucapan Arka, andaikan ia tidak melihat ekspresi yang ditunjukkan lelaki itu. Tapi, ada satu hal yang mengganggunya, lelaki itu menyebut nama Arka dengan lengkap dan tatapannya yang seolah tidak ada keraguan kalau statusnya adalah suami Arka.

"Lepasin tangan pacar saya!" Yudha yang akhirnya berhasil mengabaikan segala pertanyaan dalam pikirannya, ikut mencekal tangan lelaki itu dan menariknya agar melepaskan tangan Arka.

Masih mengabaikan Yudha, Caraka menatap Arka lekat. "Arka, keluargamu nanti yang jelasin semuanya. Mereka nunggu kamu di rumah sekarang."

"Yud, pergi aja yuk," rengek Arka.

Caraka hampir menggeram kesal kalau saja tidak ingat bahwa dirinya lah yang tadi berinisiatif untuk melihat istrinya dari kejauhan dan berakhir menghampiri Arka karena tidak tenang melihat istrinya itu bermesraan dengan lelaki lain.

"Ayo." Yudha langsung berdiri, tampaknya lelaki di hadapannya itu memiliki kelainan jiwa sampai mengaku sebagai suami Arka.

Caraka menahan bahu Arka agar wanita itu duduk kembali. Saat itu lah emosi Yudha benar-benar terpancing.

"Brengsek! Jangan sentuh Arka!" Karena emosi yang sudah tersulut, Yudha tidak peduli lagi kalau ia akan menimbulkan keributan. Tangannya dengan cekatan menarik kerah baju Caraka dan mendorong Caraka untuk menjauh dari kekasihnya.

Beberapa pengunjung cafe mulai terlihat tertarik dengan tontonan di depan mereka, sementara pegawai cafe saling tatap, masih mempertimbangkan untuk melerai atau membiarkan saja pertengkaran itu.

"Dek."

Arka langsung menoleh ke arah suara yang sudah dikenalnya. "Mas Arga."

Arga berjalan menuju ke arah dua lelaki yang sedang bersi tegang. Tangannya mencoba mengurai cengkeraman tangan seorang laki-laki di kerah adik iparnya.

"Siapa ini, Dek?" tanya Arga setelah berhasil membuat kedua lelaki itu duduk di meja yang sama, tanpa adu fisik.

Arka menunduk. Seperti orang tuanya, kakaknya itu juga melarangnya untuk pacaran. Jadi, selama ini ia juga tidak pernah memperkenalkan seorang lelaki kepada kakaknya sebagai pacar. Terlalu malas untuk mendapat omelan dari keluarganya seperti saat dulu pertama kali dengan naifnya ia mengenalkan seorang kekasih ke keluarganya.

"Ini siapa, Mas?" Bukannya menjawab, Arka justru melemparkan pertanyaan balasan sambil menunjuk lelaki penipu itu dengan dagunya.

"Saya Yudha, Mas. Pacar Arka." Yudha berinisiatif memperkenalkan diri. Kesempatan tidak akan datang dua kali kan. Saat ini ada kakak dari kekasihnya di depan batang hidungnya, jadi lebih baik ia memperkenalkan diri untuk membuka jalan.

Arka memejamkan matanya, enggan melihat reaksi kakaknya.

"Saya Arga, kakaknya Arka."

Yudha tersenyum sambil mengangguk sopan.

"Saya bawa adik saya pulang dulu ya, ada urusan keluarga yang harus kami bicarakan di rumah." Lalu Arga menoleh pada adiknya. "Pulang yuk, Dek. Mama Papa mau ngomong sama kamu."

Arka mengangguk pasrah. Kakaknya tidak marah karena statusnya dengan Yudha saja cukup untuk membuat Arka tenang. Ia bahkan lupa bertanya lebih lanjut siapa lelaki yang mengaku sebagai suaminya. Tapi ... ia tidak perlu memedulikannya kan? Toh lelaki itu kini hanya terdiam karena kehadiran Arga. Ia jelas tidak bisa melanjutkan penipuannya.

