Sayang sekali, Adelio tidak ada ketika Rosalind datang ke apartemennya di sore hari. Bukan berarti dia mengharapkan sesuatu dari Adelio. Dia biasanya tidak begitu. Ragu-ragu tentang apa yang harus dia lakukan mengenai ciuman itu, pekerjaannya, belum lagi tentang masa depannya, dia masuk ke ruangan yang dia gunakan sebagai studio.
lebih dari lima menit, dia melukis dengan gugup. Adelio Carlos tidak nyata untuknya. Meskipun dia juga tidak nyata untuk Adelio Carlos. Tapi lukisan itu nyata. Hal itu masuk ke dalam otaknya dan mengalir ke dalam darahnya. Dia harus menyelesaikannya sekarang.
Dia tenggelam dalam pekerjaannya selama berjam-jam, akhirnya kreativitasnya mengalir tanpa sadar sampai matahari tenggelam di balik gedung-gedung bertingkat.
Pengurus rumah mengaduk sesuatu di mangkuk ketika Rosalind masuk ke dapur untuk mengambil air. Dapur Adelio mengingatkannya pada salah satu ruangan milik bangsawan inggris yang besar, dengan peralatan memasak yang mungkin pernah di buat oleh seniman yang terampil, tapi bagaimana pun juga tetap terasa nyaman. Dia suka duduk di sana dan mengobrol dengan pengurus rumah.
"Kau begitu tenang, aku sampai tidak sadar kalau kau ada di sini!" Katanya ramah.
"Aku bekerja keras untuk itu." Jawab Rosalind, meraih pegangan besar kulkas. Pengurus rumah bersikeras agar Rosalind bersikap seolah di rumahnya sendiri. Pertama kali dia membuka lemari es, Rosalind terkejut melihat sebuah rak penuh botol minuman soda yang dingin, dan juga sepiring irisan jeruk yang ditutup plastik.
"Adelio mengatakan padaku kalau soda dan rejuk adalah minuman favoritmu." Katanya.
Sekarang setiap kali dia membuka lemari es. Dia merasa sebuah dorongan hangat yang dia alami ketika pertama kali dia sadar kalau Adelio ingat minuman kesukaannya dan menyediakannya untuknya sementara dia bekerja.
Kasihan sekali, dia memaki diri sendiri sambil mengambil sebotol air soda.
"Apakah kau ingin makan malam?" Tanyanya. "Adelio tidak makan hari ini, tapi aku bisa membuatkan sesuatu untukmu."
"Tidak. Aku tidak lapar. Terima kasih." Jawabnya. "Jadi Adelio ada di kota? Apa nanti dia akan pulang?"
"Ya. Dia mengatakannya tadi pagi. Dia biasanya makan pukul delapan tepat. Entah aku yang memasak atau dia makan di kantor. Adelio suka rutinitasnya. Dia selalu seperti itu sejak masih remaja." Jawab pengurus rumah tangga. "Kenapa kau tidak duduk di sini dan menemaniku sebentar. Kau terlihat pucat. Kau bekerja terlalu keras. Aku sedang memanaskan air. Kita bisa minum teh."
"Baiklah." Kata Rosalind dan duduk di salah satu tempat duduk.
Dia tiba-tiba merasa lemah karena kelelahan, bahkan sekarang imajinasi kreatifnya yang menyerbu adrenalinnya sudah pudar. Dan juga, dia tidak bisa tidur nyenyak selama dua hari terakhir.
"Seperti apa Adelio ketika masih kecil?" Tanya Rosalind.
"Serius, pitar, sedikit pemalu. Kadang dia bersikap hangat dan manis." Jawab pengurus rumah.
Rosalind mencoba membayangkan anak laki-laki muram, rambut gelap, pemalu. Hatinya sedikit merasa tertekan dengan gambaran pikirannya.
"Kau terlihat sedikit tidak enak badan." Kata pengurus rumah itu sambil buru-buru menuangkan air panas ke dalam dua cangkir kemudian meletakkan di atas nampan pera yang sudah tersedia sepiring kue. "Bagaimana dengan lukisanmu?"
