Home / Romansa / Young Summer / Chapter 3 Jealous? Nope!

Share

Chapter 3 Jealous? Nope!

Author: Mara Dew
last update Last Updated: 2021-07-22 03:09:41

Pantai penuh dengan parade manusia sepanjang Venice Beach Boardwalk, seolah-olah semua penduduk Los Angeles tumpah di tempat ini. Tapi memang musim panas selalu menjadi alasan tepat untuk mengunjungi pantai, apalagi di akhir pekan seperti sekarang. Aku dan Tobias berada di tengah-tengah parade tersebut. Sepanjang jalan satu setengah mil yang di kedua sisinya dipenuhi berbagai kedai, toko, dan stan yang memajang suvenir serta pernak-pernik yang menarik itu, Tobias menggandengku. Tangannya menggenggam tanganku erat namun lembut. Tanpa pria itu menyadari perbuatannya membuat jantungku berdebar tidak karuan.

Mendekati pantai, aku melepaskan gandengan tangannya tanpa memperhatikan pria itu, berpura-pura apa yang kulakukan hanyalah merupakan gerakan reflek untuk menyiapkan kameraku. Meski begitu, aku merasakan tatapannya dari balik bahuku.

Melihat apa yang terpampang di depanku, aku melupakan gemuruh perasaan yang sempat menyerbuku akibat genggaman tangan Tobias tadi. Kawasan bohemian yang tidak pernah membosankan. Penuh dengan sinar matahari yang hangat dan menyenangkan, juga para seniman yang mempertontonkan keahlian mereka.

Aku memotret para pemain skateboard bertelanjang dada yang beraksi, mengambil dari beberapa sudut.

“Jadi, kau ke sini untuk memotret mereka?” ledek Tobias, ada nada geli di suaranya.

“Ini permintaan pelanggan,” sahutku acuh.

“Permintaan pelanggan? Sejak kapan seorang reporter mempunyai pelanggan?”

Aku berhenti memotret. “Ini untuk pekerjaanku yang satunya,” jelasku, kemudian membidikkan kameraku lagi, mencoba sudut pandang dari sisi lain.

Begitu aku menemukan posisi yang tepat dan siap menekan shutter, Tobias kembali mengganggu dengan pertanyaannya.

“Kau punya pekerjaan lain? Apa itu?”

Aku menghela napas, konsentrasiku terganggu sudah. Sambil berbalik dan dengan agak kesal aku menjawab, “Freelance photographer. Sekarang bisakah kau diam dulu dan biarkan aku bekerja?”

Tobias tersenyum lebar. “Okay,” katanya. “Lakukan pekerjaanmu aku akan menunggu di sana.” Dia menunjuk kerumunan orang yang membentuk lingkaran, beberapa di antara mereka menabuh drum.

Setiap Sabtu dan Minggu di Venice Beach ada atraksi tidak resmi, namun terkenal hingga ke manca negara yang biasa disebut Venice Beach Drum Circle. Tempat atraksi itu berada di tepi pantai, di ujung Venice Beach Boardwalk dan Brooks Avenue. Puluhan atau bahkan mungkin ratusan orang berkumpul membawa alat musik perkusi seperti drum, conga, atau shaker, bermain musik dan berdansa sampai matahari terbenam. Aku pernah meliput acara itu tahun kemarin.

Okay, pergilah. Nanti aku menyusul.”

Tobias segera berlari menuju kerumunan itu, dia berbalik sekali sambil melambaikan tangan padaku dan meneriakkan sesuatu. Aku memberikan isyarat bahwa aku tidak bisa mendengarnya, lalu kembali fokus dengan pekerjaanku.

Saat aku sudah selesai memotret dan bersiap menyusul Tobias, pemuda bertelanjang dada yang tadi sempat kufoto menghentikan aksinya dan menghampiriku.

“Hai,” sapanya tersenyum ramah, dia menenteng skateboard nya dengan tangan kiri.

“Halo.”

“Kau turis atau fotografer?”

