Share

Bab 2

Penulis: Deska
Setelah berpamitan dengan Anita, Nayla pulang ke rumah. Begitu memasuki pintu, dia mendengar suara orang bermesraan yang samar dari ruang tamu.

Tubuh Nayla langsung menegang. Namun, dia tidak dapat menahan diri dan melangkah masuk. Alhasil, dia melihat dua orang yang sedang berpelukan dan berciuman di sofa. Salah satunya adalah tunangannya, Gavin.

Nayla berdiri memaku di tempat. Hatinya terasa sangat sakit.

Elina tersenyum dan bertanya, "Bermesraan di rumahmu memang terasa mendebarkan. Tapi, memangnya kamu nggak takut tunanganmu marah?"

Gavin memeluknya dan menjawab dengan malas, "Ini masih bukan apa-apa. Kamu nggak tahu betapa dia mencintaiku. Meski kita melakukan sesuatu yang lebih intim, dia juga nggak akan marah."

Nayla merasa seolah-olah ada angin dingin yang bertiup melalui lubang besar yang menganga di hatinya. Dia pun menertawakan dirinya sendiri. Apa karena dirinya mencintai Gavin, Gavin dapat menyakitinya tanpa ampun?

Nayla bukannya tidak bisa marah, melainkan tidak tega untuk marah pada Gavin. Namun, dia juga adalah manusia yang tetap bisa merasa sakit saat terluka.

Nayla menenangkan diri, lalu melangkah masuk dengan langkah yang berat. Kedua orang di sofa itu melihatnya dan masih berpelukan.

Gavin memerintahnya seperti biasa, "Elina sudah minum alkohol. Masakkan semangkuk sup pereda mabuk untuknya."

Nayla menyahut dengan sabar, "Kita sudah tunangan. Kalau kamu bersama wanita lain seperti ini, itu akan berdampak buruk pada perusahaan. Aku juga nggak bisa menjelaskannya kepada Nenek dan yang lain."

Gavin tiba-tiba marah. "Jangan pakai nama Nenek, Ayah, dan Ibu untuk menggertakku! Kalau bukan karena tekanan dari mereka, aku nggak mungkin bertunangan denganmu! Aku akan selalu menunggu Elina kembali!"

Nayla merasa hatinya seperti sudah diremas sesuatu hingga dia harus mengangkat tangan untuk menutupi dadanya yang sakit.

Gavin berkata dengan tidak sabar, "Kamu sangat sehat, jangan berpura-pura lagi. Pergi masakkan semangkuk sup pereda mabuk! Jangan buat aku ulangi kata-kata yang sama untuk yang ketiga kalinya."

Nayla tersenyum ironis dalam hati. Tanpa mengatakan apa-apa, dia berbalik dan pergi ke dapur.

Setelah Elina menghilang dan Gavin tidak dapat menemukannya, Gavin pun mulai mabuk-mabukan. Jadi, Nayla secara khusus meminta seorang koki untuk mengajarinya cara membuat sup pereda mabuk yang menyehatkan perut. Setelah memasaknya, dia akan menyuapi Gavin.

Seberapa lama Gavin tenggelam dalam mabuk-mabukan, selama itu pula Nayla memasakkan sup pereda mabuk untuknya. Keterampilannya memasak sup itu bahkan lebih baik daripada koki profesional.

Setelah berpisah dengan influenser itu, Gavin berjanji pada Nayla bahwa dia tidak akan pernah membiarkan Nayla memasak sup pereda mabuk lagi. Sekarang, Gavin malah memintanya memasak sup pereda mabuk untuk Elina.

Untungnya, semuanya akan berakhir dalam beberapa hari.

Nayla berpura-pura tidak mendengar suara di ruang tamu. Dia dengan cepat memasak sup, lalu menaruhnya di mangkuk dan hendak mengeluarkannya.

Tiba-tiba, terdengar suara Elina dari belakang berkata, "Kamu nggak benar-benar kira aku akan minum apa yang kamu masak, 'kan?"

Nayla berbalik dan melihat Elina yang memasang ekspresi provokatif. Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Elina melangkah maju, meraih sup pereda mabuk itu, dan menuangkannya ke tubuhnya sendiri. Kemudian, dia membuang mangkuknya ke lantai hingga pecah berteriak kesakitan.

Pada detik berikutnya, Gavin bergegas masuk dan bertanya, "Ada apa?"

