Share

Bab 7

Author: Deska
Ketika Nayla kembali ke rumah sakit, Anita menelepon dan berkata, "Nayla, Gavin sudah keterlaluan kali ini! Aku baru saja menelepon dan memarahinya habis-habisan! Kamu jangan memasukkannya ke hati, ya."

Nayla tetap tenang dan bahkan bisa menghiburnya, "Nggak apa-apa, Nek. Kita semua tahu dia mencintai Elina."

Anita menghela napas. "Dia memang bodoh. Berhubung dia nggak mau dengar nasihatku, kelak dia pasti akan nyesal."

Nayla tidak menjawab.

Anita bertanya lagi, "Ulang tahunku akan tiba beberapa hari lagi, kamu akan datang, 'kan?"

Nayla menjawab, "Tentu saja. Kita sudah sepakat aku akan pergi setelah merayakan ulang tahun Nenek."

Anita tak kuasa menahan diri untuk tidak berujar, "Ulang tahun Gavin itu sehari setelah ulang tahunku. Dulu, kamu selalu menemaninya setiap tahun di hari ulang tahunnya ...."

Nayla menyahut dengan tenang, "Sekarang, dia lebih menginginkan orang lain menemaninya merayakan ulang tahunnya. Meski aku bersedia, dia juga nggak akan menyambutku. Nenek, aku dan dia sudah membuat keputusan. Sebaiknya kita lupakan saja."

Anita sepertinya menyadari bahwa Nayla tidak pernah menyebut nama Gavin lagi. Dia pun tidak lanjut membujuk Nayla, melainkan memilih untuk memutuskan sambungan telepon.

Sebelum sambungan telepon terputus, Nayla mendengar Anita bergumam bahwa Gavin akan menyesali perbuatannya kelak. Nayla tidak tahu apakah Gavin akan menyesal atau tidak. Akan tetapi, dia tidak akan menyesal.

Setelah keluar dari rumah sakit, Nayla lanjut mengurus pekerjaan yang perlu ditanganinya sebelum pergi. Beberapa hari berlalu dengan cepat. Sehari sebelum ulang tahun Anita, dia telah menyelesaikan semua serah terima pekerjaan Grup Winowa.

Keesokan harinya, Nayla pergi ke pesta ulang tahun Anita sendirian. Sementara itu, Gavin dan Elina hadir bersama.

Kebanyakan orang yang menghadiri pesta adalah kerabat dan teman dekat Keluarga Winowa. Hanya ada beberapa yang merupakan mitra bisnis. Mereka semua tahu tentang pertunangan Nayla dan Gavin. Melihat Gavin membawa datang seorang wanita secara terang-terangan untuk menemui orang tuanya di hadapan Nayla, orang-orang pun menatap ketiga orang itu dengan aneh.

Nayla tahu bahwa dirinya akan segera meninggalkan Kota Beika setelah menghadiri pesta ulang tahun ini. Jadi, dia membiarkan orang-orang menatapnya tanpa menunjukkan emosi apa pun.

Di sisi lain, Gavin malah tidak tahan dengan tatapan-tatapan aneh itu. Dia bergegas menghampiri dan menyambar mikrofon pembawa acara. "Aku mau membatalkan pertunanganku dengan Nayla!"

Senyum di wajah Anita seketika sirna. Ekspresi Raditya juga menjadi muram.

Gavin mengepalkan tangannya dan lanjut berujar, "Aku sudah susah payah temukan Elina lagi! Nggak ada yang bisa pisahkan kami! Kalau nggak, aku akan mati!"

Semua orang di ruangan pun terkesiap.

Raditya memaki dengan tampang masam, "Jangan buat onar! Ini hari ulang tahun nenekmu yang ke-70. Memangnya kamu nggak peduli sama perasaan nenekmu dengan mengucapkan hal seperti ini di pesta ulang tahunnya?"

Gavin merasa dirugikan dan berkata, "Tapi Nenek, aku ini satu-satunya cucumu. Memangnya kamu nggak berharap aku hidup bahagia? Bukankah bagus kalau kamu batalkan pertunangan yang nggak seharusnya ada ini untuk penuhi keinginanku di pesta ulang tahunmu?"

Anita menatap Nayla dan bertanya, "Nayla, gimana pendapatmu?"

Nayla menjawab dengan suara lembut dan tenang, "Biar dia saja yang memutuskannya."

Semua orang di ruangan pun heboh.

Perasaan Gavin terasa campur aduk untuk sejenak. Kemudian, dia berkata dengan gembira, "Nenek, lihat saja. Dia juga setuju!"

