'Ya Tuhan dia tampan sekali.
'Tubuhnya seperti Idol Korea yang sedang trending topik.
'Pangeran dari mana dia, tampan sekali.
'Astaga! aku baru saja bertemu dengan masa depan. Semoga dia menjadi masa depan aku.
'Pasti dia masih single, aku sangat yakin.
Semua orang sedang membicarakan laki-laki dewasa yang sangat tampan. Baru saja tiba di rumah sakit Belarus, di sambut baik oleh semua karyawan yang bekerja di rumah sakit Belarus. Laki-laki itu adalah Elardo Gabriell, laki-laki yang baru saja pindah dari Bali.
Elardo memakai kaos berlengan panjang dan di padukan dengan celana jeans berwarna hitam. Jangan lupakan sepatu hak berwarna hitam. Di lengkapi jas dokternya yang berwarna putih. Aura wajahnya beh jangan katakan apapun lagi kecuali sempurna. Sangat sangat sempurna untuk kaum Hawa seperti mereka. Et...jangan lupakan yang ini, bukan kaum Hawa semuanya yang memuji seorang Elardo. Masih ada karyawan dari administrasi pembayaran. Mereka belum bertemu dan menyambut dokter Elardo. Dokter baru di rumah sakit Belarus.
Tak Tak Tak
Suara high heels terdengar di telinga mereka semua. Mereka semua sudah menduga siapa yang datang, kecuali Elardo yang masih belum tahu siapa yang datang.
Seorang perempuan cantik bertubuh langsing, rambut panjangnya menghiasi penampilannya yang memukau. Perempuan itu membuka kacamata hitamnya, kedua matanya menatap sengit ke arah depan.
Ini rumah sakit bukan pasar, kenapa mereka malah membuat keramaian di sini. Membuang waktu saja! Elardo menatap Mega tanpa berkedip sama sekali.
Ya perempuan di hadapan Elardo sekarang ini adalah Mega. Mega Aurum, perempuan yang terkenal angkuh dan tidak suka dengan keramaian.
Menarik. Satu kata yang keluar dari pikiran Elardo saat ini. Menarik di tatap dan menarik untuk di miliki.
"Kalian sudah tahu ini rumah sakit bukan? kenapa kalian membuat keramaian di rumah sakit. Ini rumah sakit, bukan pasar." Jelas Mega
Setelah mengatakan itu, Mega langsung berjalan angkuh menuju lift. Sebelum Mega masuk ke dalam lift, suara seseorang menghentikan Mega untuk masuk ke dalam lift. Suara dari snag dokter tampan, siapa lagi kalau bukan Elardo Gabriell.
"Bersikap sopan nona, anda tidak sopan dengan saya dan yang lain. Seenggaknya mengucapkan permisi atau apa. Tidak seperti yang anda lakukan, anda ingin di hargai bukan. Hargai lah kita semua dan orang lain di luar sana." Tegas Elardo tidak menyukai sifat angkuh yang melekat pada diri Mega.
Mega terkekeh sebentar, membalikkan tubuhnya ke arah belakang. "Saya tidak peduli! mau kalian atau orang lain menghargai saya atau tidak. Saya tidak akan peduli, saya tetap dengan pendirian saya. Angkuh dengan mereka dan orang di luar angkasa sana, seperti mereka yang selalu menghibahkan saya. Saya tidak mempermasalahkan saya sopan atau tidak, itu urusan saya." Sahut Mega lantang dan tegas.
Elardo mendekati Mega, keduanya saling menatap satu sama lain. "Tidak sopan nona yang cantik, seharusnya anda sudah tahu apa arti dari kesopanan yang jelas." Timpal Elardo
"Membuang waktu saya saja, saya akan bekerja bukan berdebat unfaedah dengan anda dokter junior, alias dokter baru yang masih bau kencur." Ujar Mega tersenyum kecut...tidak ada rasa takut sama sekali mengatakan kalimat menohok ke Elardo.