“Fotografer,” jawabku pendek sambil menutup lensa kamera, kemudian menoleh pada pemuda di sampingku. “Permainanmu bagus sekali,” pujiku.

Dia terlihat senang. “Aku Paul,” katanya mengulurkan tangan.

“Emmily,” sahutku sambil menjabatnya.

Suara riuh di antara kerumunan pertunjukan Circle Drum menarik perhatianku. Dari kejauhan, di antara orang-orang yang menabuh drum, aku melihat Tobias sedang berdansa dengan seorang wanita.

“Temanmu sedang bersenang-senang rupanya,” kekeh Paul. Sepertinya dia tahu aku datang bersama Tobias. “Dia pacarmu?”

Aku mengangkat bahu tak acuh. “Bukan, hanya teman.”

“Wah, sepertinya Sara mendapatkan mangsanya hari ini.”

Aku melirik Paul tajam. “Sara?”

“Wanita yang berdansa dengan temanmu, dia temanku,” jelasnya menoleh padaku dan tersenyum. “Mungkin malam ini temanmu akan sibuk dengan Sara, aku bisa menemanimu jika kau tidak keberatan.”

Fuckin’ damn! Entah kenapa aku tidak suka mendengar ide itu.

“Oh, kami tidak menginap.”

Paul diam, pandangannya lurus ke arah Tobias dan Sara. Lalu dia berkata, “Oh, tapi sepertinya kalian akan menginap. Kau lihat mereka?” Ujung dagunya menunjuk dua insan yang juga sedang menjadi perhatianku.

Mereka berdua berdansa dengan sangat intim. Aku tidak suka melihat Tobias memegang panggul Sara yang sedang bergoyang dinamis di depannya. Tapi pasti bukan karena aku cemburu. Aku seornag feminisme sejati, dan aku sungguh-sungguh kasihan kepada para gadis yang mau berdekatan secara intim dengan pria yang baru dikenalnya. Mereka tidak tahu orang-orang akan menganggapnya murahan.

“Kau mau berdansa juga? Kita bisa bergabung dengan mereka.”

Dada yang terbakar membuatku mengangguk, menyetujui usul Paul. Dia langsung meletakkan skateboard-nya di atas pasir begitu saja dan menyeretku ke arah lingkaran.

Ada berbagai macam orang yang berkumpul di sini, tua, muda, yang berpakaian mahal, yang mengenakan baju kumal, semua bergembira. Suara-suara yang dihasilkan alat musiknya memang terdengar energik, membuat siapa saja ingin menggoyangkan kaki mereka. Termasuk diriku. Paul menjadi pasangan menariku, pemuda itu cukup sopan. Kami menari dengan saling menjaga jarak. Tidak seperti Sara yang makin merapat pada Tobias. Beberapa kali aku memergoki Tobias menatapku, aku mengabaikannya, toh dia sedang asyik bersama Sara. Hingga pada satu kesempatan, seseorang tidak sengaja menabrakku, aku kehilangan keseimbangan dan tersungkur ke depan, untungnya Paul dengan tangkas menangkapku. Posisiku saat itu berada dalam pelukan pemuda itu. Namun bahkan sebelum aku menyadari sepenuhnya apa yang terjadi, Tobias sudah menarikku menjauh dari Paul.

Sorry, Dude, boleh kuminta lagi pasanganku,” katanya ramah tapi tajam.

Well, silakan.” Paul mengangkat kedua bahunya. Dia mundur dengan teratur, lalu kulihat dia mendekati Sara dan menari lagi bersama gadis itu.

Aku melirik Tobias sebal. “Ada apa denganmu?” ketusku, dengan langkah menghentak, menjauh dari Tobias.

Pria itu mengikutiku dari belakang.

“Hey, kau marah?”

“Tidak!” seruku tanpa menoleh.

“Bagaimana pekerjaanmu, sudah selesai?”

“Belum.”

Aku mendengar dia berlari, dan meraih tanganku saat kami sudah berdampingan. “Kalau begitu mari kita selesaikan. Apa lagi yang harus kau potret?”