Dia melihat sup yang membasahi tubuh Elina dan mangkuk di lantai, lalu memaki tanpa berpikir panjang, "Kalau kamu nggak mau masak, ya sudah. Kenapa kamu malah memasaknya dan menyiram Elina? Nayla, aku nggak nyangka ternyata kamu itu wanita yang begitu kejam!"

Setelahnya, Gavin memapah Elina keluar untuk berganti pakaian tanpa menoleh ke belakang.

Elina berujar, "Gavin, dia itu tunanganmu. Wajar saja dia nggak senang sama aku. Jangan marah."

Gavin malah makin marah. "Waktu kami tunangan, dia tahu aku mencintaimu. Apa haknya untuk nggak senang sama kamu?"

Nayla menatap keadaan dapur yang berantakan dengan tatapan kosong sambil mendengar kedua orang itu naik ke lantai atas. Namun, dalam hatinya, dia merasa bahwa Anita salah. Gavin tidak pernah peduli padanya.

Pada hari pertama Elina kembali, Nayla seharusnya langsung tahu diri dan menyerahkan posisinya kepada Elina, bukannya lanjut berada di sisi Gavin dan membuatnya benci.

Untungnya, masih belum terlambat bagi Nayla untuk mengambil keputusan lain saat ini. Setelah merayakan ulang tahun Anita, Nayla akan meninggalkan Kota Beika sepenuhnya dan tidak akan pernah kembali lagi.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 25

    Setelah menyuruh Kenneth membasuh diri dengan air dingin, Nayla baru menyadari bahwa Kenneth bukan hanya ditabrak dari belakang sehingga punggungnya tersiram air dari pir panggang yang mendidih, dia sendiri juga memegang secangkir air tebu yang panas.Begitu mendengar Nayla mulai batuk, Kenneth sengaja datang untuk mengantar air tebu panas itu. Ketika dia ditabrak, air tebu panas itu juga tumpah ke tangannya sehingga punggung tangannya memerah karena terbakar.Nayla segera menelepon resepsionis dan memintanya untuk membelikan satu set pakaian pria. Sementara itu, dia sendiri pergi ke gedung perkantoran untuk mencari kompres es. Ketika keluar, dia malah bertemu dengan Gavin.Gavin terlihat agak kewalahan. "Nayla, maaf. Aku bukan sengaja mau menabraknya."Pada saat ini, Nayla baru menyadari bahwa Gavin-lah yang menabrak Kenneth. Dia pun mengerutkan kening dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gavin menjawab dengan agak takut, "Seingatku, kamu suka makan pir panggang. Aku sudah s

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 24

    Begitu Nayla masuk, Fiona buru-buru mengamati ekspresinya dan bertanya, "Kamu benar-benar rela meninggalkannya?"Nayla menggeleng dan menjawab, "Ini bukan soal rela atau nggak. Berhubung sudah putuskan untuk meninggalkannya, aku nggak punya niat untuk kembali lagi."Fiona mengangguk dengan gembira. "Baguslah kalau begitu!"Dia mencibir, "Waktu Gavin tahu influenser itu memeluk pacarnya sambil mengejeknya kaya tapi bodoh, dia juga mencarimu seperti ini dan berjanji nggak akan melakukannya lagi. Tapi nyatanya? Begitu Elina kembali, dia melupakan semua janjinya. Kalau kamu kembali bersamanya, siapa tahu ada Elina mana lagi yang akan tiba-tiba muncul?"Nayla tertawa terbahak-bahak dan menjawab, "Aku nggak akan kembali padanya."Fiona berkata dengan lantang, "Aku bilang begitu bukan karena adikku! Kalau kamu biarkan orang lain perlakukan kamu seenaknya lagi, aku nggak akan berteman denganmu lagi! Daripada aku marah sampai nggak bisa makan setelah mendengarnya." Kenneth memukul Fiona dari b