"Sangat angkuh sekali anda nona. Suatu saat nanti saya akan merubah diri anda menjadi lebih baik dari ini." Katanya, Mega terkekeh sebentar.
"Tidak akan terjadi," Mega segera masuk ke dalam lift. Sangat membuang waktunya, hanya karena berdepat dengan laki-laki tidak tahu dori seperti dokter junior itu.
...
Lantai 2, Mega sudah sampai di ruang kerjanya. Mega menceritakan semua kejadian yang baru saja di alaminya di lobby rumah sakit. Mereka mendengar cerita Mega dengan baik. Sesekali mereka menyarankan Mega agar tidak terlalu angkuh. Mega tetap lah Mega, Mega tidak akan pernah merubah dirinya yang angkuh. Mega akan tetap menjadi Mega yang angkuh.
"Lo gak tahu dokter Elardo anaknya Pak Abass. Yang punya rumah sakit Belarus Mega, lo gak tahu atau jangan-jangan baru tahu." Ucap Elsa membuat Mega terkejut, fakta yang baru saja Mega tahu tentang dokter baru itu.
"Gue gak tahu ya Tuhan, terus gue harus apa kalau ketemu dia lagi." Sahut Mega kalang kabur tidak tahu harus bagaimana. Seharusnya Mega cari tahu dulu, sebelum mengatakan hal menohok dengannya. Bodoh kamu Mega! ya Mega memang sangat bodoh. Tidak bisa mengendalikan kalimat pedasnya yang keluar dari mulut seksinya.
"Biasa aja ga, lagian dia gak gigit lo kan. Nanti juga reda sendiri, dia gak akan pernah melaporkan lo sama bokapnya." Jelas Gavin membuat Mega agak sedikit lega. Agak bukan keseluruhan Mega lega, Mega hembuskan nafas kamu dan keluarkan perlahan dari mulut.
"Jika dia melapor sama bokapnya. Fix di banci, tidak bisa menyelesaikan dengan baik. Lagian cuman hal sepele, kenapa harus di besarkan segala." Sahut Roby membenarkan semua hal yang teman-temannya pikirkan.
"Elardo Gabriell itu kalem guys, gue tahu karena Elardo sahabat baik Bird. Gue cukup mengenal dia dengan baik, tapi jangan meremehkan Elardo. Elardo bisa bertindak, jika ada yang meremehkan dirinya." Timpal Denada membuat mereka tambah pusing, apa lagi Mega. Mega sudah terduduk di lantai sambil memakan sandwich yang Gavin bawa untuknya.
"Bisa jadi lo malah terikat ga sama Elardo. Bisa jadi loh, lo gak boleh menolak atau mengumpat amit-amit. Lihat saja ke depannya nanti, lo bakal tahu sendiri." Celetuk Elsa
Lah kenapa Elsa mikirnya sampai ke sana, Mega saja tidak sampai berpikir ke sana sana.
Jadi gimana ini? jangan buat Mega pusing kepayang dan membuat dirinya tidak mood bekerja.
"Minta maaf aja ga, dari pada lo terbayang bayang rasa bersalah lo sama Elardo." Saran baik dari Roby, Mega menggeleng tidak mau. Gengsi jelas! Mega tidak mau meminta maaf dengan Elardo. Laki-laki yang membuat hari Mega siap kaya gini.
"Gak penting banget. Ganti topik, jangan bahas ini. Jangan buat gue gak mood, sampai kapan pun gue gak mau minta maaf sama laki-laki sok kalem kaya dokter junior itu." Sarkas Megasudah tidak mau membahas Elardo.
Akhirnya mereka mengalihkan pembicaraan yang lain. Mereka juga tidak mau membuat Mega jadi pusing.
Skip
Tring
Istirahat untuk para karyawan administrasi pembayaran. Mereka sudah keluar dari ruangan mereka di lantai 2
Mereka berjalan ke arah lantai dasar, menuju kantin. Perut mereka harus di beri asupan gizi, takutnya malah pada demo karena gak di kasih makan.