Arga menggandeng tangan Arka untuk keluar dari cafe, Caraka mengikuti di belakangnya, meninggalkan Yudha yang masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Mas, kok dia ikut mobil kita?" Arka baru saja akan masuk ke dalam mobil kakaknya, tapi urung ia lakukan saat melihat si penipu ikut membuka handle pintu penumpang belakang.

"Udah, Dek. Masuk mobil. Udah ditunggu Papa Mama."

Tanpa membantah lagi, Arka masuk ke dalam mobil, mengenakan seat belt sambil berkali-kali melirik ke arah kakaknya, berharap mendapat penjelasan yang memadai untuk menenangkan hatinya.

Tidak mungkin si penipu itu ternyata tidak menipu kan?

Tidak mungkin lelaki itu benar-benar suaminya kan?

Apa ia pernah amnesia?

"Mas Arga," panggil Arka pelan.

"Jangan banyak nanya, nanti biar dijelasin Papa sama Mama. Mas nggak punya kapasitas di sini buat ngejelasin ke kamu. Tugas Mas cuma bawa kamu pulang."

"Kenapa? Kamu takut kalo saya beneran suami kamu?"

Suara itu lagi. Arka mendengkus kesal saat suara lelaki itu terdengar dari kursi penumpang belakang.

"Caraka!" tegur Arga kesal.

Setelah itu, tidak ada lagi yang berbicara, ketiganya memilih diam daripada terjadi perdebatan.

Sekitar empat puluh menit kemudian, barulah mobil yang dikendarai Arga sampai ke rumah keluarga mereka. Arka masuk terlebih dulu sambil hampir berlari dan bergegas mencari kedua orang tuanya.

"Sudah ketemu, Dek?" Itulah kalimat pertama yang diucapkan Hadi Wijaya ketika anak gadisnya menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya. Istrinya tengah duduk di salah satu sisi sofa, menunggu kedatangan orang yang mereka tunggu.

"Maksud Papa? Ketemu siapa?"

"Duduk dulu, Dek."

Tatapan Arka beralih pada mamanya yang memintanya duduk.

"Caraka mana?"

Arka mengernyitkan dahi. "Siapa Caraka?"

Pucuk dicita ulam pun tiba. Caraka masuk ke dalam ruang kerja yang tidak sepenuhnya tertutup itu. Matanya menatap kedua orang tua Arka dan mendekat untuk mencium punggung tangan mereka berdua.

Arka membelalakkan mata ketika melihat papa mamanya hanya diam saat lelaki penipu itu mencium punggung tangan mereka.

"Gimana kabarmu, Ka?" Hadi Wijaya terlihat ramah saat menyapa lelaki yang kini duduk di seberangnya, sementara istrinya tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

"Hah? Kabarku? Papa nanya kabarku?" tanya Arka bingung.

Hadi tergelak mendengar pertanyaan Arka, anak gadisnya yang polos itu. "Caraka. Papa nanya kabar Caraka. Kan kamu dipanggil 'Dek' di rumah. Gimana sih? Lupa sama panggilan sendiri?"

Ok, jadi lelaki penipu itu bernama Caraka.

"Baik, Pa. Papa sama Mama sehat?"

Wait! Kenapa lelaki penipu itu memanggil orang tuanya dengan panggilan Papa Mama?

Kalau saja Arka sedang olahraga di atas treadmill, pastilah alat ukur detak jantung di alat itu akan berwarna merah dan berbunyi dengan berisiknya.

"Seperti yang kamu lihat, kami sehat-sehat aja. Gimana nggak sehat kalo seminggu sekali disuguhin tarian sama nyanyian dari guru TK buat uji coba sebelum diajarkan ke muridnya."

"Pa, bisa nggak pembicaraan ini on track? Nggak melenceng ke mana-mana." Arka kini dalam mode seriusnya, bahkan candaan papanya tak lagi terasa lucu baginya.

Avi, mamanya memilih diam, sejak Arka menuruti perintahnya untuk duduk. Ia juga sama sekali tidak merasa perlu untuk menjawab pertanyaan dari Caraka dan Arka, apalagi menimpali candaan suaminya.

"Iya, iya. Kok ngambekan sih kamu, Dek. Kamu udah kenalan belum sama Caraka?"

