Share

MELAMAR ATAU DILAMAR?

Author: Siti Auliya
last update Last Updated: 2021-09-24 15:02:48

Semua kaget termasuk XL. Malah Sonia hampir menelan sendok kalau tidak segera dikeluarkan.

"Uhukkks," Dina terbatuk-batuk. Entah keselek apa dia, mungkin biji durian, tapi kan mereka tidak sedang makan durian, oh mungkin keselek bijian nasi. Intinya mereka semua kaget dengan ucapan bapaknya XL.

Mereka semua memandang bibir bapak XL, menanti ucapan yang akan keluar selanjutnya. Namun, bapak hanya tersenyum sok misterius. Tentu saja mereka sangat penasaran.

"Jangan sekate-kate ya, Pak," sergah XL. Matanya mendelik ke atas, mungkin akan terlihat lucu dan menggemaskan bagi yang melihatnya. Ooh, sepede itukah dia? Hihihi.

"Iya, Pak, kalau bawa info itu yang akurat, benarkah Yudha calon suami XL?" tanya Farah sambil mendekati bapak.

"XL?" Bapak mengernyitkan keningnya. Tentu saja dia tidak tahu siapa yang dimaksud.

"Eh ... eh ... Ardhia maksudnya, Pak. Hihihi," jelas Farah sambil tertawa, kemudian menutup mulutnya.

Ardhia melotot memberi kode kepada Farah. Nanti bapaknya marah anak gadis yang begitu cantik dan lucu ini dikasih julukan XL. Anak tersayang yang begitu dibanggakan. Oh iya, XL termasuk pintar di sekolah dulu. Catet!

Farah cuma cengar-cengir tanpa merasa bersalah. Bapak yang sudah dekat dengan teman-teman XL juga tidak begitu mempermasalahkan julukan yang anti mainstream ini. Seumur-umur baru dengar ini, orang dipanggil XL, dan itu anaknya. "Oh ... apesnya nasib Ardhia ini," pikirnya.

"Ayolah, Pak, Bapak berhutang penjelasan kepada kami," rayu Dina.

"Ish, kapan pula Bapak ngutang," jawab bapak XL.

"Ayolah," rengek Dina. Dia memang sok manja.

"Bapak mau makan, waduh enak nih, siapa yang masak?" Bapaknya XL malah mengelak dengan alasan mau makan.

"Farah, ini dia chef kita!" teriak Sonia. Gadis itu menunjuk cewek cantik yang tengah tersenyum jengah.

"Bapak cerita saja, aku yang suapin ya," kelakar Farah sambil menyodorkan piring. Entah dapat ide konyol darimana dia, pake mau nyuapin bapak XL segala.

Akhirnya bapak makan dengan dikelilingi bidadari-bidadari, mereka tidak mau beranjak dari sampingnya sebelum bercerita tentang Yudha. Sumpah, sebenarnya XL juga merasa penasaran. "Bocah tengil itu apa iya suka padanya? Eh ... gimana ... gimana? Bocah tengil? Tahu ah ... Ardhia juga tidak mengerti, mengapa Bapak punya ide extrim itu." XL sibuk bicara dalam hati.

Bapak tenang saja makan, seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal Farah sangat geregetan melihat makanan di piring bapak tidak habis-habis. Ingin rasanya dia bantu makan biar cepat habis.

Dina memandang ke atas dan ke bawah setiap suapan bapak. Rupanya topik tentang makhluk yang bernama Yudha itu sangat menarik perhatian mereka. Sebenarnya hati XL lebih penasaran lagi, cuma untuk menjaga imej, dirinya tetap duduk manis sambil merasakan badan yang masih agak lemas.

Selesai makan bapak pindah duduk ke kursi tamu mendekati XL. Farah, Dina dan Sonia membuntuti, lucu melihatnya.

"Seperti itu kali ya, kalau Bapak punya istri tiga," goda XL. "Berjalan beriringan dengan ketiga istrinya, hahahaha," sambungnya sambil tertawa.

"Emang Bapak mau poligamreng?" tanya Dina.

"Boro-boro poligami, satu aja Bapak gak mampu cari," kelakarnya.

"Masa ganteng begini Bapak gak laku, mau aku cariin, Pak?" tanya Farah.

"Ih, dasar teman gak ada akhlak, masa Bapak dikatain gak laku!" protes XL keras.

Mereka malah pada cekikikan, bapak juga tertawa lebar melihat keceriaan teman-teman XL. Mereka kemudian memaksa bapak untuk bercerita tentang pemuda itu.