“Tidak usah,” jawabku datar, melepaskan tanganku darinya. “Aku bisa sendiri, kau menari saja lagi dengan kenalanmu itu.”

Tobias diam, dari sudut mataku aku bisa melihatnya tersenyum. “Jadi begitu?” ujarnya kalem.

Aku tidak mau ada kesalahpahaman, kuhentikan langkah dan berbalik menghadapnya. “Apa?” tanyaku meminta penjelasan.

Tapi pria di depanku hanya mengangkat bahu sambil tersenyum misterius.

“Apa yang kau pikirkan?”

“Bukan apa-apa. Sudahlah, lupakan. Mari makan sesuatu dan nanti kau lanjutkan lagi pekerjaanmu,” bujuknya kembali meraih tanganku. Kali ini dia menggenggamnya erat sehingga aku tidak bisa melepaskannya.

“Jangan berpikir macam-macam ya, aku tidak suka itu,” sungutku dambil mengikuti langkahnya.

Tobias terkekeh. “Memangnya apa yang kupikirkan?”

“Sesuatu yang kau pikir menggelikan.”

“Dan apakah itu?”

Aku mengarahkan bola mata ke atas, menyebalkan sekali pria ini. Aku tahu dia pasti mengerti apa yang kumaksud. Dia pikir aku cemburu pada Sara, padahal itu sama sekali tidak benar. Kutekankan sekali lagi, sama sekali tidak benar!

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Young Summer   Extra Chapter Wedding Day

    Jika musim panas menggambarkan keceriaan, musim gugur adalah bagian romantisnya. Jadi mengadakan pesta pernikahan pada saat musim gugur, kenapa tidak?Kami membicarakan pernikahan secepat putaran jarum jam. Gaun, tempat,catering, disiapkan dengan mendadak. Semua ikut berperan, teman-teman kami, para sepupuku, bahkan kedua orangtuaku ikut antusias menyiapkan pesta pernikahan kami.Mengenai ayahku, mata hatinya telah terbuka begitu melihat perjuangan Tobias dalam mendapatkan restunya.Dadmenyadari, pria yang mau berjuang sedemikian rupa bukan hanya untuk wanitanya, tapi juga demi ayah si wanita adalah pria yang pantas untuk sang putri. Dia mengatakan hal tersebut padaku. Dan aku dengan rasa bangga, memeluknya penuh kasih sayang.Jadi di sinilah kami sekarang, di sebuah lahan kosong milik pamanku yang sudah disulap menjadi tempat pernikahan paling romantis sedunia. Dikelilingi pepohonan yang daunnya sudah berubah warna. Angin lemb

  • Young Summer   Extra Chapter Let's Get Married

    Tobias sembuh dengan cepat. Dia masih haruscheck upbeberapa kali setelah keluar dari rumah sakit, tapi semua hasilnya sangat memuaskan. Dokter menyatakan Tobias telah sembuh total. Tidak ada dampak buruk pada tubuhnya akibat luka tembak kemarin kecuali bekas luka operasi pada bagian atas telinga kanannya. Walau menurutku itu sama sekali bukan sesuatu yang buruk, Tobias terlihat lebih seksi dengan bekas luka itu.Hari terakhir di rumah sakit, Tobias melamarku. Sama sekali bukan lamaran yang romantis, entah siapa yang merencanakan ide konyol itu.Pagi itu perban yang membebat kepala Tobias akan dibuka. Aku agak cemas karena mengkhawatirkan lukanya, tapi dia malah menertawakan kecemasanku. Seolah hal tersebut memang pantas ditertawakan seperti sebuah permainan.“Aku mencemaskanmu dan kau malah menertawakanku,” gerutuku sebal. Sementara dia berusaha menahan senyumnya.“Maaf, NB. Aku tidak bermaksud,” katanya, terli