Mereka berlima duduk di salam satu kursi pojok kantin. Tempat biasa mereka duduk jika makan di kantin rumah sakit.
"Seharusnya kita itu bekerja di Akutan loh, lah kita malah kesasar kerja di rumah sakit. Kalian harus tahu, tetangga gue tahu nya gue kerja di Akutan. Meraka gak tahu aja gue kerja di rumah sakit, bagian administrasi lagi." Curhat Mega nyerocos kaya kereta api gak berhenti berhenti.
"Gue setuju sama lo ga, kita berlima kaya salah haluan gak sih. Kita itu lulusan akuntasi, kok bisa-bisanya kita nyasar di rumah sakit. Bagian administrasi yang seharusnya di pegang lulusan managemen. Kita berlima fix salah haluan," timpal Denada.
Mereka mengganguuk paham, membenarkan ucapan Mega dan Denada.
"Mau bagaimana lagi, mau cari kerja udah males. Udah nyaman di sini, lagian kita berlima udah lumayan lama kerja di rumah sakit bagian administrasi. Gak papa lah, kita semua harus bersyukur." Jelas Elsa sangat benar dan menjawab dengan bagus.
Mereka semua tertawa membayangkan saat awal mereka bekerja di rumah sakit Belarus. Direktur rumah sakit tahunya mereka akan melamar kerja sebagai dokter atau perawat. Padahal kan tidak, mereka melamar kerja di bagian administrasi rumah sakit. Administrasi mengurusi masalah pembayaran, penempatan pasien di ruang inap dengan administrasi identitas lengkap, dan sebagainya.
"Kalian udah dengar gosip baru gak guys." Nah biang gosip udah mulai mengeluarkan gosip yang baru di dapat nih. Mereka berempat menggeleng sambil menunggu kelanjutan gosip dari Denada.
"Besok akan ada pengecekan untuk TNI yang akan bertugas ke perbatasan. Sebelum berangkat bertugas, mereka akan mengecek kesehatan mereka ke rumah sakit ini. Gue jadi penasaran melihat mereka yang wajahnya tampan tampan." Nih cewek satu gak kapok apa gimana! kalau Bird tahu udah ngamuk dia. Walaupun hubungan Denada dan Bird di ambang putus. Tetap saja, mengindari sesuatu yang akan terjadi.
Tbc
"Aku kira ada apa, ternyata ada cowok ganteng berdatangan ke rumah sakit mau cek kesehatan." Curhat Denada masuk ke dalam ruang kerjanya bersama Mega. "Terus lo mau apa? mau modus sama mereka. Silahkan aja, tapi kalau Bird ke sini lo jangan sembunyi di belakang gue dan yang lain." Sahut Mega "Gue dan Bird kan udah selesai Mega." Mega memutar bola matanya malas, "Lo dan Bird belum fix putus tunangan. Sabar dulu, jangan bertindak gegabah." Denada misah misuh tidak setuju dengan pendapat Mega. "Tapi kan gue dan Bird udah gak ada apa-apa. Gue dan Bird udah putus komunikasi ga," sabar ga menghadapi orang labil kaya Denada ini. "Lo belum fix putus hubungan saka Bird. Nunggu lo udah benar-benar fix putus hubungan sama Bird. Sabar menunggu itu lebih baik, jangan bertindak gegabah yang merugikan lo." Kesal Mega menjelaskan semuanya ke Denada. Ceklek Pintu ruangan kerja administrasi di buka para dokter tampan.