"Semuanya berjalan dengan baik." Jawabnya ketika pengurus rumah meletakkan sebuah cangkir dan piring kue di depannya. "Semu berjalan lancar sejauh ini. Kau harus datang dan melihatnya nanti."
"Aku akan melakukannya. makanlah kue ini. Selainya akan membuatmu melompat keluar dari suasana hati yang buruk."
Rosalind tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Ibuku akan pingsan jika mendengar apa yang baru saja kau katakan."
"Kenapa?" Tanya pengurus rumah.
"Karena kau menganjurkanku untuk mengatur suasana haiku dengan makanan. Orang tuaku berteman dengan lusinan psikolog anak. Melatih pikiran yang buruk tentang makanan dalam pikiranku sejak aku berusia sembilan tahun." Rosalind melihat ekspresi bingung dari pengurus rumah tangga. "Aku gemuk saat masih kecil."
"Aku tidak percaya! Kau sangat kurus."
Rosalind mengangkat bahu. "Setelah aku pergi ke sekolah, berat badanku mulai berkurang setelah satu atau dua tahun. Lalu aku mulai pergi menjauh dari mereka untuk kuliah, jadi menurutku pergi dari kritikan mereka juga membantu."
Pengurus rumah mengangguk. "Kadang menjadi gemuk bukan beban yang berat."
Rosalind tersenyum. "Kau harusnya menjadi seorang psikolog.
"Apa yang akan Lord Carlos dan Adelio padaku nanti?" Katanya sambil tertawa.
"Lord Carlos?"
"Kakek Adelio, Jeremy Carlos. Aku bekerja untuk dia dan isterinya selama tiga puluh tahun sebelum aku datang ke sini dan bekerja untuk Adelio. Tujuh tahun lalu."
"Kakeknya Adelio." Ulang Rosalind dengan nada penuh pertimbangan.
"Adelio adalah ahli warisnya."
"Bukan Ibu atau ayahnya?"
"Ibu Adelio. Helena Adalah putri tunggal dari keluarga Carlos." Jawabnya dengan nada sedih.
"Apakah dia..." Rosalind menjadi tidak nyaman.
"Ya, dia sudah meninggal. Dia meninggal saat masih sangat muda. Hidupnya tragis."
"dan ayahnya?"
Pengurus rumah tidak menjawab. Dia melihat sekeliling. "Aku tidak yakin. Aku harusnya tidak membicarakan ini."
"Oh, tentu saja. Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud ikut campur, aku hanya..."
"Aku tidak berpikir kau bermaksud kurang ajar." Jawab pengurus rumah dengan nada meyakinkan. "Hanya saja aku khawatir kalau Adelio memiliki kisah sedih tentang keluarganya, meskipun dia memiliki semua ktenaran dan keeruntungan saat dewasa. Ibunya adalah wanita muda yang suka memberontak. Keluarga Carlos tidak bisa mengontrolnya. Dia kabur dari rumah pada usia sembilan belas dan mengilang lebih dari sebelas tahun. Keluarga Carlos mengira dia telah meninggal tapi mereka tidak pernah bisa membuktikannya. Jadi mereka hanya tetap mencari. Itu adalah masa suram di kediaman Carlos." Kesedihan terlihat di wajahnya.
"Aku bisa membayangkan."
Pengurus rumah mengangguk. "Sangat buruk. Dan semuanya tidak menjadi lebih baik ketika mereka menemukan tempat tinggal Helena yaitu sebuah rumah kecil. Dia menjadi gila. Sakit. Mengalami delusi. Tidak ada satu orang pun yang tahu dan mengert apa yang sudah dia alami. Dan Adelio berusia sepuluh tahun saat itu."
Suaranya tercekik karena menahan tangis.
"Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih." Kata Rosalind.
"Tidak apa-apa. Banyak yang mengatakan kalau keluarga Carlos tidak lebih dari seorang majikan tapi bagiku mereka satu-satunya keluargaku." Katanya sambil terisak dan mengusap pipinya.
"Ada apa?"
Rosalind terkejut saat mendengar suara keras pria dan berbalik. Adelio berdiri di pintu masuk dapur.
"Adelio, kau pulang lebih awal." Kata pengurus rumah.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Adelio dengan nada penuh perhatian.
