Share

Doom

Lania menyiram wajah pria yang duduk di hadapannya dengan minuman yang sebelumnya ia pesan. Gadis itu sudah benar-benar kesal dengan kebodohan pria yang ia pilih menjadi selingkuhannya. 

Beberapa kali Lania menyumpah serapahi pria itu, dan pria itu tetap diam. Pikiran Lania sungguh buntu, ia benar-benar takut saat ini. Entah mengapa Lania berpikir masalah ini jauh lebih mengerikan daripada pertama kali Robby mengetahui perselingkuhannya. 

"Lania, maafin aku" Pria itu menggenggam tangan Lania, wajahnya tertunduk karena bersalah. 

Lania menempis tangan pria itu dengan kasar, "Kita itu menjalin hubungan di belakang Robby, dan seharusnya lo gak ceroboh upload percakapan kita di base publik!"

"Iya, aku salah, aku minta maaf. Aku gak bermaksud buat ungkap semuanya, aku hanya..."

"Hanya apa?! Kebodohan lo ngebuat kepercayaan Robby hancur lagi, Yo!"

Pria bernama Tio itu menatap dalam-dalam mata Lania, mata gadis yang sudah ia cintai sejak pertama kali melihatnya. Perasaan yang selama ini ia pendam akhirnya meluap saat Lania mengajaknya untuk berkencan. 

Tio sangat mencintai Lania, sampai ia harus menggores harga dirinya untuk menjadi seorang selingkuhan. 

"Kalo kamu putus sama dia emang kenapa, La? Kan ada aku, aku masih di sini buat kamu, La!" Ucap Tio dengan lemah. 

Lania mengerutkan dahinya, sejak awal ia hanya ingin bermain-main dengan pria itu. Tidak pernah ada keinginan serius bersama dia. Lania hanya ingin memiliki Robby, bukan orang lain. 

"Gila, lo?" Tanya Lania sewot. "Sejak awal perjanjian kita adalah main-main. Gue pergi ketemu lo saat Robby jauh dari gue, dan hal itu gak lebih!"

"Tapi aku sangat mencintai kamu, La!"

Lania menghela napas kasar, "Tapi bagi gue lo cuma mainan, Yo!"

Lania berdiri dari duduknya, gadis itu pergi meninggalkan Tio yang sedang merasa hancur karena ucapannya. Lania memang cukup pantas disandingkan dengan iblis, gadis itu memiliki wajah cantik tapi sangat jahat. 

Sayangnya Tio tetap mencintai Lania, bahkan sampai detik dimana ia ditinggalkan oleh Lania, Tio tetap memaafkannya. 

********

Robby duduk dengan tenang di ruangan kerjanya, pria berambut ikal itu kini sibuk berkutik dengan tumpukan berkas yang harus ia baca dan teliti. Robby tidak terlihat sedikit pun seperti orang yang sakit hati karena merasa dikhianati oleh kekasihnya sendiri, ia terlihat sangat tenang. 

Leon, sahabat Robby yang sejak mengetahui perselingkuhan Lania dengan pria lain, ia langsung datang ke rumah Robby. Mengikuti kemana pun Robby pergi, karena Leon takut Robby berbuat sesuatu yang akan merugikan dirinya sendiri. Persis di saat Robby mengetahui perselingkuhan Lania untuk pertama kalinya. 

Leon tidak mengalihkan pandangannya dari Robby sedetikpun. Pria itu terus menatap gerak-gerik Robby, Leon tidak mau kecolongan. 

"Lo tetep mau duduk di situ sambil melototin gue?" Tanya Robby yang bahkan tidak mengalihkan pandangannya ke arah Leon. 

"Iya!" Tegas Leon. 

"Pulang sana, gue gak pa-pa" Pinta Robby. 

"Gue gak bakal pulang, karena kondisi lo gak bisa ngebiarin gue pulang, Rob!"

"Emang gue kenapa?"

"Rob-" Leon menghela napasnya, ia sangat ingin menyumpah serapahi Lania tetapi ia menahannya. "Lo gak baik-baik aja setelah apa yang lo ketahui, Rob!"

Robby mengalihkan pandangannya ke Leon, pria itu menatap Leon lembut. Leon adalah adik tingkatnya saat di kampus, ia merupakan anak orang kaya yang selalu Robby ajak hidup susah. Anak mama yang selalu melawan dirinya kini menjadi teman setianya. 

