Rosalind menyesal melihat Evan memberinya lambaian yang ramah saat berjalan keluar ruangan ketika dia hendak akan masuk. Suasana bertambah berat ketika pintu tertutup di belakangnya dan tinggal dia sendiri bersama Adelio. Rosalind berhenti di tepi meja.
"Mendekatlah. Tidak apa-apa." Kata Adelio.
Rosalind mendekatinya dengan hati-hati. Hal ini membuatnya merasa tidak nyaman untuk melihat ke arah Adelio. Wajah tampannya tenang, seperti biasa. Dia terlihat terganggu dengan memakai sepasang celana pendek dan kaus putih sederhana. Bajunya semakin ketat karena keringat di tubuhnya membuat tubuh kekarnya yang berotot semakin terlihat.
Prioritasnya adalah bekerja untuk Adelio. Tapi, tubuhnya sangat indah. Rosalind mencoba mengabaikan bau harum yang keluar dari tubuh bersih, sabun rempah bercampur dengan keringat.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Adelio dengan sopan, suaranya yang tenang cocok dengan sinar matanya. Adelio selalu membuatnya bingung. Seperti ketika kamis malam lalu, contohnya, ketika Rosalind berbalik dan menemukan Adelio mengamatinya ketika dia melukis. Sikap Adelio selalu profesional, tapi dia jadi sering kehabisan nafas dengan dugaan ketika dia melihat tatapan Adelio turun pada dadanya.
Rosalind tidak bisa berbuat apa-apa kerna ingatan bagaimana mereka berpisah pada malam pertama Adelio mengajaknya ke tempat tinggalnya. Bagaimana Adelio menyentuhnya ketika membantu merapikan jaketnya. Pandangan Adelio pada lukisannya. Apakah dia senang atau marah pada Rosalind tentang lukisan yang adalah dirinya, atau Adelio akan memperingatkannya tentang itu.
Rosalind menghukum dirinya sendiri ketika dia memaksa untuk bertemu dengan tatapannya yang tajam. Adelio Carlos tidak berpikir dua kali tentang kelebihannya sebagai seniman.
"Sibuk tapi baik, terima kasih." Jawab Rosalind. Kanvasnya sudah siap. Aku sudah membuat sketsanya. Aku pikir aku bisa mulai melukis minggu depan."
"Kau sudah memiliki semua yang kau butuhkan?" Tanya Adelio ketika dia melangkah melewati Rosalind dan membuka lemari es. Adelio bergerak dengan gerakan maskulin yang anggun.
"Ya. Hendrik sangan teliti untuk memberikan semua keperluan yang aku butuhkan."
"jangan ragu untuk bilang jika kau memerlukan sesuatu." Adelio membuka tutupan botol dengan memutar dengan cepat. Otot lengannya terlihat lebih besar di bawah lengan bajunya, terlihat lebih kuat seperti batu.
"Apakah jadwalmu teratur? Sekolah, bekerja sebagai pelayan, melikus, kehidupan sosialmu?"
Nadinya mulai berdenyut di tenggorokannya. Rosalind menurunkan kepalanya sehingga dia tidak memperhatikan dan berpura-pura memperhatikan salah satu sarung tangan di tempat penyimpanan.
"Aku tidak terlalu punya kehidupan sosial."
"Tidak ada pacar?" tanya Adelio pelan.
Rosalind menggelengkan kepala sambil menggoreskan jarinya pada ujung ring.
"Tapi tentu saja kau punya teman untuk menghabiskan waktu luangmu, kan?"
"Ya." jawab Rosalind dengan sekilas melihat pada Adelio. "Aku sangat dekat dengan tiga orang teman sekamarku."
"lalu apa yang kalian lakukan berempat untuk emnghabiskan waktu luang?"
Rosalind mengangkat bahu dan menyentuh sebuah tongkat berwarna biru. "Waktu luang sangat jarang akhir-akhir ini, tapi kadang aku biasanya bermain video game, pergi ke bar, jalan-jalan, bermain poker."
"Apakah itu yang biasa di lakukan oleh sekelompok gadis?"
"Semua teman sekamarku adalah pria."
Rosalind menatap sekilas untuk melihat bayangan ekspresi tidak suka yang melintasi wajah Adelio. Detak jantungnya berdetak sangat cepat. Rambut Adelio yang mulai panjang berkilau basah oleh keringat. Rosalind tiba-tiba membayangkan tangannya menyapu sepanjang garis rambut Adelio, merasakan keringatnya.
Dia mengerjab dan memandang ke arah lain.
"Kau tinggal dengan tiga orang pria?"
Rosalind mengangguk.
"Apa yang akan di pikirkan orang tuamu tentang hal ini?"
Rosalind memberinya tatapan tajam. "Mereka tidak suka. Lebih baik tidak memberitahu mereka. Teman sekamarku adalah orang-orang yang mengagumkan."
Adelio membuka mulutnya tapi berhenti. "Ini sangat aneh." Kata Adelio setelah beberapa detik.
