Share

Bab 8

Billi mengemudikan mobil Oki dengan pelan pada sabtu malam di lalu lintas yang sangat sibuk. Oki agak sedikit mabuk setelah mendengarkan Band bermain selama dua jam. Meskipun begitu mereka menjadi gila.

"Ayolah Ros." Rafa mendorong dari kursi belakang. "Kita semua akan mendapatkan satu."

"Kau juga Billi?" Tanya Rosalind dari tempat duduk di kursi penumpang.

Billi mengangkat bahu. "Aku selalu ingin punya tato di lengan kananku dengan model kuno, seperti jangkar atau yang lainnya." Katanya, berkedip dan tersenyum pada Rosalind .

"Dia mempertimbangkan untuk menjadi bajak laut." Canda Oki.

"baiklah aku tidak akan ikut membuatnya sampai aku punya waktu untuk menggambar designnya sendiri." Kata Rosalind dengan tegas.

"Kau adalah perusak kesenangan." Kata Oki dengan keras. "Dimana letak kesenangannya kalau tato di rencanakan terlebih dahulu? Kau harusnya bangun dengan kaget keesokan harinya karena kau tidak ingat kapan kau membuat tato."

"Apakah kau membicarakan tentang tato atau tentang wanita yang kau bawa pulang?" Tanya Rafa.

Rosalind tertawa. dia nyaris tidak mendengar dering ponsel di dalam tasnya, berkat teman-temannya yang ramai dan bertengkar. Dia melihat ponselnya dan tidak mengenali nomornya.

"Halo?" Jawab Rosalind, memaksa dirinya untuk berhenti tertawa.

"Rosalind?"

Kegembiraan hilang.

"Adelio?" tanyanya heran.

"Ya."

Oki berbicara keras dari kursi belakang dan Rafa terbahak-bahak. 

"Apakah aku mengganggu?" Tanya Adelio.

"Tidak, aku hanya keluar berkumpul bersama teman-temanku. Kenapa kau menelpon?" Tanya Rosalind.

Rafa mengganggu dan Oki ikut bergabung dengannya. "Kalian. hentikan." Desis Rosalind.

'Aku sedang memikirkan sesuatu."Adelio memulai.

"Tidak! Belok kiri." Oki berteriak keras. "tempatnya ada di belokan di ujung jalan sana."

Rosalind menghembuskan napas ketika Bili memutar arah.

"Apa ang kau katakan?" Tanya Rosalind di telepon, lebih membingungkan fakta tentang kenapa Adelio mneleponnya dari pada otaknya yang terdorong untuk menghantam kepala Billi karena mengubah arah dengan kasar. 

"Rosalind, apa kau mabuk?"

"Tidak." Jawabnya dingin.

"Kau tidak menyetir kan?"

"tidak. Billi yang menyetir dan dia tidak mabuk."

"Sapa itu Ros?" Tanya Oki. "Ayahmu?"

Tawanya meledak. Dia tidak bisa menghentikannya. pertanyaan Oki tepat sasaran setelah pertanyaan Adelio.

"Jangan bilang padanya kalau kau akan membuat tato pada pantatmu yang cantik!" Teriak Rafa.

Rosalind terkejut. Tawanya berubah menjadi rasa malu. Fakta kalau Adelio mendengar lelucon teman-temannya, dia membuktikan kalau dia belum dewasa.

"Kau tidak akan melakukannya." Kata Adelio.

Senyumnya memudar. Kata-kata itu terdengar seperti keputusan dari pada pernyataan.

"Aku akan punya tato tidak peduli apa pun yang terjadi." Kata Rosalind dengan mara. "Dan aku tidak sadar kalau kau punya hak untuk mengatur  hidupku. Aku setuju untuk melukis untukmu, tidak untuk menjadi budakmu."

Oki, Rafa dan Billi terdiam.

"Kau mabuk. besok kau akan menyesal karena telah melakukan sesuatu yang bodoh." Kata Adelio dengn marah.

"Bagaimnana kau tahu?"

"Aku tahu."

Rosalind terdiam. Selma beberapa detik dia merasa Adelio benar. Rasa jengkel memenuhinya. Dia suah mencoba untuk melupakan segala sesuatu tentang Adelio, sepanjang sore mencoba untuk menghapus ingatan tentang Adelio yang ingin bercinta dengannya dan sekarang dia harus pergi dan merusak segalanya dengan meneleponnya dan bertindak begitu menyebalkan.

