Share

Bab 7

Sayang sekali, Adelio tidak ada ketika Rosalind datang ke apartemennya di sore hari. Bukan berarti dia mengharapkan sesuatu dari Adelio. Dia biasanya tidak begitu. Ragu-ragu tentang apa yang harus dia lakukan mengenai ciuman itu, pekerjaannya, belum lagi tentang masa depannya, dia masuk ke ruangan yang dia gunakan sebagai studio.

lebih dari lima menit, dia melukis dengan gugup. Adelio Carlos tidak nyata untuknya. Meskipun dia juga tidak nyata untuk Adelio Carlos. Tapi lukisan itu nyata. Hal itu masuk ke dalam otaknya dan mengalir ke dalam darahnya. Dia harus menyelesaikannya sekarang.

Dia tenggelam dalam pekerjaannya selama berjam-jam, akhirnya kreativitasnya mengalir tanpa sadar sampai matahari tenggelam di balik gedung-gedung bertingkat.

Pengurus rumah mengaduk sesuatu di mangkuk ketika Rosalind masuk ke dapur untuk mengambil air. Dapur Adelio mengingatkannya pada salah satu ruangan milik bangsawan inggris yang besar, dengan peralatan memasak yang mungkin pernah di buat oleh seniman yang terampil, tapi bagaimana pun juga tetap terasa nyaman. Dia suka duduk di sana dan mengobrol dengan pengurus rumah.

"Kau begitu tenang, aku sampai tidak sadar kalau kau ada di sini!" Katanya ramah.

"Aku bekerja keras untuk itu." Jawab Rosalind, meraih pegangan besar kulkas. Pengurus rumah bersikeras agar Rosalind bersikap seolah di rumahnya sendiri. Pertama kali dia membuka lemari es, Rosalind terkejut melihat sebuah rak penuh botol minuman soda yang dingin, dan juga sepiring irisan jeruk yang ditutup plastik. 

"Adelio mengatakan padaku kalau soda dan rejuk adalah minuman favoritmu." Katanya.

Sekarang setiap kali dia membuka lemari es. Dia merasa sebuah dorongan hangat yang dia alami ketika pertama kali dia sadar kalau Adelio ingat minuman kesukaannya dan menyediakannya untuknya sementara dia bekerja.

Kasihan sekali, dia memaki diri sendiri sambil mengambil sebotol air soda.

"Apakah kau ingin makan malam?" Tanyanya. "Adelio tidak makan hari ini, tapi aku bisa membuatkan sesuatu untukmu."

"Tidak. Aku tidak lapar. Terima kasih." Jawabnya. "Jadi Adelio ada di kota? Apa nanti dia akan pulang?"

"Ya. Dia mengatakannya tadi pagi. Dia biasanya makan pukul delapan tepat. Entah aku yang memasak atau dia makan di kantor. Adelio suka rutinitasnya. Dia selalu seperti itu sejak masih remaja." Jawab pengurus rumah tangga. "Kenapa kau tidak duduk di sini dan menemaniku sebentar. Kau terlihat pucat. Kau bekerja terlalu keras. Aku sedang memanaskan air. Kita bisa minum teh."

"Baiklah." Kata Rosalind dan duduk di salah satu tempat duduk.

Dia tiba-tiba merasa lemah karena kelelahan, bahkan sekarang imajinasi kreatifnya yang menyerbu adrenalinnya sudah pudar. Dan juga, dia tidak bisa tidur nyenyak selama dua hari terakhir.

"Seperti apa Adelio ketika masih kecil?" Tanya Rosalind.

"Serius, pitar, sedikit pemalu. Kadang dia bersikap hangat dan manis." Jawab pengurus rumah.

Rosalind mencoba membayangkan anak laki-laki muram, rambut gelap, pemalu. Hatinya sedikit merasa tertekan dengan gambaran pikirannya.

"Kau terlihat sedikit tidak enak badan." Kata pengurus rumah itu sambil buru-buru menuangkan air panas ke dalam dua cangkir kemudian meletakkan di atas nampan pera yang sudah tersedia sepiring kue. "Bagaimana dengan lukisanmu?"

"Semuanya berjalan dengan baik." Jawabnya ketika pengurus rumah meletakkan sebuah cangkir dan piring kue di depannya. "Semu berjalan lancar sejauh ini. Kau harus datang dan melihatnya nanti."

"Aku akan melakukannya. makanlah kue ini. Selainya akan membuatmu melompat keluar dari suasana hati yang buruk."

Rosalind tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Ibuku akan pingsan jika mendengar apa yang baru saja kau katakan."