"Aneh, mungkin. tapi bukankah itu terlihat tidak biasa untukmu?" Tanya Rosalind sambil kembali memperhatikan tongkat panjang yang mungkin di pakai untuknya berlatih. Rosalind membungkuskan tangannya di sekeliling genggaman pedang dan menyelipkan jarinya untuk merasakan rasa kasar dari ukiran di kepalan tangannya. Rosalind menjalankan tangannya dan turun sepanjang tongkat itu.
"hentikan itu."
Rosalind terkejut pada nada suara Adelio. Dia menjatuhkan tangannya seolah tongkat itu membakar tangannya. Dia menatap Adelio dengan heran. Mata Adelio melebar dan mengangkat dahunya dan dengan cepat meminum air.
Insting Rosalind mengatakan kalau bergaul dengan orang seperti Adelio Carlos bukanlah ide yang bagus. Dia tahu dia sudah keluar jalur setiap kali Adelio menatapnya dengan sinar yang misterius dari matanya. Bukankah Adelio pernah memperingatkannya dengan cara halus kalau dia berbahaya?Sekarang semuanya terbukti ketika Adelio menekannya ke dinding seolah ingin menyantapnya seperti Rosalind adalah makanan terakhirnya."Oh, kalian berdua ada di sana. Maafkan aku." Kata seseorang.Adelio mengangkat kepalanya menghentikan ciuman liarnya dan tatapan Rosalind terkunci dengan tatapannya. Adelio menggeser tubuhnya membuat Rosalind terhalang dari siapa pun yang datang."Ada apa?" Tanya Adelio tajam. Rosalind memandang sekeliling, bingung dengan apa yang sedang terjadi dan bagaimana bisa dia berakhir di ujung dinding dan berciuman dengan ganas bersama seorang Adelio Carlos.Sebuah langkah kaki berhenti. "maafkan aku. Ponselmu berdering tanpa henti di ruang ga
Rosalind duduk di meja dapur dengan murung memandang Billi sedang memanggang roti."Apa yang membuat suasana hatimu buruk? Bukankah suasana hatimu bersinar sejak kemarin? Apa kau masih bisa menyelesaikannya?" Tanya Billi, menunjuk pada kenyataan bahwa dia langsung pulang setelah kuliahnya kemarin dari pada pergi ke rumah Adelio untuk melukis."Tidak, aku baik-baik saja." Jawab Rosalind dengan senyum meyakinkan.Awalnya, Rosalind merasa putus asa dan marah atas apa yang Adelio katakan dan lakukan, di tempat latihan dua hari yang lalu, tapi setelah itu dia bertambah cemas. Bukankah yang terjadi sudah mempertaruhkan harga dirinya? Bukankah perkataannya menunjukkan kalau dia tidak berharga bagi Adelio dan membuangnya? Bagaimana kalau Adelio mengakhiri perjanjian mereka dan Rosalind tidak bisa membayar uang kuliahnya? Rosalind bukan karyawannya, tidak lagi setelah semua yang terjadi. Dia tidak punya kontrak. Bukankah reputasi Adelio terkenal karena kekejamannya?
Sayang sekali, Adelio tidak ada ketika Rosalind datang ke apartemennya di sore hari. Bukan berarti dia mengharapkan sesuatu dari Adelio. Dia biasanya tidak begitu. Ragu-ragu tentang apa yang harus dia lakukan mengenai ciuman itu, pekerjaannya, belum lagi tentang masa depannya, dia masuk ke ruangan yang dia gunakan sebagai studio.lebih dari lima menit, dia melukis dengan gugup. Adelio Carlos tidak nyata untuknya. Meskipun dia juga tidak nyata untuk Adelio Carlos. Tapi lukisan itu nyata. Hal itu masuk ke dalam otaknya dan mengalir ke dalam darahnya. Dia harus menyelesaikannya sekarang.Dia tenggelam dalam pekerjaannya selama berjam-jam, akhirnya kreativitasnya mengalir tanpa sadar sampai matahari tenggelam di balik gedung-gedung bertingkat.Pengurus rumah mengaduk sesuatu di mangkuk ketika Rosalind masuk ke dapur untuk mengambil air. Dapur Adelio mengingatkannya pada salah satu ruangan milik bangsawan inggris yang besar, dengan peralatan memasak yang mungkin pern
Billi mengemudikan mobil Oki dengan pelan pada sabtu malam di lalu lintas yang sangat sibuk. Oki agak sedikit mabuk setelah mendengarkan Band bermain selama dua jam. Meskipun begitu mereka menjadi gila."Ayolah Ros." Rafa mendorong dari kursi belakang. "Kita semua akan mendapatkan satu.""Kau juga Billi?" Tanya Rosalind dari tempat duduk di kursi penumpang.Billi mengangkat bahu. "Aku selalu ingin punya tato di lengan kananku dengan model kuno, seperti jangkar atau yang lainnya." Katanya, berkedip dan tersenyum pada Rosalind ."Dia mempertimbangkan untuk menjadi bajak laut." Canda Oki."baiklah aku tidak akan ikut membuatnya sampai aku punya waktu untuk menggambar designnya sendiri." Kata Rosalind dengan tegas."Kau adalah perusak kesenangan." Kata Oki dengan keras. "Dimana letak kesenangannya kalau tato di rencanakan terlebih dahulu? Kau harusnya bangun dengan kaget keesokan harinya karena kau tidak ingat kapan kau membuat tato.""Ap