"Apa kau meneleponku untuk bertanya sesuatu? Karena jika tidak, aku akan membuat tato bajak laut di pantatku." Kata Rosalind.

"Rosalind jangan."

Rosalind mematikan teleponnya.

"Rosa apakah kau baru saja..."

"Ya, dia melakukannya." Sela Rafa. "Dia baru saja mematikan telepon Adelio Carlos."

"Apa kau yakin kau akan melakukannya Rosa?" Tanya Billi setelah memilih kuas tato.

"Aku kira begitu." Jawabnya.

"Tentu saja dia mau melakukannya. Ini, minumlah agar tidak terasa begitu sakit." Kata Oki.

"Ros." Billi terlihat khawatir tapi dia mengambil botol itu. Rosalind mengernyit ketika meminum whiskey itu.

"Aku tidak suka klienku minum alkohol sebelum mereka mulai." Kata seorang pria berjenggot pembuat tato ketika memasuki ruangan di mana Rosalind dan teman-temannya berada.

"Oh, oke." Kata Rosalind berjalan keluar dari ruangan.

"Janga jadi pengecut." Kata Oki tegas. "Dia tidak mungkin menyuruhmu pulang hanya karena satu tegukan, benarkan?"

Pembuat tato itu melotot pada Oki dan Oki balas melotot padanya.

"Turunkan celanamu dan berbaringlah di meja." Kata pembuat tato.

Rosalind mulai membuka kancing celana jeansnya. Pembuat tato, Oki, Billi, Rafa melihat dia berbaring.

"Sini biar kubantu." Rafa bernafsu untuk membantu ketika Rosalind mulai melepas jenasnya dan celana itu turun di sepanjang pantat kanannya. Billi menyambar lengan Rafa, menghentikannya dengan pandangan melarang.

"Di sini?" tanya pembuat tato dengan kasar.

"Ya, kau bisa membuat gambar pada salah satu pantatnya semacam lukisan bunga."

Rosalind mendengar suara Oki yang lembut. Dia mengamati sekelilingnya. Oki menatap pantatnya dengan tatapan ketertarikan pria normal.

"Mungkin kita perlu melihat pantat yang lainnya hanya untuk mendapatkan gambar yang lbih jelas." Kata Rafa.

"kalian berdua diam." Teriak Rosalind. Hal itu membuatnya tidak nyaman karena Rafa dan Oki melihatnya dengan seperti itu. mungkin ini semua ided yang bodoh. Pikirannya berhamburan ketika pembuat tato mendekat, alat dengan jarum menonjol keluar. Rosalind memperhatikan jari kukunya yang kotor. Dia takut jarum. Whiskey seolah mendidih di perutnya.

"Tunggu, kalian, aku tidak mengerti" Kata Rosalind, matanya tertutup ketika dia mencoba untuk melawan serangan sakit kepala.

"Ayolah Rosa. Hey.. apa yang..."

Rosalind mengangkat kepalanya ke arah suara Rafa yang berteriak terkejut. langkah kasar membuat rambutnya menutupi wajahnya. Rosalind merasa pembuat tato itu tersentak ketika seseorang memegang lengannya.

"Biarkan dia pergi atau aku bersumpah aku akan membunuhmu atau kau tidak akan bisa lagi bekerja di kota ini." pembuat tato itu mengurangi pegangannya pada jeans Rosalind. "Rosalind bangun."

Rosalind mengikuti instruksi Adelio tanpa berpikir dua kali. Dia merangkak turun dari meja dan menaikkan celana jeansnya, menganga pada Adelio yang sedang marah. Wajahnya berubah menjadi keras.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Adelio tidak menjawab hanya menatap pembuat tato itu dengan pandangan menusuk. Setelah Rosalind mengancingkan celananya, Adelio mengambil lengannya dan menyeretnya kelur. Rosalind tersandung di belakangnya ketika Adelio mulai berjalan keluar. Adelio berhenti di depan teman-temannya. 

"kalian bertiga temannya?" Tanya Adelio.

Billi mengangguk, pucat.