Anita menghentikan Raditya yang hampir kehilangan kesabarannya, lalu menyahut sambil tersenyum tipis, "Baiklah, aku akan penuhi keinginanmu. Mulai hari ini, pertunanganmu dengan Nayla sudah berakhir."

Reaksi pertama Gavin adalah menatap Nayla. Nayla hanya tersenyum tenang ke arahnya. Ini termasuk restu yang diberikannya kepada Gavin untuk menjalani sisa hidupnya.

Namun, Gavin malah tiba-tiba merasa marah. Dia memelototi Nayla, lalu berbalik dan berbicara kepada Elina sambil tersenyum.

Selanjutnya, Nayla memberikan hadiah dan memakan kue ulang tahun sesuai prosesi pesta. Setelah itu, dia pun meninggalkan lokasi pesta dan menaiki mobil menuju bandara.

Dalam perjalanan, ponsel Nayla bergetar. Nayla pun menunduk dan melihat bahwa itu adalah pesan dari Gavin.

[ Untung kamu tahu diri! Aku nggak akan permasalahkan lagi masalah yang kamu timbulkan belakangan ini. ]

[ Kamu boleh hadiri pesta ulang tahunku besok. Hadiah apa yang kamu persiapkan untukku tahun ini? ]

[ Nayla, apa lagi maumu? Mentang-mentang aku sudah maafkan kamu, kamu mau jual mahal? ]

[ Cepat balas pesanku! ]

Nayla terdiam sejenak. Dia tidak membalas pesan itu, melainkan memblokir semua informasi kontak Gavin. Dia melewati pemeriksaan tanpa menoleh, lalu menaiki pesawat dan terbang ke tempat yang jauh.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 25

    Setelah menyuruh Kenneth membasuh diri dengan air dingin, Nayla baru menyadari bahwa Kenneth bukan hanya ditabrak dari belakang sehingga punggungnya tersiram air dari pir panggang yang mendidih, dia sendiri juga memegang secangkir air tebu yang panas.Begitu mendengar Nayla mulai batuk, Kenneth sengaja datang untuk mengantar air tebu panas itu. Ketika dia ditabrak, air tebu panas itu juga tumpah ke tangannya sehingga punggung tangannya memerah karena terbakar.Nayla segera menelepon resepsionis dan memintanya untuk membelikan satu set pakaian pria. Sementara itu, dia sendiri pergi ke gedung perkantoran untuk mencari kompres es. Ketika keluar, dia malah bertemu dengan Gavin.Gavin terlihat agak kewalahan. "Nayla, maaf. Aku bukan sengaja mau menabraknya."Pada saat ini, Nayla baru menyadari bahwa Gavin-lah yang menabrak Kenneth. Dia pun mengerutkan kening dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan di sini?"Gavin menjawab dengan agak takut, "Seingatku, kamu suka makan pir panggang. Aku sudah s

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 24

    Begitu Nayla masuk, Fiona buru-buru mengamati ekspresinya dan bertanya, "Kamu benar-benar rela meninggalkannya?"Nayla menggeleng dan menjawab, "Ini bukan soal rela atau nggak. Berhubung sudah putuskan untuk meninggalkannya, aku nggak punya niat untuk kembali lagi."Fiona mengangguk dengan gembira. "Baguslah kalau begitu!"Dia mencibir, "Waktu Gavin tahu influenser itu memeluk pacarnya sambil mengejeknya kaya tapi bodoh, dia juga mencarimu seperti ini dan berjanji nggak akan melakukannya lagi. Tapi nyatanya? Begitu Elina kembali, dia melupakan semua janjinya. Kalau kamu kembali bersamanya, siapa tahu ada Elina mana lagi yang akan tiba-tiba muncul?"Nayla tertawa terbahak-bahak dan menjawab, "Aku nggak akan kembali padanya."Fiona berkata dengan lantang, "Aku bilang begitu bukan karena adikku! Kalau kamu biarkan orang lain perlakukan kamu seenaknya lagi, aku nggak akan berteman denganmu lagi! Daripada aku marah sampai nggak bisa makan setelah mendengarnya." Kenneth memukul Fiona dari b