"Aku baik-baik saja. Tolong jangan pedulikan aku. Kau tahu kan kalau wanita tua ini mudah terharu." Jawabnya dengan tawa yang dibuat-buat.
"Aku tidak tahu kalau kau mudah terharu." Kata Adelio dan berbalik menatap Rosalind. "Bisakh aku bicara denganmu di perpustakaan?" tanyanya pada Rosalind.
"tentu." Jawabnya.
Beberapa menit kemudian, dia menjadi cemas saat mendengar suara Adelio menutup pintu perpustakaan yang besar di belakangnya. Dia melangkah pelan ke arah Rosalind, langkah berat yang anggun dari hewan pemangsa. Kenap Rosalind selalu membandingannya dengan hal lain., seperti seorang pria dan hal yang liar?
"Apa yang kau katakan padanya?" Tuntut Adelio.
Kecurigaan Rosalind terbukti, tapi da siap berperang dengan tuduhannya.
"Aku tidak mengatakan apa-apa! Kami hanya bicara."
"Bicara tenang keluargaku." Kata Adelio.
Rosalind menarik napas lega. Sepertinya Adelio hanya mendengar akhir dari pembicaraan dan tidak tahu kalau mereka membicarakan tentan ibunya. dan juga dia. Entah bagaimana Rosalind perlahan mulai mengerti tentan Adelio.
"Ya." Aku Rosalind. Dia melipat tangannya di dada. " Aku bertanya tentang kakek dan nenekmu."
"Dan membuatnya menangis?" tanya Adelio dengan nada sindiran.
"Aku tidak begitu mengerti apa yang membuatnya menangis." Kata Rosalind jujur. "Aku bukanlah orang yang suka ikut campur, Adelio. kami hanya bicara, bicara dengan sopan. Mungkin kau harus mencobanya kapan-kapan."
"Jika kau ingin tahu tentang keluargaku, aku lebih suka kalau kau bertanya padaku."
"Oh, dan kau akan mngatakan semuanya. Tidak di rgukan lagi." Balas Rosalind dengan nada sindirsan.
Otot di wajah Adelio mengeras. Tiba-tiba dia berjalan ke arah meja dan mengambil sebuah patung perungu kecil.
Rosalind heran pada kejengkelan yang bercampur dengan kegugupannya. Dengan punggung yang menghadap Rosalind, dia punya kesempatan untuk mengamatinya. Adelio memaki celana panjang, kemeja putih dan dasi biru. kemeja itu benar-benar sempurna untuk bahunya yang lebar. Di benar-bnar makhluk yang indah.
"Alin bilang dia menghubungi pagi ini." Kata Adelio mengubah topik.
"Ya. Aku ingin bicara denganmu tentang apa yang dia katakan." Jawab Rosalind.
"Kau melukis hari ini." Itu bukan pertanyaan.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Ada cat di jari telunjuk kananmu."
Dia menatap di tangan kanannya. Dia tidak pernah melihat Adelio memperhatikannya. Apakah da punya mata di belakang kepalanya?
"ya aku melukis."
"Aku pikir kau tidak akan kembali, setelah apa yang terjadi hari itu."
"Aku kembali. tapi bukan karena apa yang kau katakn pada Alin untuk meneleponku."
Dia berbalik. "Aku tidak ingin kau khawatir tentang bisa atau tidak bisa menyelesaikan kuliahmu."
"Dan kau tahu kalau aku akan menyelesaikan lukisan itu berapa pun kau akan membayarku." Katanya kesal dan berjalan ke arahnya.
Adelio terlihat malu.
"Aku tidak suka di manipulasi." Kata Rosalind lagi.
"Aku tidak mencoba memanipulasi dirimu. Aku hanya tidak ingin kau kehilangan kesempatan yang pantas kau terima karena aku kehilangan kendali. Kau tidak pantas di salahkan atas apa yang terjadi waktu itu."
"Kita berdua melakukannya." Kata Rosalind. "Aku tidak berpikir itu adalah kesalahan siapa pun."
"Walaupun aku harus pergi ke neraka, aku tetap ingin melakukannya lagi denganmu, Rosalind."
