Motor Noah tepat di samping rumah Lana. Dia berpikir bagaimana cara menemui Lana di kamarnya.
"Kamu tau kamar gadis itu, Noah? Rumahnya besar sekali, dan kamarnya juga ada banyak." Daniel memegangi kepalanya.
Noah sedang berpikir bagaimana dia mengetahui di mana kamar Lana. Apalagi di depan ada penjaga juga. "Daniel, apa kamu bisa membuat penjaga itu sibuk? Aku akan coba mencari di mana kamar Lana berada."
"Hah? Kamu gila?" Daniel melihat Noah dengan tidak percaya.
"Ayolah! Kamu kan sahabat aku yang sangat cerdas, kamu pasti punya cara untuk mengalihkan penjaga itu"
"Kamu itu, selalu saja yang tidak enak kamu suruh aku yang melakukannya." Daniel berjalan mendekat ke arah penjaga.
Daniel berpura-pura tersesat dan mencari alamat, dia bertanya ke penjaga rumah Lana. "Maaf, saya tidak tau alamat yang kamu maksud."
"Aduh saya harus cari ke mana lagi? Perut saya lapar lagi, sudah seharian ini saya belum makan, karena mencari alamat i
Kedua sahabat itu berbaring terlentang di atas ranjang mereka. Wajah Noah tampak berseri menatap langit-langit kamarnya."Noah, bagaimana kamu dengan gadis itu? Siapa namanya?""Lana." Wajah Noah tampak tersenyum.Daniel yang melihatnya tampak merasa aneh dengan temannya satu ini. "Kamu itu kenapa? Wajah kamu senang sekali seperti itu? Kamu jatuh cinta sama dia?""Sok tau, apa itu jatuh cinta?" Noah sekarang tidur membelakangi Daniel.""Noah, ceritakan, apa yang kamu tadi katakan sama dia?" Daniel menarik baju Noah agar mau menoleh ke arahnya, tapi Noah tidak mau, dia malah memilih pura-pura tidur.Daniel yang tidak kehabisan akal malah berpindah tempat tidur di depan Noah dengan muka yang di dekatkan ke arah Noah. Noah yang risih lantas bangun dan menepuk muka Daniel."Kamu apa-apan, Sih?" Noah menjauhkan mukanya."Aku cemburu kalau kamu dekat dengan seseorang, nanti kamu melupakan aku," ucap Daneil menggoda."Menjijika
Kedua mata si keriting membulat sempurna mslihat tanda merah pada leher Lana. "Kamu kenapa? Apa kamu habis bercinta dengan seseorang di pesta itu, kamu sudah--.""Ini semua kelakuan pacar busuk kamu itu. Chris yang melakukan semua ini," Lana memotong kata-kata sahabatnya."Apa? Chris yang melakukannya? Apa dia sudah berbuat tidak baik sama kamu?"Lana menutup kedua matanya, dan ada butiran air mata yang menetes pada pipinya. "Dia hampir saja berbuat buruk terhadapku, dan itu semua karena kamu!" suara Lana terdengar membentak."Coba ceritakan padaku, Lana? Apa sebenarnya yang sudah terjadi antara kamu dan Chris?"Lana kembali memasang dasinya, dia tidak mau kalau sampai ada yang melihat tanda itu. "Kamu tidak peduli denganku di sana, kamu malah asik bersenang-senang dengan kekasih kamu itu. Aku ingin pulang dari pesta itu, dan saat aku mencari kamu, aku bertemu dengan Chris, aku tidak pernah menyangka jika Chris akan berbuat seperti itu.
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa sudah bersiap-siap untuk pulang. Lana masih duduk di bangkunya memikirkan tentang apa yang akan dia lakukan setelah ini. Entah kenapa juga Lana, merasa mau menerima tawaran Noah."Lana, kamu tidak pulang? Itu si pangeran kamu sudah menunggu.""Tidak lucu! Aku tidak bisa jalan sama dia. Aku pasti mendapat masalah.""Mau aku bantu?"Lana seketika melirik tajam pada sahabatnya. Lana berdiri dari tempatnya, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Itu jaket Noah, dan Lana bermaksud akan mengembalikannya saja kemudian dia akan meminta gelang kesayangannya yang di bawa oleh Noah.Lana keluar dari dalam kelasnya, dan si keriting mengejarnya. "Lana, apa kamu tidak ingin menerima tawaran cowok itu? Dia kelihatannya tidak berengsek, siapa tau kalian bisa berteman.""Aku tidak mau mengulang kesalahan kedua kalinya. Kali ini kamu tidak perlu melakukan apa-apa." Lana turun dan keluar untuk menemui N
Lana bingung harus berteriak apa? Dia hanya memandangi saja pemandangan di depannya. "Kamu bisa mengeluarkan kesedihan kamu di sini, dan tidak akan ada orang yang tau tentang masalah kamu.""Aku tidak sedih, Noah. Kau bahagia dengan hidupku. Aku memiliki keluarga sempurna." Lana memilih duduk di tanah dengan kedua lututnya di tekut dan dia memeluk erat kedua kakinya.Noah mengambil jaket Lana dan meletakkan di atas tanah sebagai alas.Noah berbaring di atas jaketnya. "Berbaringlah, Lana. Udaranya sedang sejuk, kamu pasti akan merasa tenang."Lana melihat Noah yang malah berbaring dengan lengan tangannya sebagai penyangga kepalanya. "Jika sedang sedih atau hatiku tidak tenang karena suatu hal, aku pasti akan datang ke sini untuk menenangkan diriku.""Kamu bisa merasakan sedih juga?" tanya Lana yang masih dengan posisi duduk di samping Noah.Noah lagi-lagi memberikan senyum manisnya. "Aku manusia juga, Lana. Aku bukan robot yang hatinya terbua