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 23

    Nayla menggeleng dan menjawab dengan acuh tak acuh, "Kamu itu putra Keluarga Winowa, aku yang nggak layak dampingi kamu. Kita sudah akhiri pertunangan kita. Pak Gavin jangan bercanda lagi."Hati Gavin sangat sakit hati. Dia tidak peduli dengan hal lainnya lagi dan berujar dengan tergesa-gesa, "Semua itu salahku! Aku yang salah. Aku kira aku mencintai Elina, tapi orang yang kucintai ternyata adalah kamu. Nayla, aku nggak seharusnya akhiri pertunangan kita. Aku sudah sadari kesalahanku. Aku minta maaf. Maafkan aku dan pulang bersamaku, ya?"Nayla menggeleng. "Pak Gavin, tolong jangan mengolok-olok aku lagi. Aku nggak mampu temani kamu bermain. Sampai jumpa."Nayla memang mengucapkan sampai jumpa, tetapi ekspresinya jelas-jelas terkesan seperti mereka tidak akan pernah bertemu lagi.Melihat Nayla akan menutup pintu, Gavin buru-buru berseru, "Tunggu!"Gavin melepas ranselnya dengan panik, lalu membungkuk untuk membuka koper dengan tergesa-gesa."Aku benar-benar sudah sadari kesalahanku! Li

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 22

    Gavin telah membayangkan banyak kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak terpikirkan olehnya adalah Nayla sudah memiliki pria lain. Nayla benar-benar tidak menginginkannya lagi.Gavin masih berdiri terpaku di tempat. Pikirannya sangat kacau dan dia tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa.Kenneth menatap pria yang membawa koper dan ransel di luar pintu. Setelah menunggu beberapa saat dan pria itu masih tidak berbicara, dia bertanya lagi, "Maaf, siapa yang kamu cari?"Gavin mendengar dirinya menjawab dengan kaku, "Aku Gavin. Aku datang mencari Nayla."Begitu mendengar nama Gavin, ekspresi Kenneth seketika berubah. Namun, hanya sesaat. Setelahnya, dia tersenyum sopan dan berujar, "Tunggu sebentar."Kemudian, Kenneth berbalik dan berteriak ke dalam rumah, "Lala! Gavin datang mencarimu!"Lala ....Gavin berpikir dengan linglung. Selama ini, dia tidak pernah memberi nama panggilan untuk Nayla. Apakah Nayla suka dipanggil seperti itu? Apakah pemuda ini begitu dekat dengan Nayla sehing

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 21

    Gavin menaruh kembali sepasang anting itu ke dalam kotaknya, lalu menyimpannya di ruang penyimpanan. Dia juga memasukkan satu per satu perhiasan yang dibawanya pulang ke dalam lemari.Kemudian, Gavin berbalik dan bergegas keluar rumah secepat mungkin. Dia pergi ke perusahaan perhiasan di mana Nayla memesan cincin pasangan mereka dan meminta untuk bertemu dengan desainer bernama Jennifer. Jennifer adalah seorang desainer wanita berusia 50-an tahun yang intelektual dan anggun. Ketika mendengar Gavin mengatakan dirinya ingin merancang dan membuat sepasang cincin pasangan bersamanya untuk mendapatkan kembali orang yang paling dicintainya, Jennifer pun bertanya dengan terkejut, "Bukannya Bu Nayla sudah membuat sepasang cincin untuk kalian?"Ekspresi Gavin menjadi muram. Setelah terdiam sejenak, dia menjawab. "Aku sudah melakukan banyak kesalahan dan kehilangan dia. Sekarang, aku mau mendapatkannya kembali."Jennifer menunjukkan ekspresi mengerti dan tidak bertanya lebih lanjut. Dia membuka

  • Yang Tersisa Hanyalah Kenangan   Bab 20

    Pada saat ini, Gavin teringat nasihat neneknya lagi. Dia pun menyadari bahwa ucapan neneknya benar.Gavin merasa ragu cukup lama. Dia bersembunyi di dalam rumah dan tidak berani menyalakan lampu. Dalam kegelapan, dia merasa seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia tidak melakukan kesalahan apa pun, juga tidak kehilangan apa pun. Orang yang ingin dia temukan masih ada.Namun, setiap kali bermimpi, Gavin akan memimpikan mata Nayla yang tenang, lalu terbangun dengan keringat dingin. Setelah akhirnya tertidur, dia akan terbangun oleh mimpi buruk seperti itu. Hal ini terjadi berulang kali.Setelah terpuruk cukup lama, Gavin akhirnya menyadari kenyataan. Tidak ada gunanya dia begitu pengecut dan terus bersembunyi. Dia pun kembali ke rumah lamanya.Anita sedang menonton drama klasik yang sama dengan yang ditontonnya setelah pesta ulang tahunnya. Drama klasik itu merupakan drama favoritnya. Dia tidak pernah bosan menontonnya. Sesekali, saat suasana hatinya sedang bagus, dia akan ikut menyenandu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status