"Kenapa?" Tanya pengurus rumah.

"Karena kau menganjurkanku untuk mengatur suasana haiku dengan makanan. Orang tuaku berteman dengan lusinan psikolog anak. Melatih pikiran yang buruk tentang makanan dalam pikiranku sejak aku berusia sembilan tahun." Rosalind melihat ekspresi bingung dari pengurus rumah tangga. "Aku gemuk saat masih kecil."

"Aku tidak percaya! Kau sangat kurus."

Rosalind mengangkat bahu. "Setelah aku pergi ke sekolah, berat badanku mulai berkurang setelah satu atau dua tahun. Lalu aku mulai pergi menjauh dari mereka untuk kuliah, jadi menurutku pergi dari kritikan mereka juga membantu."

Pengurus rumah mengangguk. "Kadang menjadi gemuk bukan beban yang berat."

Rosalind tersenyum. "Kau harusnya menjadi seorang psikolog.

"Apa yang akan Lord Carlos dan Adelio padaku nanti?" Katanya sambil tertawa.

"Lord Carlos?"

"Kakek Adelio, Jeremy Carlos. Aku bekerja untuk dia dan isterinya selama tiga puluh tahun sebelum aku datang ke sini dan bekerja untuk Adelio. Tujuh tahun lalu."

"Kakeknya Adelio." Ulang Rosalind dengan nada penuh pertimbangan.

"Adelio adalah ahli warisnya."

"Bukan Ibu atau ayahnya?"

"Ibu Adelio. Helena Adalah putri tunggal dari keluarga Carlos." Jawabnya dengan nada sedih.

"Apakah dia..." Rosalind menjadi tidak nyaman.

"Ya, dia sudah meninggal. Dia meninggal saat masih sangat muda. Hidupnya tragis."

"dan ayahnya?" 

Pengurus rumah tidak menjawab. Dia melihat sekeliling. "Aku tidak yakin. Aku harusnya tidak membicarakan ini."

"Oh, tentu saja. Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud ikut campur, aku hanya..."

"Aku tidak berpikir kau bermaksud kurang ajar." Jawab pengurus rumah dengan nada meyakinkan. "Hanya saja aku khawatir kalau Adelio memiliki kisah sedih tentang keluarganya, meskipun dia memiliki semua ktenaran dan keeruntungan saat dewasa. Ibunya adalah wanita muda yang suka memberontak. Keluarga Carlos tidak bisa mengontrolnya. Dia kabur dari rumah pada usia sembilan belas dan mengilang lebih dari sebelas tahun. Keluarga Carlos mengira dia telah meninggal tapi mereka tidak pernah bisa membuktikannya. Jadi mereka hanya tetap mencari. Itu adalah masa suram di kediaman Carlos." Kesedihan terlihat di wajahnya.

"Aku bisa membayangkan."

Pengurus rumah mengangguk. "Sangat buruk. Dan semuanya tidak menjadi lebih baik ketika mereka menemukan tempat tinggal Helena yaitu sebuah rumah kecil. Dia menjadi gila. Sakit. Mengalami delusi. Tidak ada satu orang pun yang tahu dan mengert apa yang sudah dia alami. Dan Adelio berusia sepuluh tahun saat itu."

Suaranya tercekik karena menahan tangis.

"Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih." Kata Rosalind.

"Tidak apa-apa. Banyak yang mengatakan kalau keluarga Carlos tidak lebih dari seorang majikan tapi bagiku mereka satu-satunya keluargaku." Katanya sambil terisak dan mengusap pipinya.

"Ada apa?"

Rosalind terkejut saat mendengar suara keras pria dan berbalik. Adelio berdiri di pintu masuk dapur.

"Adelio, kau pulang lebih awal." Kata pengurus rumah.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Adelio dengan nada penuh perhatian.

"Aku baik-baik saja. Tolong jangan pedulikan aku. Kau tahu kan kalau wanita tua ini mudah terharu." Jawabnya dengan tawa yang dibuat-buat.

"Aku tidak tahu kalau kau mudah terharu." Kata Adelio dan berbalik menatap Rosalind. "Bisakh aku bicara denganmu di perpustakaan?" tanyanya pada Rosalind.

"tentu." Jawabnya.

Beberapa menit kemudian, dia menjadi cemas saat mendengar suara Adelio menutup pintu perpustakaan yang besar di belakangnya. Dia melangkah pelan ke arah Rosalind, langkah berat yang anggun dari hewan pemangsa. Kenap Rosalind selalu membandingannya dengan hal lain., seperti seorang pria dan hal yang liar?