Pintu lift tertutup dengan pelan, dan Rosalind mengikuti Adelio masuk ke dalam apartemennya, perasaan yang sama, sebagian adalah rasa takut yang bercampur dengan ragu dan kegembiraan."Ikut aku ke kamarku." Kata Adelio.Kamarku. Kata itu menggema di kepala Rosalind. Dia mengikuti Adelio di belakangnya, merasa seperti anak sekolah yang tertangkap basah. Antisipasi yang tidak bisa di sangkal, dia merasakan sesuatu yang tidak bisa dia mengerti. Bagaimana pun juga, dia tahu jika dia menyeberangi pintu menuju kamar Adelio, hidupnya akan berubah selamanya. Seolah Adelio mengerti hal ini, dia berhenti di depan pintu kayu."Kau belum melakukan ini sebelumnya kan?" Tanya Adelio."Tidak." Rosalind mengakui. "Apakah itu tidak masalah bagimu?""Ini bukan yang pertama. Aku sangat menginginkanmu, tapi aku juga sadar tentang kepolosanmu." Katanya dan menatap Rosalind. "Apa kau yakin ingin melakukannya Rosalind?""Katakan padaku tentang satu hal.""A
Adelio menatap Rosalind. Lubang hidungnya mengembang dan wajahnya kaku sebelum dia tiba-tiba berdiri."Kita mulai sekarang. Membungkuk ke depan dan letakkan tanganmu di lutut." Perintah Adelio."Ya Tuhan, kau sangat cantik. Membuatku frustasi karena kau tidak menyadari semua itu, Rosalind."Rosalind menutup matanya ketika Adelio membelai punggungnya. Dia tidak membuka matanya ampai Adelio berhenti membelainya. Kemudian sebuah pukulan mendarat di pantatnya. Matanya melebar dan dia berteriak. Sengatan rasa sakit itu memudar dengan cepat."Kau baik-baik saja?" Tanya Adelio"Ya." Jawab Rosalind jujur.Rosalind bernafas keras ketika pukulan lain menderanya lagi. Adelio mengangkat tangannya dan menampar pantat kanan kemudian sebelah kiri, berganti lagi ke kanan dalam irama yang cepat. Rosalind mengigit bibirnya untuk tidak berteriak. Adelio sangat berpengalaman dalam hal ini, pukulannya tepat, tegas, cepat tapi tidak terges-gesa. Adeli
Dua hari kemudian, Adelio menatap keluar dari jendela mobilnya saat Hendrik berbelook turun di sepanjang jalan rumah perkotaan dengan batu bata. Seorang temannya memberitahunya kalau Billi Atlas menerima rumaah warisan dari almarhum orang tuanya.Galeri seni Atlas berjalan sangat baik. Sepertinya teman sekamar Rosalind memiliki selera yang baik dan punya intuisi bisnis yang bagus, dia juga sopan, tenang dan teliti. Itu juga yang menarrik pecinta karya seni.Adelio juga tidak bisa menyangkal saat baru mengetahui kalau Billi yang ternyata adalah seorang gay. Dialah yang menjamin pada malam berikutnnya agar teman sekamar Rosalind yang lain tidak akan bisa menyentuhnya.Adelio menjadi orang pertama yang menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya dia sentuh, dia mengutuk dirinya sendiri. Bayangan Rosalind yang hancur saat dia meninggalkan kamarnya di malam itu menyadarkannya ribuan kali. Adelio menggerutu pelan, saat Rosalind pergi dari rumahnya. Adelio ingin meng
Hal yang di harapkan itu tiba juga ; Rosalind bekerja seperti seorang pencuri malam ini. Lukisan itu membuatnya kembali, meskipun keadaan tidak bisa dia kendalikan sepenuhnya.Rosalind mencampur cat warnanya dengan cepat, menggunakan cahaya dari sebuah lampu kecil yang dia letakkan di meja untuk membantunya melihat. Dengan putus asa dia berusaha dengan teliti melukis warna dari langit malam sebelum cahayanya berubah.Gedung yang bercahaya berlawanan dengan latar belakang langit di malam hari. Rosalind tiba-tiba berhenti dan memandang pintu studio yang tertutup, menunggu dengan tenang. Detak jantungnya mulai berdegup kencang dalam keheningan yang menakutkan. Sebuah bayangan terlihat, menipu matanya. Pengurus rumah meyakinkannya kalau dia akan sendirian di rumah malam ini. Adelio ada meeting dan dia pergi menemui temannya.Tapi, Rosalind tidak merasa sendirian sejak beberapa detik dia keluar dari lift dan menuju ruangannya bekerja.Apakah tempat ini berhant