Share

Bab 3

Penulis: Deska
Nayla membersihkan dapur, lalu naik ke lantai atas dan bersiap kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Ketika membuka pintu kamar, dia malah melihat Elina berbaring di tempat tidurnya dengan mengenakan piama. Sementara itu, Gavin duduk di sampingnya dan membantunya mengoleskan obat.

Melihat Nayla masuk, Gavin memberi perintah, "Kamu tidur saja di ruang tamu."

Nayla menjawab dengan getir, "Ini kamarku."

Gavin berkata dengan dingin, "Elina harus tinggal di kamar terbaik. Kamu yang siram dia dengan sup mendidih. Menyerahkan kamar ini adalah bentuk permintaan maaf."

Gavin telah memvonisnya. Nayla pun tersenyum getir dan bertanya, "Jadi, dia yang pakai bajuku juga adalah bentuk permintaan maaf?"

Gavin menjawab dengan sangat tidak sabar, "Kan aku yang beli piama ini! Ini cuma sebuah baju, kenapa kamu harus permasalahkan hal sepele ini? Kamu sengaja mau usir Elina dari rumah ini, 'kan?"

Gavin lanjut mencibir, "Kalau begitu, aku justru akan biarkan dia tinggal di sini, juga tinggal di sini setiap hari!"

Elina menarik tangan Gavin. "Jangan begini."

Gavin menyahut dengan lembut, "Jangan khawatir, dia memang sudah seharusnya diberi pelajaran sejak lama."

Nayla melihat Gavin membungkuk dan mendekati Elina yang duduk di tempat tidur. Pemandangan ini sangat menusuk hatinya. Namun, dia sudah sangat lelah saat ini hingga tidak ingin mengatakan sepatah kata pun lagi.

"Nayla, kamu dengar apa yang kubilang?"

Nayla mengangguk dengan kaku. "Oke."

Gavin sepertinya tidak menduga reaksi ini dan bertanya, "Apa kamu bilang?"

Nayla berujar dengan acuh tak acuh, "Aku akan ambil beberapa pakaian ganti."

Kemudian, dia berjalan ke ruang ganti.

Gavin juga berjalan masuk dan berkata dengan nada agak canggung, "Elina itu tamu. Kamu yang salah karena sudah menyiraminya dengan sup pereda mabuk."

Nayla tidak menanggapi ucapan itu dan hanya mengiakannya.

Namun, Gavin malah marah dan berseru, "Mau ngambek? Aku paling benci lihat tampangmu yang kayak orang bosan hidup dan minta dihibur!"

Kemudian, Gavin berbalik dan berjalan keluar. Dia duduk di kepala tempat tidur dan mengobrol bersama Elina dengan suara kuat.

"Besok kita mau main ke mana? Gimana kalau kita kunjungi kampus? Sudah lima tahun, entah kucing yang kita pelihara itu masih ada di sana atau nggak."

Seusai mengemasi pakaiannya dan berjalan keluar, Nayla tiba-tiba melihat dua anting safir di lemari kaca. Itu adalah hadiah ulang tahun yang dibeli Gavin untuknya setelah mengusir influenser itu.

Gavin dengan sungguh-sungguh berjanji bahwa dirinya tidak akan pernah membuat Nayla sedih lagi. Jika dia lupa, Nayla boleh mengeluarkan kedua anting itu dan dia pasti akan berubah. Namun, janji itu sudah berulang kali diingkarinya sejak Elina kembali. Meskipun mengeluarkan anting itu sekarang, dia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri, 'kan?

Nayla mengeluarkan kedua anting itu dari lemari kaca, lalu menggenggamnya. Ketika melewati kamar tidur, dia melihat Elina mendekatkan diri ke telinga Gavin dan meletakkan satu tangan di bahunya. Mereka terlihat seperti sedang berciuman dengan penuh gairah.

Nayla mengabaikan rasa sakit hati yang tidak seharusnya dirasakannya sambil berjalan keluar dengan tenang. Dia membuang anting itu ke tempat sampah dan berbalik untuk pergi ke kamar tamu.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 25

    Setelah menyuruh Kenneth membasuh diri dengan air dingin, Nayla baru menyadari bahwa Kenneth bukan hanya ditabrak dari belakang sehingga punggungnya tersiram air dari pir panggang yang mendidih, dia sendiri juga memegang secangkir air tebu yang panas.Begitu mendengar Nayla mulai batuk, Kenneth sengaja datang untuk mengantar air tebu panas itu. Ketika dia ditabrak, air tebu panas itu juga tumpah ke tangannya sehingga punggung tangannya memerah karena terbakar.Nayla segera menelepon resepsionis dan memintanya untuk membelikan satu set pakaian pria. Sementara itu, dia sendiri pergi ke gedung perkantoran untuk mencari kompres es. Ketika keluar, dia malah bertemu dengan Gavin.Gavin terlihat agak kewalahan. "Nayla, maaf. Aku bukan sengaja mau menabraknya."Pada saat ini, Nayla baru menyadari bahwa Gavin-lah yang menabrak Kenneth. Dia pun mengerutkan kening dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gavin menjawab dengan agak takut, "Seingatku, kamu suka makan pir panggang. Aku sudah s