Arka melirik pada Carakan kemudian kembali menatap papanya. "Caraka siapa sih? Bukan masalah namanya, Pa. Tapi dia ini siapa?" Dalam hati dan otak Arka, ia masih mencoba meyakinkan diri bahwa lelaki yang duduk di seberangnya adalah penipu.

Caraka menghela napas, berdiri, kemudian mengulurkan tangannya pada wanita yang sudah bertahun-tahun tidak dilihatnya. "Caraka Altair Abimana, suami kamu."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • When I Me(e)t You   110 I'm So Lucky to Have You, and Him, or Her

    "Abang sama Mas kenapa sih?" tanya Arka saat kedua lelaki itu hanya memandanginya tanpa mengucapkan sepatah kata pun setelah dokter keluar dari kamar rawat itu.Jantung Caraka masih berdebar kencang, begitu pun dengan Arga yang masih mencoba mencerna apa yang dikatakan dokter meskipun dokter tadi berbicara dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti untuk orang awam.Tiba-tiba Caraka bersimpuh di lantai dengan wajah ditutupi kedua tangannya yang terlipat di atas kasur, tepat di sebelah istrinya.“Abang kenapa?” tanya Arka panik.Arga juga menghampiri Caraka dan memegang kedua lengan bagian atasnya, khawatir luka di kepala Caraka membuatnya pusing lagi. “Caraka, pindah ke ranjang, kupanggilin dokter abis ini.”Caraka mendongak, kini sebuah senyuman sudah menghiasi bibirnya, walau matanya masih tampak berkaca-kaca.“Abang nangis?” tanya Arka semakin bingung.“Nggak.” Caraka menggeleng cepat kemudian duduk di pinggir ranjang, menghadap pada Arka yang masih terlihat tenang setelah mendenga

  • When I Me(e)t You   109 Nyawa Baru (2)

    “Polisi mau minta keterangan, nggak apa-apa?” Sekali lagi Caraka memastikan karena Arka terlihat biasa saja pagi itu, namun hal itu justru membuat Caraka khawatir. “Kalo kamu belum bisa, biar Abang bilang mereka untuk nunda sehari atau dua hari.”“Nggak apa-apa. Tapi Abang di sini kan?”“Iya, nanti Abang bilang kalo kamu maunya ditemenin Abang.” Caraka keluar kamar sebentar untuk berbicara kepada dua orang polisi yang menunggu di selasar depan ruang rawat Arka.Tak berselang lama, Caraka masuk kembali bersama kedua polisi itu. Arka sudah merapikan diri dan duduk dengan bersandar pada bed electric yang sudah diposisikan lebih tinggi.Pertanyaan demi pertanyaan membuat Arka terpaksa memutar ulang memori atas kejadian buruk yang terjadi padanya.Caraka yang memperhatikan setiap gesture dan ekspresi yang diberikan Arka saat menjawab pertanyaan, mulai bisa menilai di mana saat Arka merasa tidak nyaman atau saat di mana Arka bisa meng-handle kondisinya.Setelah mengetahui hal itu, Caraka se

  • When I Me(e)t You   108 Nyawa Baru

    Sudah hampir jam sembilan malam, saat akhirnya orang tua Arka, ibu Caraka, Oshi, serta Arga tiba di rumah sakit. Mereka hampir seperti berlari kecil menuju ruang rawat Arka, walaupun Arga sudah berkali-kali menenangkan mereka dan mengatakan kalau Arka dan Caraka baik-baik saja.Beruntung, polisi datang tepat waktu dan berhasil mengamankan Randy beserta dua orang lainnya.Sementara Arga yang saat itu tengah dalam perjalanan menuju ujung Jakarta Utara langsung putar balik begitu mendapat kabar dari Danang yang membawa adik dan adik iparnya ke rumah sakit.Begitu rombongan mereka masuk, mata semua orang tertuju pada Caraka yang mengenakan kaos berlumur darah di bagian punggungnya, duduk memunggungi mereka, sedang merebahkan kepalanya di kasur sambil memegang tangan Arka yang masih belum sadarkan diri.“Raka,” panggil ibunya yang dengan pelan mengusapi kepala Caraka, sambil memperhatikan kain kasa berbentuk persegi yang kini menempel di kepala anaknya.Caraka yang sudah tertidur pun terba