"Kau menyukaiku?" tanya Rosalind. Dia tidak percaya dia berhasil menanyakan pertanyaan yang sudah membusuk di otaknya selama beberapa hari.
"Aku suka padamu? AKu sangat ingin bercinta denganmu. Apakah ini menjaab pertanyaanmu?"
"Kenapa kau begitu khawatir akan kehilangan kendali? Aku bukan gadis berusia dua belas tahun." Kata Rosalind setelah beberapa menit.
"Tentu saja kau bukan gadis dua belas tahun, tapi kau hampir terlihat seperti itu." Kata Adelio dengan nada yang penuh sindiran.
Rasa terhina menampar wajah Rosalind. Bagaimana mungkin dia berubah begitu cepat dari panas menjadi dingin?
Adelio berjalan mengitari meja dan duduk santai di kursi kulit. "Lebih baik kau pergi kalau tidak ada hal lain yang ingin di katakan."
"Aku lebih suka kau membayarku setelah aku menyelesaikan lukisannya. Bukan di awal." Kata Rosalind berusaha tenang di tengah amarahnya.
Adelio mengangguk seakan mempertimbangkan permintaanya.
Sudah lewat tengah malam ketika Adelio membukakan pintu kamarnya untuk Rosalind dan dia berjalan ke dalam kamar yang elegan dengan lampu yang remang-remang."Aku pikir mungkin aku tidak akan pernah berada di dalam kamar tidur ini lagi." Kata Rosalind, melirik ke sekitarnya. Mereka pernah bersama-sama sepanjang malam, Adelio tidak pernah meninggalkan sisinya, Rosalind sangat sadar ketika Adelio memperkenalkannya kepada pelukis dan beberapa kolektor seni atau menunjukkan padanya empat lukisannya yang sudah di perbaiki, atau mereka berbicara dengan teman-teman dan keluarga. Sementara itu, Rosalind bertanya-tanya apa yang sedang ada di pikiran Adelio, apa yang akan di katakan Adelio saat mereka hanya berdua, secara pribadi?Rosalind telah di tawari kerja sama oleh tiga galeri terkenal untuk koleksi di masa yang akan datang dan di minta untuk melakukan pameran di sebuah museum di Italia. Dia melihat ke arah Adelio saat itu, karena Adelio adalah pemilik semua lukisannya saat ini, tapi Adeli
Sepuluh hari kemudian, Billi berdiri di depan lemari baju Rosalind mengenakan jas dan mengaduk-aduk gantungan di sepanjang rak sementara Rosalind memandangnya dengan lesi dari tempatnya duduk di tepi tempat tidurnya."Bagaimana dengan ini?" Tanya Billi, memegang sebuah gaun dan mengeluarkannya dari lemari.Rosalind berkedip ketika melihat Billi memegang gaun yang dia kenakan untuk acara perayaan beberapa waktu yang lalu, di malam dia bertemu Adelio untuk pertama kalinya. Rasanya mustahil kalau hidupnya telah berubah drastis sedemikian rupa dalam waktu yang singkat. Rasanya tidak mungkin kalau dia jatuh cinta dengan cepat, dan kemudian tersesat di dalamnya. Tapi kemudian ketika dia mempertimbangkan segalanya, itu membuat perasaannya semakin sedih.Billi memperhatikan Rosalind yang kurang antusias pada gaun itu. "Apa? Gaun ini manis.""Aku tidak ingin pergi." Kata Rosalind, suaranya terdengar serak karena jarang bicara."tentu saja kau akan pergi." Kata Billi, memberinya tatapan tajam.