"Emang Yudha sama Ardhia saling suka ya, Pak?" tanya Farah nakal. Dia mengedipkan mata sebelah kanannya kepada XL.

"Aih, dasar genit ya, kok malah nanya Bapak, aku juga baru kenal tadi siang sama Yudha," tukas XL. Gadis itu melempar bantal kursi ke arah Farah. Gadis itu berkelit dan menghindar memakai gerakan silat.

"Ciaaat ... ciat ... ciat."

Semua tergelak. Perut gadis subur itu berguncang-guncang karena tertawa. Aneh, setelah minum air yang diberikan ibunya, perut XL tidak sakit lagi.

"Sudah ... sudah, mau dengerin cerita Bapak gak?" tanya bapak menengahi.

"Mauuu!" Seperti koor mereka menjawab serempak.

**

"Dulu, Bapak dan ayahnya Yudha berteman baik sejak sekolah sampai sekarang. Dulu kami saling berkelakar, kalau punya anak laki-laki dan perempuan, maka akan kami jodohkan, begitu ceritanya," kata bapak mengakhiri kisahnya.

"Eeh, mengapa aku tidak ditanya dulu, mau apa enggak?" tanya XL. Matanya hampir meloncat dari tempatnya, karena melotot.

"Iya, kenapa Bapak tidak tanya Ardhia dulu?" Farah yang agak-agak tulalit ikut-ikutan bertanya.

Bapak melongo, terheran-heran dengan pertanyan XL. Mungkin dia berpikir, anaknya yang cantik sejagat ini kenapa begitu bego, hihihi ... XL suka melihat ekspresi wajah bapak. Dengan garuk-garuk kepala tak gatal bapak akhirnya berkata, "Loh, Bapak masa sekolah, memang kamu sudah ada?"

"Ahahaha ... hahaha." Mereka pun riuh tertawa.

"Ecieee ... cie, dijodohin ni ye, serasa kembali di zaman Siti Auliya," kata Sonia.

"Siti Nurbaya!" sergah Dina. "Siti Auliya siapa? Perasaan baru denger," imbuhnya.

"Siti Auliya, penulis novel kesayanganku," jelas Farah bangga. Seperti kenal saja lagaknya sama novelis tersebut.

"Apa sih Sonia, sembarangan," sentak XL pura-pura marah. XL menyetel mode cemberut di wajahnya. Eh tapi tidak berhasil membuat nyali mereka ciut, malah tambah cekikikan gak ada habisnya.

"Ihhhh, pipi XL lucu sekali saat cemberut, seperti kue bakpao," kata Farah. Dia mendekati gadis itu, kemudian mencubit pipinya dan mengguncang-guncangkan. XL merasa, memang begitu menggemaskan kata orang-orang sih, hiks. Kepercayaan diri yang hakiki.

"Sudahlah, Bapak mau mandi, itu cuma bercandaan masa lalu, gak usah terlalu dipikirkan," ujar Bapak sambil beranjak.

"Tapi, Ardhia suka, kan?" tanya Sonia meledek XL.

"Tadi siang bukannya aku sudah bilang amit-amit punya suami kayak dia, tidak punya sopan santun terhadap wanita," debat XL kepada Sonia.

"Benar itu, dia tengil ... tapiii ganteng!" seru Farah. Mungkin dia masih memendam kesal di hatinya, gara-gara dicuekin saat mau kenalan.

"Dilarang naksir, sudah ada yang punya, yee," ledek Dina ditujukan kepada XL.

Ardhia tidak berkutik menghadapi teman-teman yang super gokil ini. Setiap dilawan dengan kata-kata, seperti senjata makan tuan, kata-kata itu mereka kembalikan lagi kepada XL. Tidak lupa pakai bumbu penyedap untuk menyerangnya, juga derai tawa di akhir kalimat.

Xl berpikir untuk mencoba mengalihkan perhatian mereka, supaya berhenti dengan topik terupdate ini, Yudha. Apa ya? Oh ya, ahaa ... tring! Ide cemerlang masuk ke dalam otaknya.

"Besok aku mau melamar pekerjaan," sela Xl tiba-tiba ditengah cekikikan mereka yang seperti kuntilanak.

"What ... melamar kerja, gak salah? Berdiri saja masih limbung, apalagi kerja!" seru Dina. Dia paling cerewet memang terhadap gadis tersebut..

Mereka terdiam sambil memandang XL. Yes, XL bersorak dalam hati berhasil mengalihkan dunia, eh ... topik pembicaraan. Bosan gadis itu mendengar ledekan mereka tentang perjodohan yang absurd ini.