Kedua insan itu masih saling berpandangan. "Apa kamu kedinginan, Lana?" tanya Noah dengan bibir yang terlihat bergetar. Lana menggeleng pelan.Lana sekarang malah tersenyum. "Kamu yang sepertinya kedinginan, Noah." Sekarang gantian Noah yang mengangguk, dengan menahan rasa dinginnya.Lana tertawa kecil. "Kenapa tadi merasa sok kuat, kenapa juga kamu harus melepaskan baju kamu?" Lana menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya sendiri secara bergantian, kemudian dia menempelkan kedua telapak tangannya yang terasa hangat pada pipi Noah, dan Lana mengulanginya beberapa kali.Noah sedikit tercengang melihat apa yang di lakukan oleh Lana. Entah bisikan iblis mana yang membuat Noah akhirnya mendekatkan wajahnya ke arah Lana, dan mencium bibir Lana lembut. Seketika sepasang manik mata Lana membesar dan menatap Noah yang sedang melihatnya setelah melepaskan ciumannya."Ke-kenapa kamu menciumku?" tanya Lana lirih karena di dalam hatinya sedang ber
Lana yang sebal tidak menjawab pertanyaan dari sahabatnya, dia hanya duduk terdiam di dalam mobil melihat ke arah luar jendela. "Lana, bagaimana rasanya? Pasti menyenangkan? Aku lihat di balik kaos Noah yang basah, tubuh Noah terlihat sangat bagus. Apalagi dia sepertinya sudah berpengalaman." "Apa tidak ada pembicaraan lainnya selain membahas itu, Mara?" Lana yang terganggu akhirnya membuka suaranya. Namun, Lana mengakui jika tibuh Noah sangat indah saat tadi dia membuka kaosnya. "Kamu kenapa main rahasia sama aku. Eh iya! Apa tadi kamu tidak lupa menggunakan pengaman? Jangan sampai karena keenakan kamu lupa memakai pengaman, Lana." Lana tidak menjawab dia hanya diam saja, ini sahabat benar-benar membuat otak Lana bisa terkontaminasi. Mara tiba-tiba menghentikan mobilnya. Lana sempat bingung, kenapa mobilnya berhenti? Padahal jarak rumah Lana masih beberapa blok lagi. "Kenapa berhenti, Mara?" "Kamu belum menjawab pertanyaanku, Lana? Apa kamu t
Lana terbaring di atas tempat tidurnya dan sekarang dia terlihat sedang tidak baik. Leon tadi sudah mengantarkan makanan dan obat untuk Lana. Tidak lama pintu kamar Lana di ketuk oleh mamanya. Wanita cantik itu masuk ke dalam kamar dan duduk tepat di samping putrinya yang sedang berbaring dengan membawa ponselnya."Kamu baik-baik saja, Lana? Tadi Leon bilang kamu sedang tidak enak badan?" Tangan wanita cantik itu menepmpelkan telapak tangannya pada dahi Lana."Aku baik, Ma. Mungkin gara-gara terkena air hujan saja. Ma, aku mau tidur, apa mama bisa keluar sebentar?" tanya Lana yang sebenarnya kecewa sama mamanya gara-gara tadi barang-barangnya malah di periksa seperti itu. Sebegitu tidak percayanya mamanya dengan dirinya yang tidak pernah berbuat hal aneh-aneh."Apa perlu mama panggilkan dokter buat kamu? Kalau kamu sakit besok kamu tidak bisa sekolah, dan mama tidak mau kalau sampai hal itu terjadi.""Aku besok pasti sudah baikkan. Mama tidak perlu khawat
Lana masih belum sadar melihat ada Noah di sana karena dia masih terlihat mengantuk. " Hai, Lana." Tangan Noah seolah melambai kecil pada Lana."Noah!" serunya kaget. Tidak lama Lana dengan cepat menutup mulutnya karena dia tidak mau suaranya sampai terdengar oleh mamanya.Lana segera beranjak dari tempatnya, dia menyalahkan lampu tidurnya, dan duduk bersandaer di atas ranjangnya, Noah dengan gerakan cepat duduk di depan Lana dan tersenyum seolah-olah tidak ada apa-apa. "Kamu kenapa bisa masuk ke dalam kamarku? Kamu lewat dari mana?" tanya Lana heran.Noah menunjuk ke arah jendela kaca kamar Lana. "Dari situ, aku tadi memanjat seperti waktu itu, dan ternyata kamu sangat ceroboh, kenapa kamu tidak mengunci jendela kamar kamu? Kalau ada orang lain masuk ke sini, bagaimana?"Lana terdiam sebentar. "Apa memang aku lupa menguncinya? Tapi kenapa kamu malam-malam begini datang ke rumah aku? Bagaimana kalau kamu dikira mau mencuri di rumahku? Apalagi ada ma