  • When I Me(e)t You   107 Melindungimu

    “Ok, mungkin kamu belum laper. Gimana kalo kamu mandi dulu?”Arka menggeleng cepat. Ia tahu, perlahan-lahan orang seperti Randy akan meledak marah dan bisa kalap apabila keinginannya tidak dituruti. Namun ia benar-benar tidak bisa mengikuti kemauan Randy, baik untuk makan maupun untuk mandi. Semuanya terasa berbahaya untuknya.“Aku nggak akan nyakitin kamu. Nggak usah takut.”Arka hampir kelepasan mendengkus karena ucapan Randy. Tidak akan menyakiti? Lalu apa yang baru saja dilakukan lelaki itu padanya? Menamparnya hingga kini pipinya berkedut nyeri dan sudut bibirnya robek.“Kenapa kamu lakuin ini, Ran? Kamu kan saudara Bang Caraka?” tanya Arka pelan, berusaha membuat Randy tidak tersinggung.“Tanya ke eyangmu, kenapa dia milih Caraka buat jadi suamimu? Apa levelku di bawah dia?”Ingin rasanya Arka mengangguk cepat atas pertanyaan itu.“Tapi kenapa kamu baru nemuin aku sekarang kalau kamu bener-bener berniat buat gantiin posisi Bang Caraka sebagai suamiku? Padahal kamu punya waktu be

  • When I Me(e)t You   106 Sakit Jiwa!

    Langkah kaki Arga beserta dua orang lain yang memasuki ruang keluarga rumah Ayu membuat Caraka berdiri."Gimana, Mas?" tanya Caraka langsung to the point saat melihat kakak iparnya datang.Arga kemudian duduk, menggusah napas kasar karena terlalu khawatir dengan keadaan adiknya. Sementara dua orang yang dibawa Arga tengah mengumpulkan sidik jari dan barang bukti lain di area ruang tamu, kamar Oshi, dan tentu saja dapur."Aku udah lapor polisi. Polisi udah mulai gerak. Tapi aku tetep nyuruh orangku buat sama-sama gerak. Aku nggak peduli, yang penting Arka ketemu."Tak berselang lama, kedua orang tua Arka juga datang dengan raut wajah yang membuat Caraka merasa bersalah karena tidak bisa menjaga anak perempuan kesayangan mereka.Ditambah lagi mama mertuanya yang berkali-kali terisak hingga hanya bisa bersandar pada suaminya karena kelelahan menangis.Caraka sudah menceritakan kejadian itu via telepon kepada kakak ipar dan mertuanya, hingga kini hanya ada keheningan di dalam ruangan itu.

  • When I Me(e)t You   105 Unplanned

    "Wah, Raka punya istri cantik kok nggak dikenalin ke keluarga." Randy menarik kursi dan bergabung bersama keduanya setelah berkenalan dengan Arka."Bang Raka bilang sih nunggu bulan depan, pas ada acara keluarga di rumah Tante Saswita.""Oooh." Randy mengangguk sambil beberapa kali melirik Arka yang tengah menikmati Chicken Cordon Bleu di hadapannya—menu yang sama seperti yang ia makan saat kencan pertamanya dengan Caraka. "Kalian berdua akrab ya sampe jalan-jalan bareng."Oshi mengabaikan ucapan Randy, ia memilih menyuapkan kwetiau goreng sapi ke mulutnya, sementara Arka hanya tersenyum simpul."Kamu sepupunya Bang Caraka? Aku manggilnya gimana?" tanya Arka."Sepupu kedua. Maksudnya, unggang kami kakak adik.""Unggang?""Unggang itu sebutan kakek dalam bahasa Ogan. Raka belum pernah cerita?"Arka tersenyum. Kapan Caraka sempat cerita kalau kehidupan mereka naik turun dan berkelok layaknya Kelok Sembilan yang terkenal di Payakumbuh."Trus aku harus manggil apa ke kamu?""Panggil Randy

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status