"Gila tadi lo keren banget ga. Gue lihat lo dari lantai atas, beh lo kejam banget marahin kedua dokter yang berpengaruh di rumah sakit ini. Mantap banget lo ga, berani banget lo sumpah." Cerocos Denada tidak berhenti sedari tadi. Mega hanya menganggap dengan anggukan saja, malas menjawab cerocosan Denada. "Lo kejam tahu ga, siap-siap lo dapat surat PHK dari atasan. Siapa tahu tuh anak pemilik rumah sakit ngadu sama bokapnya." Ujar Gavin membenarkan jika akan terjadi badai besar, suatu saat nanti atau nantinya ini. Mega terdiam sebentar, "Lo jangan buat gue deg-degan dong. Gimana kalau semau itu terjadi, gue bakal di keluarin lagi." Gelisah Mega "Jalan satu-satunya ya lo harus minta maaf sama kedua dokter yang udah lo marahi habis-habisan. Apa lagi dokter Elardo yang paling mendapatkan amuian dari lo. Siap-siap aja lo ga, gur si tinggal nunggu hasilnya bagaimana." Jelas Roby menakut-nakuti Mega, Mega jadi bingung sendiri. Mau minta maaf atau
Mega sudah berada di rumah megah milik keluarga Gabriell. Mega menatap intens semua orang di meja makan. Malam ini Mega begitu terpesona dengan mereka semua. Sebuah keluarga yang sangat harmonis, mereka saling melengkapi satu sama lain. Ingin rasanya Mega seperti mereka, nyatanya Mega tidak akan pernah seperti mereka. Berkumpul dan bersama-sama untuk meluangkan waktu kebahagiaan. "Selamat malam semuanya, terima kasih sudah hadir di acara makan malam sederhana yang sayang buat bersama istri saya. Terima kasih nak Mega, kamu sudah datang di acara makan malam hari ini. Saya sangat berterima kasih sekali dengan kehadiran kamu." Jelas Abass ke semua orang dan Mega tentunya. Mega mengangguk sopan, ingin rasanya Mega pingsan. Atasannya ini menatap Mega dengan baik dan sopan. Tidak pernah memandang kalau Mega adalah bawahannya. "Saya sengaja mengadakan acara makan malam sederhana ini untuk mempererat silaturahmi." Lanjutnya Acara makan malam di mulai, mer
"Bisa kamu jelaskan boy, apa yang kamu lakukan ke Mega. Kamu melecehkan Mega, kamu keterlaluan boy. Apa pernah Papi mengajarkan kamu melecehkan seorang perempuan." Tegas Papi Abass ke Elardo, aslinya mah senang kalau anaknya dan Mega sudah ada kata sentuhan. Sentuhan dalam artian saling menganalisis dan dekat. Elardo menatap ke arah Papinya serius, lalu menatap ke arah Mega. "Aku mencintainya pi, aku ingin memilikinya. Dari pada diam saja, aku cium Mega dan menikmati ciuman pertama yang memabukkan." Sahut Elardo, mereka semua menepuk pelipisnya pelan kecuali Mega. Mega membulatkan matanya tidak percaya dengan jawaban Elardo. Udah gila kali ya, ya kali ciuman kaya gitu memabukkan. Sudah melecehkan, tidak merasa bersalah lagi. Sinting kali nih orang, awas aja lo! gue akan buat lo menderita dan buat lo sakit hati. Enak banget nih orang udah cium bibir seksi gue. Jadinya ibir seksi gue udah gak perawan, siapan banget nih orang. "Ma
"Aku gak suka kamu sama Gavin mesra-mesraan di depan aku." Bentak Elardo membawa Mega ke ruangannya di lantai 3. Mega manatap sengit ke arah Elardo. "Itu bukan urusan anda, Gavin calon suami saya. Gavin berhak melakukan itu dengan saya, mau kita mesra-mesraan di depan siapa pun, kita tidak peduli. Yang penting kita senang," jelas Mega murka. Elardo menghimpit Mega ke dinding, mencium bibir Mega brutal. Mega mencoba mendorong dada bidang Elardo, kedua tangannya di cekal kuat oleh Elardo. Beberapa menit kemudian, Elardo melepaskan bibirnya. Elardo tersenyum manis ke arah Mega, menjilat air liur sisa ciuman mereka tadi, di bibir seksi Mega. Kedua mata Mega sudah berkaca-kaca, lagi-lagi dirinya mendapatkan pelecehan oleh Elardo. "Manis, kamu candu aku sayang. Aku mau yang lebih dari ini, ayok kita menikah. Tidak usah menunggu lama untuk menikah. Kita bisa menikah besok sayang, resepsi akhiran saja. Yang penting kita udah sah dulu, aku cinta banget sam