"Iya, aku mau bekerja, tidak usah kuliah, kasihan Bapak," papar gadis gendut itu.

"Tunggu pulih dulu kesehatanmu, kan?" tanya Sonia.

"Ya, iyalah, masa ya iya dong, hihihi," jawab XL senang. "Berhasil ngeprank kalian ternyata rasanya anjay suranjay, seperti odading Mang Oleh ... bahagia beut," sambungnya sambil tertawa jahil.

"XL!" Mereka berseru serempak sambil berusaha menyiksanya, ada yang menggelitik, ada yang mencubit pipi, ada yang mengacak rambut ... duh benar-benar songong mereka itu.

Menjelang malam mereka pulang setelah berjanji besok akan datang menengok lagi. Bahagia rasanya punya teman-teman yang begitu perhatian. Mereka kemudian menghilang di balik pintu, meninggalkan XL sendirian dengan lamunanku tentang Yudha.

Eh ... apa ... apa? Lamunan tentang Yudha?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 36. PERJANJIAN

    Mendengar keributan yang terjadi antara Yudha dengan ibunya membuat Ardhia bangun. Dia mengendap-ngendap keluar dari kamarnya dan mendengar percakapan mereka.Ardhia sedih mendengar kata-kata mamanya alias mertuanya, tidak menyangka sebegitu bencinya mertuanya itu kepadanya.Masih beruntung Yudha membelanya walau tidak sepenuhnya. Ardhia dengan cepat balik lagi ke kamar setelah mendengar Yudha menaiki tangga. Namun, masih terdengar olehnya Wina mengumpat Yudha“Astaga Ibu macam apa seperti itu. Kamu beruntung Nak, mempunyai Ibu seperti aku. Ibu tidak akan berlaku seperti itu kepadamu, kamu baik-baik, ya di dalam perut Ibu,” bisik Ardhia sambil mengusap perutnya.Ardhia memasang telinganya baik-baik, mendengar ada suara mendatangi kamarnya. “Apakah itu Yudha?” tanyanya dalam hati. “Mau apa dia ke sini? Sial pintunya belum dikunci lagi tadi,” gumam Ardhia sambil membetulkan selimutnya, pura-pura tertidur pulasKlotak! Terdengar pintu dibuka, Yudha melongokkan kepalanya ke kamar Ardhia

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 35. HAMIL ANAK SIAPA?

    Hari demi hari dijalani Ardhia dengan bimbang. Sementara Yudha belum berubah dan Wina bertambah tidak menyukainya. Hanya Seno yang selalu memperhatikannya dan itu membuat Wina cemburu.“Papa … Mama nggak suka ya, kalau Papa terlalu memperhatikan Ardhia! Apakah Papa suka sama dia?” tanya Wina tanpa tedeng aling-aling. Tentu saja Seno terkejut mendapat pertanyaan dari Wina seperti itu. Matanya melotot, hampir melompat dari tempatnya.“Suka bagaimana? Fari dulu juga Papa suka sama Ardhia. Makanya dia Papa jadikan menantu, aneh-aneh aja,” jawab Seno sambil memandang istrinya tajam. Tidak suka sama sekali dengan ucapan istrinya.“Maksud Mama bukan itu. Papa suka sama dia?” tanya Wina lagi semakin kurang ajar. Wanita itu memandang penulis selidik.“Jaga ucapanu! Mama tidak pantas berbicara seperti itu. Ardhia itu menantuku dan dia sekarang sedang mengandung anak Yudha!” ujar Seno keras karena emosi. Dia keceplosan dan berbicara tentang kehamilan Ardhia.“Apa hamil? tanya Wina gak kalah kag

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 34. DIKETAHUI SENO

    Perlahan-lahan tangan keriput itu menyentuh perut Ardhia, rupanya butuh tenaga ekstra agar bisa mendapatkan apa yang dimaksud. Soalnya perut ardia sedikit gendut walaupun dia sudah berkurang beberapa kilogram tapi perutnya masih besar.Dengan harap-harap cemas Ardhia memegang perut dan tangan nenek parah. Dia terkikik sendiri.“Kamu diam tangannya! Jangan dipegang tangan Nenek,” ujar nenek sambil tersenyum. Dia maklum jika Ardhia belum pernah diurut.“Geli Nek … geli, hihi hihihi,” kata ardia sambil cekikikan lagi. Dia merasa tidak tahan saat tangan neneknya Farah menjelajahi perutnya.“Tahan sedikit, kamu mau tahu nggak, hamil atau tidaknya?” tanya neneknya Farah. Tangannya tetap menelusuri perut Ardhia yang sudah licin berminyak. Tiba-tiba nenek itu terdiam saat merasakan sesuatu, ditekannya lagi berkali-kali untuk memastikan perasaannya.Farah tahu apa yang ditemukan neneknya itu, dia memandang tegang ke arah neneknya. Ardhia juga memandang ke wajah nenek dan Farah dengan bingung

