Home / Romansa / When I Me(e)t You / 21 Buang-Buang Waktu

Share

21 Buang-Buang Waktu

Author: Ans18
last update Last Updated: 2025-04-27 21:35:13

"Aku nggak mau pake cincin, Bang," rengek Arka di dekat sebuah toko perhiasan.

"Udah tinggal lima langkah lagi kita masuk toko loh, Ka."

'Ternyata mode jinaknya nggak bertahan lama.' Caraka menatap Arka dengan kesal. "Kenapa nggak bilang dari tadi pas masih di jalan?"

Arka tampak berpikir untuk menjelaskan apa yang ada di pikirannya. Tapi ia terlalu bingung.

Tadi, saat Caraka lagi-lagi menggenggam tangannya, Arka seperti tersihir.

Bodoh memang.

Yudha juga selalu menggenggam tangannya ketika mereka berkencan, tapi genggaman Caraka terasa berbeda. Karena itu, Arka hanya diam saat Caraka mulai melajukan mobilnya.

Namun, setelah tiba di parkiran sebuah mall, otak Arka tiba-tiba bisa bekerja dengan normal lagi.

Cincin kawin tentunya akan terlalu mencolok kan? Bagaimana kalau teman-temannya tahu dan bertanya, apa yang harus dijawab Arka? Sementara pernikahannya dengan Caraka memang belum diresmikan secara hukum dan secara umum.

"Aku baru kepikiran, Bang. Gimana kalo temen-temenku tau, giman
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • When I Me(e)t You   80 Ayah?

    Arka masih mengatur ritme jantung dan otaknya, ia juga masih menata pikirannya karena apa yang baru saja muridnya ucapkan itu, sebelum Putri berkata lagi, “Bukan ya, Bu? Ayah Putri kan nggak pernah pulang. Kalo pulang pasti nemuin Putri kan.”Hati Arka mencelos saat mendengarnya, apalagi saat melihat raut kesedihan di wajah Putri. Rasanya mungkin Arka tidak akan pernah bisa melupakannya. Anak itu tidak menangis, hanya menunduk sambil menatap ponsel Arka yang masih di tangannya dengan tatapan sendu. “Mungkin cuma mirip aja, Putri.”“Iya, Bu. Cuma mirip. Putri pulang ya, Bu.”Arka mengangguk, badannya masih terasa lemas untuk berdiri apalagi mengantar Putri sampai ke luar sekolah seperti niat awalnya.Barulah beberapa saat setelahnya Arka tersadar. Seharusnya ia menemui mama dari Putri, karena wanita itu belum pernah hadir di acara sekolah karena kesibukannya. Arka paham, sebagai single parent pastilah tidak mudah mengatur waktu untuk datang ke sekolah anaknya dan ini salah satu kesempa

  • When I Me(e)t You   79 Gara-Gara Wallpaper Ponsel

    "Hah?" Arka juga ikut terkejut dengan pertanyaan dari Caraka. "Aku ... aku belum ngecek sih, Bang, belum kelihatan telat juga karena belum jadwal datang bulanku."Caraka mengembalikan fokusnya ke depan, berusaha tidak menampilkan raut wajah kecewa di depan Arka.Sayangnya Arka bisa melihat setitik raut kecewa di wajah suaminya. "Abang kecewa ya?""Nggak. Abang kaget aja tadi kamu ngomong gitu." Tangan kiri Caraka terulur untuk mengusap puncak kepala Arka. "Nggak apa-apa kok. Kita pacaran dulu aja."***“Abang.”Keduanya sudah kembali setelah membeli beberapa mainan untuk anak Niken.Setelah selesai makan malam dan membersihkan diri pun, Arka masih merasa harus membicarakan sesuatu yang mengganjal di pikirannya sejak tadi.“Kenapa?” tanya Caraka yang masih membaca buku sambil bersandar di headboard ranjang dan menunggu Arka memakai skin care yang Caraka tidak pernah tahu ada berapa step itu.Arka menatap Caraka yang terlihat seksi dengan kaca mata yang jarang-jarang digunakannya. Biasa