"Apa yang kau katakan padanya?" Tuntut Adelio.

Kecurigaan Rosalind terbukti, tapi da siap berperang dengan tuduhannya.

"Aku tidak mengatakan apa-apa! Kami hanya bicara."

"Bicara tenang keluargaku." Kata Adelio.

Rosalind menarik napas lega. Sepertinya Adelio hanya mendengar akhir dari pembicaraan dan tidak tahu kalau mereka membicarakan tentan ibunya. dan juga dia. Entah bagaimana Rosalind perlahan mulai mengerti tentan Adelio.

"Ya." Aku Rosalind. Dia melipat tangannya di dada. " Aku bertanya tentang kakek dan nenekmu."

"Dan membuatnya menangis?" tanya Adelio dengan nada sindiran.

"Aku tidak begitu mengerti apa yang membuatnya menangis." Kata Rosalind jujur. "Aku bukanlah orang yang suka ikut campur, Adelio. kami hanya bicara, bicara dengan sopan. Mungkin kau harus mencobanya kapan-kapan."

"Jika kau ingin tahu tentang keluargaku, aku lebih suka kalau kau bertanya padaku."

"Oh, dan kau akan mngatakan semuanya. Tidak di rgukan lagi." Balas Rosalind dengan nada sindirsan.

Otot di wajah Adelio mengeras. Tiba-tiba dia berjalan ke arah meja dan mengambil sebuah patung perungu kecil. 

Rosalind heran pada kejengkelan yang bercampur dengan kegugupannya. Dengan punggung yang menghadap Rosalind, dia punya kesempatan untuk mengamatinya. Adelio memaki celana panjang, kemeja putih dan dasi biru. kemeja itu benar-benar sempurna untuk bahunya yang lebar. Di benar-bnar makhluk yang indah.

"Alin bilang dia menghubungi pagi ini." Kata Adelio mengubah topik.

"Ya. Aku ingin bicara denganmu tentang apa yang dia katakan." Jawab Rosalind.

"Kau melukis hari ini." Itu bukan pertanyaan.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Ada cat di jari telunjuk kananmu."

Dia menatap di tangan kanannya. Dia tidak pernah melihat Adelio memperhatikannya. Apakah da punya mata di belakang kepalanya?

"ya aku melukis."

"Aku pikir kau tidak akan kembali, setelah apa yang terjadi hari itu."

"Aku kembali. tapi bukan karena apa yang kau katakn pada Alin untuk meneleponku."

Dia berbalik. "Aku tidak ingin kau khawatir tentang bisa atau tidak bisa menyelesaikan kuliahmu."

"Dan kau tahu kalau aku akan menyelesaikan lukisan itu berapa pun kau akan membayarku." Katanya kesal dan berjalan ke arahnya.

Adelio terlihat malu.

"Aku tidak suka di manipulasi." Kata Rosalind lagi.

"Aku tidak mencoba memanipulasi dirimu. Aku hanya tidak ingin kau kehilangan kesempatan yang pantas kau terima karena aku kehilangan kendali. Kau tidak pantas di salahkan atas apa yang terjadi waktu itu."

"Kita berdua melakukannya." Kata Rosalind. "Aku tidak berpikir itu adalah kesalahan siapa pun."

"Walaupun aku harus pergi ke neraka, aku tetap ingin melakukannya lagi denganmu, Rosalind."

"Kau menyukaiku?" tanya Rosalind. Dia tidak percaya dia berhasil menanyakan pertanyaan yang sudah membusuk di otaknya selama beberapa hari.

"Aku suka padamu? AKu sangat ingin bercinta denganmu. Apakah ini menjaab pertanyaanmu?"

"Kenapa kau begitu khawatir akan kehilangan kendali? Aku bukan gadis berusia dua belas tahun." Kata Rosalind setelah beberapa menit.

"Tentu saja kau bukan gadis dua belas tahun, tapi kau hampir terlihat seperti itu." Kata Adelio dengan nada yang penuh sindiran.

Rasa terhina  menampar wajah Rosalind. Bagaimana mungkin dia berubah begitu cepat dari panas menjadi dingin?

Adelio berjalan mengitari meja dan duduk santai di kursi kulit. "Lebih baik kau pergi kalau tidak ada hal lain yang ingin di katakan."

"Aku lebih suka kau membayarku setelah aku menyelesaikan lukisannya. Bukan di awal." Kata Rosalind berusaha tenang di tengah amarahnya.

Adelio mengangguk seakan mempertimbangkan permintaanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status