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 23

    Nayla menggeleng dan menjawab dengan acuh tak acuh, "Kamu itu putra Keluarga Winowa, aku yang nggak layak dampingi kamu. Kita sudah akhiri pertunangan kita. Pak Gavin jangan bercanda lagi."Hati Gavin sangat sakit hati. Dia tidak peduli dengan hal lainnya lagi dan berujar dengan tergesa-gesa, "Semua itu salahku! Aku yang salah. Aku kira aku mencintai Elina, tapi orang yang kucintai ternyata adalah kamu. Nayla, aku nggak seharusnya akhiri pertunangan kita. Aku sudah sadari kesalahanku. Aku minta maaf. Maafkan aku dan pulang bersamaku, ya?"Nayla menggeleng. "Pak Gavin, tolong jangan mengolok-olok aku lagi. Aku nggak mampu temani kamu bermain. Sampai jumpa."Nayla memang mengucapkan sampai jumpa, tetapi ekspresinya jelas-jelas terkesan seperti mereka tidak akan pernah bertemu lagi.Melihat Nayla akan menutup pintu, Gavin buru-buru berseru, "Tunggu!"Gavin melepas ranselnya dengan panik, lalu membungkuk untuk membuka koper dengan tergesa-gesa."Aku benar-benar sudah sadari kesalahanku! Li

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 22

    Gavin telah membayangkan banyak kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak terpikirkan olehnya adalah Nayla sudah memiliki pria lain. Nayla benar-benar tidak menginginkannya lagi.Gavin masih berdiri terpaku di tempat. Pikirannya sangat kacau dan dia tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa.Kenneth menatap pria yang membawa koper dan ransel di luar pintu. Setelah menunggu beberapa saat dan pria itu masih tidak berbicara, dia bertanya lagi, "Maaf, siapa yang kamu cari?"Gavin mendengar dirinya menjawab dengan kaku, "Aku Gavin. Aku datang mencari Nayla."Begitu mendengar nama Gavin, ekspresi Kenneth seketika berubah. Namun, hanya sesaat. Setelahnya, dia tersenyum sopan dan berujar, "Tunggu sebentar."Kemudian, Kenneth berbalik dan berteriak ke dalam rumah, "Lala! Gavin datang mencarimu!"Lala ....Gavin berpikir dengan linglung. Selama ini, dia tidak pernah memberi nama panggilan untuk Nayla. Apakah Nayla suka dipanggil seperti itu? Apakah pemuda ini begitu dekat dengan Nayla sehing

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 21

    Gavin menaruh kembali sepasang anting itu ke dalam kotaknya, lalu menyimpannya di ruang penyimpanan. Dia juga memasukkan satu per satu perhiasan yang dibawanya pulang ke dalam lemari.Kemudian, Gavin berbalik dan bergegas keluar rumah secepat mungkin. Dia pergi ke perusahaan perhiasan di mana Nayla memesan cincin pasangan mereka dan meminta untuk bertemu dengan desainer bernama Jennifer. Jennifer adalah seorang desainer wanita berusia 50-an tahun yang intelektual dan anggun. Ketika mendengar Gavin mengatakan dirinya ingin merancang dan membuat sepasang cincin pasangan bersamanya untuk mendapatkan kembali orang yang paling dicintainya, Jennifer pun bertanya dengan terkejut, "Bukannya Bu Nayla sudah membuat sepasang cincin untuk kalian?"Ekspresi Gavin menjadi muram. Setelah terdiam sejenak, dia menjawab. "Aku sudah melakukan banyak kesalahan dan kehilangan dia. Sekarang, aku mau mendapatkannya kembali."Jennifer menunjukkan ekspresi mengerti dan tidak bertanya lebih lanjut. Dia membuka

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 20

    Pada saat ini, Gavin teringat nasihat neneknya lagi. Dia pun menyadari bahwa ucapan neneknya benar.Gavin merasa ragu cukup lama. Dia bersembunyi di dalam rumah dan tidak berani menyalakan lampu. Dalam kegelapan, dia merasa seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia tidak melakukan kesalahan apa pun, juga tidak kehilangan apa pun. Orang yang ingin dia temukan masih ada.Namun, setiap kali bermimpi, Gavin akan memimpikan mata Nayla yang tenang, lalu terbangun dengan keringat dingin. Setelah akhirnya tertidur, dia akan terbangun oleh mimpi buruk seperti itu. Hal ini terjadi berulang kali.Setelah terpuruk cukup lama, Gavin akhirnya menyadari kenyataan. Tidak ada gunanya dia begitu pengecut dan terus bersembunyi. Dia pun kembali ke rumah lamanya.Anita sedang menonton drama klasik yang sama dengan yang ditontonnya setelah pesta ulang tahunnya. Drama klasik itu merupakan drama favoritnya. Dia tidak pernah bosan menontonnya. Sesekali, saat suasana hatinya sedang bagus, dia akan ikut menyenandu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status