  • When I Me(e)t You   78 Foto Pernikahan untuk Pernikahan Tujuh Tahun Silam

    "Abang!"Caraka tersentak dari lamunannya saat mendengar panggilan dari Arka yang sedikit kencang. "Hmm?""Abang dari tadi lihatin aku nggak kedip, aku kan malu." Harusnya Arka tidak perlu memakai blush on, karena tatapan Caraka padanya berhasil membuat pipinya merona alami. “Abang tu selalu gini reaksinya kalo aku pake kebaya.”"Cantik banget sih. Duh Abang pengen meluk tapi takut kamu berantakan, nanti tukang salonnya ngamuk sama Abang.""MUA, Bang. Make up artist. Kenapa nyebutnya tukang salon sih.""Eh, udah berubah sebutannya?" tanya Caraka dengan tampang seriusnya.Arka mendengkus pelan. Ia tidak boleh terganggu dengan celetukan aneh Caraka agar mood-nya tetap bagus dan foto pernikahan mereka layak pajang, minimal di ruang tamu rumah mereka dan di salah satu ruangan di rumah keluarga Bestari."Kamu nyesel nggak, Ka, baru pake baju begini sekarang? Dan cuma untuk keperluan foto, bukannya buat acara ijab qabul.""Nyeselin yang udah lewat juga buat apa, Bang. Nggak bisa ngembaliin

  • When I Me(e)t You   77 Exciting Apa Berantakan?

    "Eh ada Dek Oshi.”Oshi melengos begitu Arga menyapanya. Sepertinya kakak ipar abangnya itu tidak pernah lelah beramah tamah dengannya, meskipun ia tidak pernah menggubrisnya.“Shi, salim dulu. Kamu kan bukan anak kecil, nggak perlu Abang suruh setiap kali ketemu mbakmu atau Mas Arga kan?” Caraka berbisik pada Oshi yang sedang mendekati ibunya untuk menyerahkan tote bag berisi pakaian ganti.Meskipun sambil bersungut, Oshi tetap berjalan menghampiri Arga dan Arka yang duduk di sisi lain meja makan.“Baru pulang kuliah, Shi?” tanya Arka. Ia sedang bertekat untuk membuat Oshi bisa menerimanya, walau kelihatannya perjuangannya akan lebih sulit daripada menaklukkan Caraka.Oshi mengangguk singkat, setelahnya mendekat lagi ke arah ibunya. Dia sebenarnya malas setengah mati ketika abangnya memintanya untuk menginap di rumah mereka. Bayangan bertemu kakak iparnya saja sudah cukup mengganggunya, dan ternyata sekarang ditambah dengan kehadiran Arga. Lengkap sudah.“Oshi mau istirahat? Ke kamar

  • When I Me(e)t You   76 Kekejaman Keluarga Bestari

    "Arka, udah mau sore, bangun yuk. Lagi dibikinin Ibu cemilan sore tuh."Arka langsung membuka matanya, baru sadar kalau mertuanya tadi ikut pulang ke rumah setelah makan siang di hotel."Abang udah cerita ke Ibu?" Arka yakin mertuanya pasti bingung dengan sikapnya tadi.Caraka mengangguk. Ibunya memang sudah tahu tentang musibah yang pernah terjadi pada Arka. Arka sendiri yang meminta Caraka menceritakannya. "Maaf, Ibu kelihatan khawatir soalnya. Maaf ya, Abang nggak nanya dulu sama kamu waktu mau cerita kejadian tadi siang.""Nggak apa-apa, Bang. Aku juga bingung kalo mesti cerita sendiri ke Ibu.""Kamu mau mandi dulu?""Ntar aja. Mau bantuin Ibu masak.""Bantuin apa gangguin?"Arka mendelik kesal. Umurnya masih muda, ia masih bisa belajar masak kan? Banyak wanita di luar sana yang sebelum menikah tidak bisa memasak, tapi setelah menikah jadi jago memasak karena keadaan yang memaksa.Masalahnya, keadaannya tidak memaksa. Pagi ia dan Caraka biasa makan overnight oats, atau roti. Siang

  • When I Me(e)t You   75 Complicated

    "Jadi Mas Caraka ini bener anak Bu Ayu?" Suara bertanya itu diiakan oleh Rahayu yang duduk di samping Arka.Seperti janji Caraka dan Arka, mereka mengundang makan siang, teman-teman Arka di tempat kerjanya, termasuk Danang yang selalu membuat Arka risih dan membuat Caraka mengetatkan penjagaannya.Undangan lunch buffet di Hotel Kempinski sebenarnya membuat sebagian orang terlonjak kaget sekaligus excited, tapi Arka sempat menghadiahi Caraka dengan pelototannya. Ia memang meminta Caraka untuk mengundang teman-temannya lunch buffet di hotel, tapi juga tidak harus di Hotel Kempinski.Yasmin yang duduk di seberang Arka diam-diam mengacungkan dua jempol setelah melihat wajah kusut dari Danang. Ia setuju suami Arka mengambil langkah ekstrim ini. Sebagai jajaran guru, bukannya jajaran komisaris, tentu saja makan siang di hotel bintang lima bukanlah hal yang biasa bagi mereka.“Nggak suka makanannya, Ka?” tanya Ayu pelan sambil menepuk tangan Arka yang berada di atas pahanya.“Oh, nggak, Bu,