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab. 33 ALTERNATIF

    Ardia dan Farah duduk menghadapi masing-masing semangkuk mie ayam. Ardhia menunduk setelah mendengar perkataan dokter tadi.“Negatif.”Kata-kata dokter tadi membuatnya sedikit kecewa. Sesungguhnya dia berharap keajaiban terjadi. Dia ingin hamil dan mengandung anak Yudha. Seandainya mereka pisah nanti ada kesibukan mengurus anak.“Baguslah kamu nggak hamil,” kata Farah. Dia melihat ke arah sahabatnya itu, hatinya ikut merasakan sakit mendengar penuturan Ardhia yang tidak diperbolehkan mertuanya untuk satu kamar dengan Yuda.“Eh buset, harusnya aku hamil ini,” tukas Ardhia sambil mengaduk-aduk mie.“Lho, gimana sih, tadi katanya masih perawan, hamil anak siapa jadinya?” Ardhia tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu. Kelebihan Ardhia adalah, mampu menyembunyikan rasa sakit dalam senyuman.“Tapi kok aku seperti orang hamil, ya? Ini aja mual-mual tiap pagi. Sebenarnya aku punya rahasia, tapi ini cuma kamu dan aku saja ya.” Ardhia berbisik sambil memandang Farah.Terlihat keraguan dari

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 32. HAMIL

    Esok harinya mereka pulang kembali ke Jakarta. Wina masih tetap ketakutan dengan boneka hantu tersebut, dirinya tetap mengira jika kamar Ardhia ada hantunya.“Pokoknya aku mau pulang hari ini,” kata Wina. Dia membereskan kopernya, tanpa jalan-jalan ke pantai ataupun belanja oleh-oleh. Pokoknya harus pulang hari ini, begitu pikirnya“Ya, udah Mama saja yang pulang. Aku masih seminggu di sini,” kata Ardhia dia tidak mau mengikuti kata mertuanya itu. “Salah sendiri ikut-ikutan bulan madu, pengantin juga bukan,” pikir Ardhia.“Ya udah, kalau kita mau pulang,” kata Seno. “Biarkan Yudha dan Ardhia tetap di sini.”“Tidak bisa … tidak bisa, Yudha harus pulang juga. Ardhia cepat bereskan bajumu!” suruh mertuanya itu.Ardhia memanyunkan bibirnya, dia kesal dengan campur tangan mertuanya itu. Urusannya apa dia ikut-ikutan ke Bali. “Huh ngapain, sih? Dia sekarang ngerecokin lagi. Sudah jauh-jauh malah ikut-ikutan datang ke sini. Bulan maduku jadi gagal,” gerutu Ardhia dalam hati. Kemarin digang

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 31. BIKIN KAPOK MERTUA

    Ardhia yang tengah tertidur pulas terganggu dengan dinyalakannya lampu oleh Seno. Dia terkejut saat bapak mertuanya ada di kamarnya. Tidak sadar kapan masuknya. “Papa sedang apa?” tanya Ardhia. Gadis itu cepat bangkit dari tidurnya. Merasa curiga dengan mertuanya diam-diam dirinya memeriksa tubuhnya. Tidak ada yang mencurigakan.“Mamamu bilang ada boneka hantu di sini?” kata Seno. Terbungkuk-bungkuk lelaki itu mencari boneka yang dimaksud.“Mana ada boneka hantu … tidak ada,” kata Ardhia. “Ayo lihat, kita periksa bareng-bareng!” ajak Ardhia sambil berdiri. Wanita itu mengawasi sekitar, tidak terlihat ada yang aneh dan mencurigakan“Dasar mamakmu, ada-ada saja,” sahut Seno kesal. Lelaki itu juga mencari-cari tidak ada boneka apalagi boneka hantuTidak lama kemudian datang Yudha bersama Wina, rupanya pemuda itu terganggu tidurnya karena kegaduhan mereka.“Ada apa sih selalu ribut-ribut … dari tadi ribut sekarang ribut,” gerutu Yudha. “Mama kamu nih, selalu bikin onar, sekarang dia bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status