Share

Yang Mandul Itu Kamu, Mas!
Yang Mandul Itu Kamu, Mas!
Author: YOZA GUSRI

Bab 1. Menyuruh Untuk Poligami

"Nak, kamu sudah menikah selama delapan tahun. Bagaimana usaha kalian untuk punya anak? Kenapa sampai sekarang belum ada hasil. Istrimu kenapa belum juga hamil?" ujar ibu mertuaku pada Mas Amar.

Aku sedang menguping pembicaraan mereka dari pintu yang tidak tertutup rapat. Awalnya aku ingin  menaruh baju yang telah terlipat. Tetapi, mendengar pembahasan mereka, aku tidak ingin masuk. Namun, tak ingin pula beranjak.

"Sabar, Bu. Mungkin Allah belum percaya pada kami. Apa yang bisa kami lakukan kalau memang Allah belum memberi. Ibu 'kan tahu, kami sudah berobat kesana kemari, tetapi memang belum rezeki saja. Kita harus sabar, Bu. Kalau sudah waktunya, Allah pasti akan kasih."

Mas Amar berkata dengan pelan. Aku merasa tenang mendengar perkataannya. Bibir membentuk garis senyum.

"Kemarin ibu ikut arisan di Rumah Bu Rahma. Kamu tahu 'kan kalau para ibu-ibu sudah berkumpul? ... Mereka menggosipkan kamu dan Arumi. Ibu sebenarnya tidak ingin menggubris perkataan mereka. Tetapi, gimana ya, Nak. Yang teman-teman ibu katakan, ada benarnya. Masa kamu dan Arumi belum juga punya anak, padahal kalian sudah lama menikah. Ibu sering minder kalau sudah ngumpul dengan mereka. Teman-teman ibu selalu menceritakan kelakuan cucu-cucu mereka. Ibu malu karena kamu belum juga punya anak." Ibu mertuaku memang berkata dengan pelan. Namun, setiap kalimat yang keluar dari bibirnya terasa sangat mengiris hati.

Mas Amar terdiam beberapa detik, lalu berucap, "Ibu 'kan sudah punya cucu dari Mbak Mira dan Mbak Maya. Kenapa harus minder?"

"Beda, Nak. Walau bagaimanapun, ibu tetap minder karena kamu belum punya keturunan. Kamu anak lelaki ibu satu-satunya dan ibu belum mendapat cucu dari kamu."

Mas Amar tidak berucap. Mungkin dia ingin mendengar curhatan ibunya tanpa memotong perkataan. Aku memaklumi perasaan ibu mertuaku. Tidak salah jika seorang ibu menginginkan cucu dari anaknya.

Aku juga sudah lama ingin memiliki anak. Tetapi mau bagaimana lagi kalau Allah belum berkehendak. Tanganku mengusap perut yang hingga kini masih rata. Ada harapan bisa mewujudkan keinginan ibu mertua. Tetapi, aku bukan penulis takdir kehidupan.

Lagi pula yang menjadi penyebab aku belum juga hamil, bukan dari aku. Tetapi karena Mas Amar. Hingga kini aku dan Mas Amar masih merahasiakan dari semua orang. 

Aku sudah berusaha melakukan apapun yang mereka suruh. Berobat apa lagi yang belum aku lakukan? Semuanya sudah! Tetapi, ya memang belum di kasih. Di suruh ke tukang pijit, aku mengikut. Di suruh ke orang dokter, aku pun ke sana. Bahkan aku juga pergi ke dukun atas perintah mertuaku. Bukan untuk meyakini, tetapi demi menyenangkan hati ibu mertua.

"Ibu ingin kamu menikah lagi, Nak! Memiliki istri dua  bukan dosa. Agama kita memperbolehkan. Mungkin memang benar ucapan teman-teman ibu kemarin, istri kamu itu mandul. Jadi percuma, Nak, menunggu berapa lama pun, kamu tidak akan bisa punya anak. Karena masalahnya itu ada di istri kamu."

Aku menahan sesak mendengar kalimat dari perempuan yang sejak menikah sudah aku anggap seperti ibu kandung. Kok bisa, menyuruh Mas Amar untuk menikah lagi? Apa beliau tidak memikirkan perasaanku sebagai istri? 

Ibu mertuaku memang sering memperlakukan aku tidak baik. Tetapi, aku selalu masa bodoh dengan hal itu. Demi menjaga kewarasan, aku berusaha untuk melupakan. Tidak pernah terbesit rasa benci untuknya.

"Bagaimana dengan Arumi, Bu? Dia pasti tidak setuju jika aku menikah lagi."

Aku akhirnya mendengar suara Mas Amar setelah suamiku itu lama terdiam. Perkataannya sungguh membuatku kecewa. Kenapa harus aku yang menjadi alasan? Kenapa tidak dengan tegas mengatakan, dia tidak ingin menikah lagi, karena mencintaiku?

Aku menaruh baju yang telah terlipat di atas meja, dekat pintu kamar. Mata mulai berkaca. Dada terasa sesak menahan tangis.

Rasanya ingin berlari ke kamar. Tetapi, aku masih penasaran, tentang akhir dari percakapan antara ibu dan anak yang kini masih berdiskusi. Apa mereka akan tetap memutuskan sesuatu yang menyakitkan bagiku?

"Arumi pasti akan setuju, Nak. Dia harusnya sadar diri karena sudah lama menikah, tetapi belum bisa memberimu keturunan. Kamu lihat tuh Si Deni, dia saja baru menikah tiga bulan lalu, tetapi istrinya langsung hamil"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Amy Amy
seru baru mulai baca..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status