  • When I Me(e)t You   74 Pantas Saja Dia (Dulu) Jatuh Cinta

    -Cinta hanya satu, tak perlu dibagi dua--Aku menginginkan hatimu seutuhnya--Jangan sampai terjebak dalam cinta segitiga-Caraka melirik Arka dengan ragu. Walau ia tidak melakukan apa pun yang berkaitan dengan cinta segitiga, tapi rasanya Arka sedang menyindirnya. “Ka, ini udah beberapa hari, sejak balik dari Puncak, kamu muter lagu ini pagi, siang, sore, malem. Nggak bosen?"“Bagus kok lagunya. Sekalian reminder buat Abang,” jawab Arka yang hanya menatap Caraka tanpa ekspresi apa pun. Ketika ia mendengarkan lagu ‘Cinta Segitiga’ yang disenandungkan Misellia Ikwan feat Eclat, entah kenapa ia langsung merasa lirik lagunya pas dengan keadaannya saat ini.“Abang kenalin ya sama Niken, biar kamu nggak usah cemburu.”“Dikenalin belum tentu nggak bikin cemburu loh, Bang.”“Iya, ngerti. Tapi paling nggak kamu bisa lihat sendiri Niken punya perasaan sama Abang atau nggak. Nanti siang ya, kalo dia nggak ada urusan, Abang jemput kamu sekaligus ketemu sama dia.”"Terserah Abang deh."Bertepatan

  • When I Me(e)t You   73 I Messed This Up

    "Hmm ... bukan mantan. Cuma, jujur dulu Abang pernah suka sama dia. Duluuu banget."Kan, benar dugaan Arka, apa yang diceritakan Caraka bukanlah hal yang menyenangkan untuk didengar."Cantik?" tanya Arka.Nah kan, pertanyaan menjebak. Kenapa Arka melemparkan pertanyaan aneh semacam itu? Kalau Caraka menjawab ‘cantik’, setelahnya pasti Arka akan uring-uringan, tapi kalau Caraka menjawab ‘tidak’, pasti Arka akan menuduhnya berbohong.“Ya … mau cantik atau nggak kan Abang udah punya kamu.”“Normatif! Bilang aja cantik!”Caraka menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ternyata begitu kalau Arka sedang cemburu. Dari mana Arka punya ketegasan seperti itu?“Abang udah nggak punya perasaan sama dia, Sayang. Sama aja kayak waktu kamu terakhir ketemu mantanmu, udah nggak ada perasaan apa-apa kan?”“Ya beda dong, Bang. Aku nggak ketemu Yudha setiap hari. Abang bakal ketemu dia setiap hari.”“Kamu cemburu?”Arka berdecak kesal, lalu bergeser, memunggungi suaminya.Caraka menggigit

  • When I Me(e)t You   72 Kancilen

    “Abang, kok ke sini?” Arka langsung berdiri, menghampiri Caraka yang berada sekitar sepuluh meter di belakangnya.Caraka mengangguk singkat dan melemparkan senyumnya selagi semua tatapan mata tertuju padanya.“Maaf ya, Abang nggak tahan,” bisiknya pada Arka—yang bukannya marah, tapi malah melemparkan senyumnya. Di luar prediksi Caraka tentu saja, tadinya ia kira Arka akan marah besar karena dirinya mengganggu acara outing itu.“Arka, kenalin dong,” ucap Heru, kepala keuangan yayasan.Di luar sekolah, Arka, Yasmin, dan beberapa pegawai magang, memang tidak dipanggil dengan embel-embel ‘Bu’ atau ‘Pak’ karena umur mereka yang jauh lebih muda daripada pegawai lainnya.Arka menarik tangan Caraka untuk mendekat, walau ia tidak tahu apa tujuan Caraka sampai menyusulnya, tapi toh harus diakuinya kalau ia senang dengan kedatangan Caraka. “Bapak, Ibu, semuanya, kenalin, ini suami saya, Caraka.”Beberapa orang bersorak menggoda, sementara sebagian lagi membuka mulut tanpa mampu mengeluarkan sepa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status