Share

Bab 4

Rosalind menyesal melihat Evan memberinya lambaian yang ramah saat berjalan keluar ruangan ketika dia hendak akan masuk. Suasana bertambah berat ketika pintu tertutup di belakangnya dan tinggal dia sendiri bersama Adelio. Rosalind berhenti di tepi meja. 

"Mendekatlah. Tidak apa-apa." Kata Adelio.

Rosalind mendekatinya dengan hati-hati. Hal ini membuatnya merasa tidak nyaman untuk melihat ke arah Adelio. Wajah tampannya tenang, seperti biasa. Dia terlihat terganggu dengan memakai sepasang celana pendek dan kaus putih sederhana. Bajunya semakin ketat karena keringat di tubuhnya membuat tubuh kekarnya yang berotot semakin terlihat.

Prioritasnya adalah bekerja untuk Adelio. Tapi, tubuhnya sangat indah. Rosalind mencoba mengabaikan bau harum yang keluar dari tubuh bersih, sabun rempah bercampur dengan keringat. 

"Bagaimana  kabarmu?" Tanya Adelio dengan sopan, suaranya yang tenang cocok dengan sinar matanya. Adelio selalu membuatnya bingung. Seperti ketika kamis malam lalu, contohnya, ketika Rosalind berbalik dan menemukan Adelio mengamatinya ketika dia melukis. Sikap Adelio selalu profesional, tapi dia jadi sering kehabisan nafas dengan dugaan ketika dia melihat tatapan Adelio turun pada dadanya. 

Rosalind tidak bisa berbuat apa-apa kerna ingatan bagaimana mereka berpisah pada malam pertama Adelio mengajaknya ke tempat tinggalnya. Bagaimana Adelio menyentuhnya ketika membantu merapikan jaketnya. Pandangan Adelio pada lukisannya. Apakah dia senang atau marah pada Rosalind tentang lukisan yang adalah dirinya, atau Adelio akan memperingatkannya tentang itu.

Rosalind menghukum dirinya sendiri ketika dia memaksa untuk bertemu  dengan tatapannya yang tajam. Adelio Carlos tidak berpikir dua kali tentang kelebihannya sebagai seniman.

"Sibuk tapi baik, terima kasih." Jawab Rosalind. Kanvasnya sudah siap. Aku sudah membuat sketsanya. Aku pikir aku bisa mulai melukis minggu depan."

"Kau sudah memiliki semua yang kau butuhkan?" Tanya Adelio ketika dia melangkah melewati Rosalind dan membuka lemari es. Adelio bergerak dengan gerakan maskulin yang anggun. 

"Ya. Hendrik sangan teliti untuk memberikan semua keperluan yang aku butuhkan." 

"jangan ragu untuk bilang jika kau memerlukan sesuatu." Adelio membuka tutupan botol dengan memutar dengan cepat. Otot lengannya terlihat lebih besar di bawah lengan bajunya, terlihat lebih kuat seperti batu.

"Apakah jadwalmu teratur? Sekolah, bekerja sebagai pelayan, melikus, kehidupan sosialmu?"

Nadinya mulai berdenyut di tenggorokannya. Rosalind menurunkan kepalanya sehingga dia tidak memperhatikan dan berpura-pura memperhatikan salah satu sarung tangan di tempat penyimpanan. 

"Aku tidak terlalu punya kehidupan sosial." 

"Tidak ada pacar?" tanya Adelio pelan.

Rosalind menggelengkan kepala sambil menggoreskan jarinya pada ujung ring.

"Tapi tentu saja kau punya teman untuk menghabiskan waktu luangmu, kan?" 

"Ya." jawab Rosalind dengan sekilas melihat pada Adelio. "Aku sangat dekat dengan tiga orang teman sekamarku."

"lalu apa yang kalian lakukan berempat untuk emnghabiskan waktu luang?"

Rosalind mengangkat bahu dan menyentuh sebuah tongkat berwarna biru. "Waktu luang sangat jarang akhir-akhir ini, tapi kadang aku biasanya bermain video game, pergi ke bar, jalan-jalan, bermain poker."

"Apakah itu yang biasa di lakukan oleh sekelompok gadis?"

"Semua teman sekamarku adalah pria." 

Rosalind menatap sekilas untuk melihat bayangan ekspresi tidak suka yang melintasi wajah Adelio. Detak jantungnya berdetak sangat cepat. Rambut Adelio yang mulai panjang berkilau basah oleh keringat. Rosalind tiba-tiba membayangkan tangannya menyapu sepanjang garis rambut Adelio, merasakan keringatnya. 

Dia mengerjab dan memandang ke arah lain.

"Kau tinggal dengan tiga orang pria?" 

Rosalind mengangguk. 

"Apa yang akan di pikirkan orang tuamu tentang hal ini?" 

Rosalind memberinya tatapan tajam. "Mereka tidak suka. Lebih baik tidak memberitahu mereka. Teman sekamarku adalah orang-orang yang mengagumkan."

Adelio membuka mulutnya tapi berhenti. "Ini sangat aneh." Kata Adelio setelah beberapa detik. 

"Aneh, mungkin. tapi bukankah itu terlihat tidak biasa untukmu?" Tanya Rosalind sambil kembali memperhatikan tongkat panjang yang mungkin di pakai untuknya berlatih. Rosalind membungkuskan tangannya di sekeliling genggaman pedang dan menyelipkan jarinya untuk merasakan rasa kasar dari ukiran di kepalan tangannya. Rosalind menjalankan tangannya dan turun sepanjang tongkat itu. 

"hentikan itu."

Rosalind terkejut pada nada suara Adelio. Dia menjatuhkan tangannya seolah tongkat itu membakar tangannya. Dia menatap Adelio dengan heran. Mata Adelio melebar dan mengangkat dahunya dan dengan cepat meminum air. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status