Mega hanya diam mengikuti kemana perginya Elardo. Tidak mengucapkan kata pun, Mega hanya diam. Tadinya enggan mengikuti Elardo, Elardo tetap memaksa Mega untuk ikut dengannya. Sudah 5 jam Mega mengikuti Elardo. Dari fitting gaun pernikahan sampai mencari cincin pernikahan. Selama itu, mereka belum juga menemukan yang cocok. Mega tidak mempermasalahkan, tetapi Elardo yang tidak menyetujui. Aneh dan menyebalkan, Mega bersabar setiap detik. Seperti sekarang ini...Mega masih setia mengikuti Elardo masuk ke salah satu butik terkenal di Jakarta Selatan. "Carikan gaun pengantin untuk dia." Suruh Elardo ke mbaknya sambil menunjuk ke arah Mega. "Gaun seperti apa Pak, model sekarang atau model unlimited." Ujar Mbak butiknya, jengah sangat jengah Mega berada di sini. "Terserah mbaknya aja, yang penting bagus dan menarik untuk saya dan calon istri saya." Jelas Elardo "Baik Pak, kalau begitu saya ambilkan gaunnya dulu.
Mega sudah di apit kedua sahabatnya, Denada dan juga Elsa. Ketiga perempuan ini berjalan keluar dari ruangan pengantin. Mega sudah tampil cantik menggunakan kebaya modern. Sungguh sangat cantik, Mega hanya diam saja. Tidak ada kebahagiaan di wajahnya, padahal Denada dan Elsa sudah berusahalah membuat Mega ikhlas. Yang namanya juga Mega, Mega masih tidak rela harus menikah dengan laki-laki yang sudah di cap menjadi musuh bebuyutannya. Mega memejamkan kedua matanya sebentar, lalu membuka kedua matanya kembali. Melihat tatapan semua orang padanya. Tatapan terpesona melihat kecantikan Mega, belum pernah mereka melihat wajah cantik Mega luar biasa seperti sekarang ini. Apa lagi Elardo, Elardo sampai tidak bisa meneguk ludahnya. Sangat susah, kedua matanya masih memandang calon istrinya yang sebentar lagi akan menjadi istri untuk dirinya. Denada dan Elsa mendudukan Mega di samping Elardo. Akad nikah akan di mulai, Elardo sudah berjabat tangan dengan Papa Mega.
Selvia menghampiri Elardo dan Mega di ballroom hotel yang di jadikan tempat resepsi pernikahan kedua sejoli yang baru dah ini. Mega sudah cemberut melihat kedatangan Selvia yang akan menghampiri dirinya dan laki-laki di sampingnya. "Hay kak, happy wedding. Semoga langgeng sama kak Elardo," katanya memberi selamat ke Mega. Mega memutar bola matanya malas, tidak menanggapi ucapan selamat dari Selvia. Elardo berdecak tidak suka melihat respon istrinya. "Makasih Selvia, nikmati makanan di sana. Kamu juga bisa berkenalan dengan adik saya." Jawab Elardo mewakili Mega yang tidak mau menjawab ucapan selamat Selvia. Ada apa dengan istrinya dan Selvia! terlihat tidak akur, seperti kedua kakaknya yang sangat akur dengan Mega. Berbeda dengan Selvia, seolah Selvia hanya butiran debu. "Siap kak, aku permisi dulu. Kak aku ke sana, sekali lagi selamat menempuh hidup baru." Setelah mengucapkan itu, Selvia segera berjalan ke arah jajaran makanan yang tersedia di bagian kiri. "Aku paling gak suka sama