Entah Robby atau Leon yang beruntung memiliki satu sama lain, tapi Robby sangat senang akan keputusannya menjadikan Leon sahabatnya. Kini pria itu tumbuh menjadi lebih dewasa dan menyenangkan. 

"Gue gak pa-pa, emang apa yang terjadi?" Tanya Robby pada Leon. 

Leon diam. 

Pria itu hanya menatap datar Robby, Leon tau Robby hanya pura-pura tidak tahu untuk menyembunyikan rasa sakit hatinya. Leon tahu, Robby tidak ingin membuat siapapun tahu kondisi dirinya. 

"Putusin dia, Rob, batalin pernikahan kalian" Leon berjalan menghampiri Robby yang kini memasang wajah datar. 

Perlahan Leon mulai menghasut Robby agar keluar dari hubungan yang tidak sehat itu. Lania hanya memanfaatkan Robby, dan Leon tahu betul itu. 

"Gak segampang itu, Yeon" Robby melepaskan kacamatanya, bersender pada kursi kerjanya sejenak. Memikirkan kembali ucapan Leon yang ada benarnya. 

"Jalang itu-" Leon menahan napasnya, "Maksud gue Lania, dia gak pernah benar-benar mencintai lo. Coba lo pikir, udah berapa kali dia khianatin lo? Itu yang namanya cinta, Rob?"

Robby diam. 

Ia memejamkan matanya sejenak, ia benar-benar lelah. 

"Lo ganteng, lo kaya, lo pinter, lo punya semua yang diinginkan wanita. Untuk itu gue mohon sama lo tinggalin Lania!"

"Robby!" Suara itu terdengar bersamaan dengan seorang wanita paruh baya yang berjalan masuk mendekati Robby dan Leon. 

Robby segera berdiri dan menhampiri Ibunya itu, sedangkan Leon tetap berdiri tanpa mendekatkan jarak kepada Ibu sahabatnya itu. 

"Mama, kok mama tiba-tiba di Jakarta?" Tanya Robby heran. 

Diana, orang tua tunggal yang membesarkan Robby sehingga pria itu menjadi seperti hari ini menatap putra satu-satunya itu dengan tatapan kesal. 

"Ada apa dengan hubungan kalian?" Tanya Diana to the point. 

Robby tersenyum canggung. 

Ia tidak menduga pemberitaan mengenai perselingkuhan kekasihnya sudah tersebar di media dengan cepat. 

"Aku bisa jelasin sama Mama, sekarang Mama tenang dulu, ya?"

Robby menuntun Diana duduk di sofa yang sebelumnya diduduki oleh Leon. Setelah memastikan Diana duduk dengan nyaman, Robby memberikan kode kepada Leon untuk memberikan waktu untuk mereka berdua. 

Leon yang mengerti langsung berjalan keluar dari ruang kerja Robby. Meninggalkan Ibu dan Anak bicara dengan hati. 

"Ada apa Robby?" Tanya Diana lagi. 

"Ini gak seperti yang Mama dengar, ini cuma kesalahpahaman kok, Ma" Jawab Robby pelan. 

"Lania Mama gak selingkuh dari kamu kan, Rob? Dia gak melakukan hal itu kan, Rob?!" 

Robby tersenyum, "Engga, Ma"

"Lalu kenapa berita bilang calon menantu kesayangan Mama itu selingkuhin kamu?" Kejar Diana. 

"Kan aku udah bilang sama Mama, itu kesalahpahaman" Jawab Robby dengan intonasi yang tidak berubah sejak tadi. 

Diana diam sejenak, melihat dengan baik putranya. Wanita paruh baya itu memastikan bahwa Robby tidak mengatakan kebohongan kepadanya. 

"Hubungi Lania, Mama ingin tahu cerita dari sudut pandangnya" Titah Diana. 

"Lania lagi sibuk, Ma, dia harus mengurus pemakaman kakeknya di Singapur, Mama tahu itu kan?"

"Lania masih di Singapur? Dia belum juga kembali?" Tanya Diana. 

Robby menggeleng. 

"Kalo gitu, Mama akan tetap di Jakarta sampai Lania kembali. Ini keputusan Mama!" 

Diana berjalan keluar meninggalkan Robby sendirian. Pria itu kini mengepalkan tangannya kuat-kuat karena merasa bodoh telah membohongi ibunya. 