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 24

    Begitu Nayla masuk, Fiona buru-buru mengamati ekspresinya dan bertanya, "Kamu benar-benar rela meninggalkannya?"Nayla menggeleng dan menjawab, "Ini bukan soal rela atau nggak. Berhubung sudah putuskan untuk meninggalkannya, aku nggak punya niat untuk kembali lagi."Fiona mengangguk dengan gembira. "Baguslah kalau begitu!"Dia mencibir, "Waktu Gavin tahu influenser itu memeluk pacarnya sambil mengejeknya kaya tapi bodoh, dia juga mencarimu seperti ini dan berjanji nggak akan melakukannya lagi. Tapi nyatanya? Begitu Elina kembali, dia melupakan semua janjinya. Kalau kamu kembali bersamanya, siapa tahu ada Elina mana lagi yang akan tiba-tiba muncul?"Nayla tertawa terbahak-bahak dan menjawab, "Aku nggak akan kembali padanya."Fiona berkata dengan lantang, "Aku bilang begitu bukan karena adikku! Kalau kamu biarkan orang lain perlakukan kamu seenaknya lagi, aku nggak akan berteman denganmu lagi! Daripada aku marah sampai nggak bisa makan setelah mendengarnya." Kenneth memukul Fiona dari b

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 23

    Nayla menggeleng dan menjawab dengan acuh tak acuh, "Kamu itu putra Keluarga Winowa, aku yang nggak layak dampingi kamu. Kita sudah akhiri pertunangan kita. Pak Gavin jangan bercanda lagi."Hati Gavin sangat sakit hati. Dia tidak peduli dengan hal lainnya lagi dan berujar dengan tergesa-gesa, "Semua itu salahku! Aku yang salah. Aku kira aku mencintai Elina, tapi orang yang kucintai ternyata adalah kamu. Nayla, aku nggak seharusnya akhiri pertunangan kita. Aku sudah sadari kesalahanku. Aku minta maaf. Maafkan aku dan pulang bersamaku, ya?"Nayla menggeleng. "Pak Gavin, tolong jangan mengolok-olok aku lagi. Aku nggak mampu temani kamu bermain. Sampai jumpa."Nayla memang mengucapkan sampai jumpa, tetapi ekspresinya jelas-jelas terkesan seperti mereka tidak akan pernah bertemu lagi.Melihat Nayla akan menutup pintu, Gavin buru-buru berseru, "Tunggu!"Gavin melepas ranselnya dengan panik, lalu membungkuk untuk membuka koper dengan tergesa-gesa."Aku benar-benar sudah sadari kesalahanku! Li

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 22

    Gavin telah membayangkan banyak kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak terpikirkan olehnya adalah Nayla sudah memiliki pria lain. Nayla benar-benar tidak menginginkannya lagi.Gavin masih berdiri terpaku di tempat. Pikirannya sangat kacau dan dia tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa.Kenneth menatap pria yang membawa koper dan ransel di luar pintu. Setelah menunggu beberapa saat dan pria itu masih tidak berbicara, dia bertanya lagi, "Maaf, siapa yang kamu cari?"Gavin mendengar dirinya menjawab dengan kaku, "Aku Gavin. Aku datang mencari Nayla."Begitu mendengar nama Gavin, ekspresi Kenneth seketika berubah. Namun, hanya sesaat. Setelahnya, dia tersenyum sopan dan berujar, "Tunggu sebentar."Kemudian, Kenneth berbalik dan berteriak ke dalam rumah, "Lala! Gavin datang mencarimu!"Lala ....Gavin berpikir dengan linglung. Selama ini, dia tidak pernah memberi nama panggilan untuk Nayla. Apakah Nayla suka dipanggil seperti itu? Apakah pemuda ini begitu dekat dengan Nayla sehing

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 21

    Gavin menaruh kembali sepasang anting itu ke dalam kotaknya, lalu menyimpannya di ruang penyimpanan. Dia juga memasukkan satu per satu perhiasan yang dibawanya pulang ke dalam lemari.Kemudian, Gavin berbalik dan bergegas keluar rumah secepat mungkin. Dia pergi ke perusahaan perhiasan di mana Nayla memesan cincin pasangan mereka dan meminta untuk bertemu dengan desainer bernama Jennifer. Jennifer adalah seorang desainer wanita berusia 50-an tahun yang intelektual dan anggun. Ketika mendengar Gavin mengatakan dirinya ingin merancang dan membuat sepasang cincin pasangan bersamanya untuk mendapatkan kembali orang yang paling dicintainya, Jennifer pun bertanya dengan terkejut, "Bukannya Bu Nayla sudah membuat sepasang cincin untuk kalian?"Ekspresi Gavin menjadi muram. Setelah terdiam sejenak, dia menjawab. "Aku sudah melakukan banyak kesalahan dan kehilangan dia. Sekarang, aku mau mendapatkannya kembali."Jennifer menunjukkan ekspresi mengerti dan tidak bertanya lebih lanjut. Dia membuka

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 20

    Pada saat ini, Gavin teringat nasihat neneknya lagi. Dia pun menyadari bahwa ucapan neneknya benar.Gavin merasa ragu cukup lama. Dia bersembunyi di dalam rumah dan tidak berani menyalakan lampu. Dalam kegelapan, dia merasa seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia tidak melakukan kesalahan apa pun, juga tidak kehilangan apa pun. Orang yang ingin dia temukan masih ada.Namun, setiap kali bermimpi, Gavin akan memimpikan mata Nayla yang tenang, lalu terbangun dengan keringat dingin. Setelah akhirnya tertidur, dia akan terbangun oleh mimpi buruk seperti itu. Hal ini terjadi berulang kali.Setelah terpuruk cukup lama, Gavin akhirnya menyadari kenyataan. Tidak ada gunanya dia begitu pengecut dan terus bersembunyi. Dia pun kembali ke rumah lamanya.Anita sedang menonton drama klasik yang sama dengan yang ditontonnya setelah pesta ulang tahunnya. Drama klasik itu merupakan drama favoritnya. Dia tidak pernah bosan menontonnya. Sesekali, saat suasana hatinya sedang bagus, dia akan ikut menyenandu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status