Adelio tidak bicara pada Rosalind di mobil menuju bandara, dia hanya menatap lurus ke depan saat dia menyetir, jari-jarinya memutih saat dia menggenggam setir dengan erat. Ketika Rosalind mencoba untuk memecah kesunyian dengan meminta maaf, Adelio segera memotongnya."Bagaimana kau tahu di mana aku berada?" Tanya Adelio tanpa memandang Rosalind."Aku pernah dua kali melihatmu dengan dokter Julia, salah satunya di Paris dan satunya lagi di rumahmu. Dan pengurus rumah mengatakan kalau dia adalah seorang dokter." Jawab Rosalind.Adelio berbalik menatapnya dengan tajam. "Itu bukan jawaban, Rosalind.""Aku... aku tahu kalau kau melihat situs tentang rumah sakit itu beberapa kali saat aku meminjam tabletmu untuk belajar peraturan mengemudi." Rasa bersalah membuat Rosalind semakin tidak berdaya ketika dia menyadari kalau Adelio menatapnya dengan marah."Kau memeriksa aktivitasku?" Tanya Adelio dengan nada tidak percaya."Ya." Jawab Rosalind, dia mengakuinya. "Aku minta maaf. Aku hanya khawat
"Bagi orang yang mengenal dan mencintai Helena sebelum dia sakit mereka pasti mengingat kalau dia adalah orang yang sangat baik, itu lebih baik dari pada mereka melihat bagaimana kutukan ini menghancurkannya, menghilangkan jati dirinya, jiwanya. Mungkin apa yang kami lakukan salah. Atau juga tidak. Adelio sebenarnya tidak setuju dengan keputusan kami ini.""Dia masih berumur sebelas tahun ketika ibunya kembali ke sini, benar kan?" Tanya Rosalind."Hampir." Jawab nenek Adelio. "Tapi kami tidak mengatakan pada Adelio kalau ibunya masih hidup dan di rawat di sini sampai dia berusia dua puluh lima tahun. Cukup tua untuk memahami kenapa ami membuat keputusan ini untuk melindungi dia. Adelio saat itu hampir sama seperti kebanyakan orang, berpikir kalau ibunya sudah meninggal."Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Rosalind sibuk memproses informasi ini di kepalanya."Adelio pasti sangat marah ketika dia mengetahuinya." Kata Rosalind, diia tidak bisa menahannya."Tentu saja." Jawab nenek Adelio k
Billi menawarkan diri untuk menemani Rosalind ke London, tapi tentu saja Rosalind langsung menolaknya. Ketika dia mengatakan pada Billi tentang rencananya, tujuannya yang tidak jelas dan mengatakan kalau dia tahu dari pengurus rumah kalau Adelio mungkin punya masalah keluarga di London dan dia memutuskan untuk ke sana dan memberinya dukungan.Sebenarnya, Rosalind tidak ingin Billi tahu kalau dia sedang membuat rencana bodoh tanpa tahu apa yang akan dia lakukan saat turun dari pesawat nanti. Satu hal yang dia tahu adalah apa pun yang sedang di lakukan Adelio di London, membuat Adelio menderita, dan dia memilih untuk melindungi orang lain dalam hidupnya dari penderitaan itu.Adelio akan sangat marah padanya dan ini akan menjadi suatu keajaiban jika Rosalind bisa menemukannya. Meskipun dia tidak bisa tahan memikirkan tentang Adelio yang sedang menderita sendirian. Dan dia menjadi sangat yakin tentang kunjungan darurat Adelio ke London itu berhubungan dengan iblis yang ada dalam dirinya
"Ini adalah hari terbaikku." Kata Rosalind saat mereka memasuki kamar Adelio. "Pertama lukisanku, terima kasih sekali lagi untuk itu. Kemudian mengendarai sepeda motor, motor yang sangat mengagumkan. Kemudian makan sambil mendengarkan band konser di taman.""Kita bahkan tidak bisa mendengar apa pun saat konser. Justru terdengar seperti seseorang sedang berteriak histeris yang sangat mengganggu pendengaranku." Gumam Adelio. Rosalind berbalik agar Adelio bisa membantu membuka jaketnya. mengabaikan komentar keringnya, Rosalind menyadari Adelio sedang tersenyum dan dia tahu kalau dia tidak terpengaruh oleh apa yang baru saja Adelio katakan."Itu karena kau tidak tahu lagunya." Balas Rosalind, menolak merasa apa pun selain rasa gembira."Kegaduhan itu kau sebut lagu?" Tanya Adelio sambil meletakkan jaket Rosalind di kursi.Rosalind berbalik menghadapnya. "Kau terlihat sangat menikmatinya tadi."Adelio menggelengkan kepalanya. Rosalind tertawa. Rosalind menunjuk pada kenyataan kalau mereka