"Kalian seharusnya malu pada diri sendiri."

Oki terlihat ingin menantang Adelio. Dia melangkah ke depan untuk membantah, tapi Billi menghentikannya.

"Tidak Oki, dia benar." Kata Billi.

Wajah Oki memerah, dia siap untuk berdebat. Tapi Rosalind menghentikannya. "tidak apa-apa." Katanya meyakinkan Oki sebelum mengikuti Adelio keluar dari ruangan dengan tangannya yang masih di pegang oleh Adelio.

Rosalind kesulitan mengikuti langkah kakinya. Rosalind tidak pikir kalau dia mabuk, jadi kenapa dunia di sekitarnya menjadi berkilau seolah tidak nyata sejak dia mendengar suara Adelio yang memerintahkan pembuat tato untuk melepaskannya?

"Apa kau akan menjelaskan padaku apa yang kau lakukan saat ini?" Tanya Rosalind terengah-engah saat dia berlari kecil di sampingnya.

"Kau bodoh, Rosalind." Kata Adelio dengan penuh kemarahan.

"Apa maksudmu?"

Adelio tiba-tiba berhenti di trotoar, menariknya dalam pelukannya dan menciumnya kasar. Begitu manis. Mengapa dia tidak bisa mengatakan perbedaannya ketika Adelio menciumnya?

 Rosalind mengerang di mulut Adelio, tubuhnya menjadi kaku sebelum bersentuhan dengan tubuh tinggi Adelio. Rasa dan aromanya menghantamnya. 

Ya Tuhan, betapa dia menginginkan pria ini. Rasa panas terbakar tidak pernah menghantamnya secara penuh sampai pada malam ini.Rosalind tidak pernah mempertimbangkan pria seperti Adelio akan membuatnya tertarik secara seksual, dia tidak ingin mengakui gairahnya yang bangkit karena Adelio.

Cahaya dari lampu jalan membuat mata Adelio bersinar di wajahnya yang gelap ketika dia menatap Rosalind. Rosalind merasa kemarahannya dan gairahnya memenuhi tubuhnya dengan saat yang bersamaan.

"Berani-beraninya kau membiarkan bajingan tanpa surat ijin itu menaruh jarum di kulitmu. Dan kebodohan apa lagi sampai kau menunjukkan pantatmu pada para pria yang meneteskan air liur di dalam ruangan." Teriak Adelio.

Rosalind terkejut. "Pria yang meneteskan air liur? Mereka adalah teman-temanku." Katanya menyerap kata-kata Adelio. "Dia tidak punya ijin? Tunggu. Dari mana kau tahu dimana aku berada?"

"Temanmu meneriakkan nama salon tempat membuat tato itu dengan keras dan jelas ketika kita sedang bicara." Katanya, sambil berjalan menjauh dari Rosalind.

"Oh." Rosalind berkata pelan, berusaha mengingat apa yang sudah terjadi. Rosalind melihat Adelio pergi ke pinggir jalan dan membuka pintu mobil sedan hitam yang terlihat sangat mahal.

"Kemana kita pergi?" Tanya Rosalind degan penuh kewaspadaan.

"Jika kau memilih untuk masuk ke dalam mobil, kita akan pergi ke rumahku." Jawabnya.

"kenapa?"

"Kau membiarkan dirimu lengah, Rosalind."

'Jangan pernah membiarkan dirimu tanpa pertahanan, Rosalind. Jangan pernah." Batin Rosalind.

"Mau masuk ke dalam mobil atau tidak?" Kata Adelio, suaranya sedikit lebih lembu dari sebelumnya. "Aku hanya ingin kau tahu apa yang akan terjadi jika kau melakukannya."

"Kau akan menghukumku?" Tanya Rosalind gemetar.

"Benar. Aku akan memukul pantatmu. dan itu akan menyakitkan. Tapi aku hanya memberi apa yang bisa kau terima. Dan aku tidak akan membahayakanmu. Rosalind, kau berharga. Kau bisa pegang kata-kataku."

Rosalind memandang cahaya dari lampu studio tato dan kembali memandang ke wajah Adelio.

Dia tidak bisa di tolak.

Adelio tidak berkata apa-apa dan hanya menutup pintu mobil setelah Rosalind masuk dan duduk di tempat duduk penumpang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status