Robby tidak mau bertemu Lania untuk saat ini, ia tidak mau mendengar alasan-alasan yang tidak masuk akal dari mulut gadis itu. Kini ia hanya ingin sendirian, memantapkan hati untuk keputusannya. 

*******

Lania berjalan mondar-mandir dengan wajah yang sangat gelisah, gadis itu sudah berusaha menghubungi Robby ratusan kali tetapi tidak juga bisa. Gadis itu juga sudah datang ke rumah Robby tetapi tidak ada seorangpun yang mengizinkannya masuk. 

Kini, Lania sedang mengkhawatirkan posisinya. Dirinya dalam bahaya. Jika Robby memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka, Lania mungkin akan sangat hancur. 

"La" Panggil Ambar. 

Lania menoleh, dan berjalan cepat menghampiri Ambar. Tadi Lania menyuruh gadis itu untuk memata-matai rumah Robby dan segera mmenghubunginya jika ia melihat Robby. 

"Gimana? Lo liat Robby?" Tanya Lania menggebu. 

Ambar menggeleng. 

Lania menghela napasnya kasar, dimana Robby sekarang?

"Tapi gue liat nyokap Robby dateng"

Lania membulatkan matanya sempurna. "Tante Diana di Jakarta?"

Ambar mengangguk mantap. 

"Mati gue!" Tubuh Lania limbung dan jatuh terduduk di bibir tempat tidur. "Berita perselingkuhan gue udah sampe ke telinga beliau?"

"Lo harus ngelakuin sesuatu, La, lo bisa kehilangan segalanya kalo lo sampe kehilangan Robby!"

Lania diam. 

Gadis itu sedang berpikir keras bagaimana caranya agar ia tidak mendapat malapetaka di hidupnya ini. 

Jika tante Diana sampai meminta hubungannya dengan Robby berakhir, berarti ini adalah akhir dari segalanya. 

Lania hanya akan bisa mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan mahalnya. Dia akan segera kehilangan fasilitas mewah yang diberikan oleh Robby, termasuk apartemen ini. 

"Hidup gue udah berakhir ya, Bar?" Tanyanya dengan suara parau. 

Ambar duduk di samping Lania, memeluk gadis itu dengan erat. Kehidupan Lania sedang berada di ujung tanduk, dan ia bisa jatuh kapanpun. 

"Kita cari cara lain, lo gak bisa nyerah gini aja. Lo udah sejauh ini, Lania!"

Lania dan Ambar kini sama-sama diam, mereka tidak tahu apa lagi yang harus mereka lakukan untuk mmempertahankan Robby. Mereka sama-sama buntu, tidak tahu arah, dan tidak seorangpun yang bisa memberikan mereka jawaban. 

Lania tahu apa yang dilakukannya adalah salah, tapi siapa peduli? Lania sangat butuh Robby, siapa lagi orang yang ingin menanggung hidupnya selain Robby? 

Dia mesin pencetak uang bagi Lania. 

Ponsel Lania berdenting, mengisyaratkan ada pesan masuk di sana. Lania memutar bola matanya malas, pengirim pesan itu adalah seseorang yang bertanggung jawab atas masalah besarnya sekarang. 

Lania melepas pelukan Ambar, "Lo udah urus Tio?" Tanya Lania. 

Ambar mengangguk, "Udah, dia bakal dipindahtugaskan ke Timur"

"Pastiin Robby gak bisa nemuin bajingan itu!"

"Lo tenang aja, semua udah gua atur sedemikian rupa" Jawab Ambar tersenyum. 

"Lagi pula, untuk menangkap ikan besar kita harus menyingkirkan ikan-ikan kecil... Seperti Tio"

Lania tersenyum. Siapa yang tahu gadis cantik dengan wajah polos seperti Ambar ternyata memiliki pikiran yang sangat licik. 

"Kalo gitu, singkirin Leon juga. Dia akan jadi penghalang besar buat gue. Robby sangat percaya sama Leon, sedangkan Leon gak pernah suka dengan kehadiran gue" Lania tertawa sejenak, "Kombinasi yang sempurna!"

"Agaknya sedikit sulit nyingkirin Leon, dia pintar untuk tetap berada di posisinya" Ucap Ambar. 

Lania tersenyum penuh makna, "Hancurkan Leon seperti lo hancurin dia dulu, gue rasa menyerang dengan masa lalu masih menjadi senjata ampuh untuk nyingkirin Leon!"

You Lose Me, You Find You

I Lose You, I Lose Me

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status