  • Young Summer   Chapter 30 Waking Sun

    Hari kesembilan belas Tobias terbaring koma.Aku bangun pagi-pagi sekali bahkan sebelum matahari terbit. Sinar matahari musim gugur memang tidak sehangat matahari musim panas, tapi itu tidak menjadikanku bermalas-malasan. Apalagi hari ini adalah hari besar, siang nanti aku ada janji dengan agen properti. Ada sebuah rumah yang kriterianya sesuai dengan keinginanku dan aku ingin melihatnya.Saat sedang menggosok gigi, ponselku berdering. Aku segera berkumur dan langsung mencuci muka, mengelapnya dengan handuk, lalu buru-buru kembali ke kamar untuk menjawab panggilan.“Halo ... ya, benar ... apa? ... Anda serius? ... Baik, saya akan segera ke sana.”Panggilan terputus, aku mendekap telepon genggamku di depan dada dengan perasaan tidak percaya. Sesaat otakku membeku, begitu juga dengan tubuhku yang tidak bisa bergerak. Namun kebalikannya, jantungku justru berdegup sangat kencang.Dan ketika kesadaranku kembali, tidak ada yang ingin

  • Young Summer   Chapter 29 Autumn Sadness

    Dua minggu sudah Tobias terbaring dalam keadaan koma. Namun belum ada tanda-tanda dia akan segera sadar. Seperti biasa hari ini aku duduk di samping Tobias sambil menggenggam tangannya, hal yang selalu kulakukan setiap kali aku berkunjung.“Hai, Tobias ... apa kabarmu hari ini?” bisikku lembut setelah mencium keningnya. Kutatap wajahnya yang terlihat damai, perasaan sedih yang selalu kurasakan saat melihatnya timbul kembali.“Kau tahu? Kemarin aku mengunjungi Laila, dia terlihat bahagia di tempatnya yang sekarang.” Sejak Tobias dirawat di rumah sakit, Laila memutuskan untuk tinggal di panti jompo. Sebenarnya aku mengajak dia tinggal bersamaku, tapi dengan sopan wanita tua itu menolaknya. Katanya dia tidak terlalu suka tinggal di gedung apartemen, terasa seperti bukan di rumah saja.“Dia masih sedih karena kamu belum bangun juga, tapi dia memiliki banyak teman yang menghiburnya di sana,” aku meneruskan. “Dia merindukanmu,

  • Young Summer   Chapter 28 Between Life and Death

    Aku melihatnya, terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan peralatan medis yang menempel pada tubuhnya. Rasanya tidak percaya melihat Tobias yang ceria dan penuh semangat kini terkapar tak berdaya, tanpa ada tanda kehidupan kecuali grafik pada layarbedsidemonitor.Dokter memberi tahu kami bahwa mereka berhasil mengeluarkan peluru dari kepala Tobias, tapi meski begitu mereka tidak bisa menjanjikan kondisinya akan semakin membaik. Saat ini Tobias dalam keadaan koma, dan pihak rumah sakit tidak bisa melakukan tindakan apa pun kecuali perawatan.Berapa lama Tobias akan koma? Tidak ada yang bisa memastikan. Bisa hanya beberapa hari, minggu, bulan, tahun, atau yang terburuk, tidak pernah terbangun sama sekali.Sesuatu yang berat terasa menghantam jantungku, rasa sakit sekaligus sesak membuatku susah bernapas sehingga dadaku terasa membengkak. Membayangkan Tobias tidak pernah terbangun lagi ... itu adalah mimpi terburuk buatku.Aku melangk

  • Young Summer   Chapter 27 He's a Fighter

    Tanganku yang memegang roda kemudi tidak bisa berhenti gemetar, air mata yang terus mengalir kuusap berkali-kali agar tidak mengaburkan pandangan. Aku berusaha tenang, menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan teratur. Namun suara Elian terus menggema dalam otakku.Tobias tertembak, Emily. Tobias tertembak!Ya, Tuhan … bagaimana dia bisa tertembak?! Itu pertandingan MMA, bukan kompetisi menembak!Mobilku meluncur kencang membelah jalan raya, melewati entah berapa mobil, aku hanya ingin cepat sampai rumah sakit tempat Tobias ditangani. Menemuinya; mengetahui dia baik-baik saja. Namun apakah dia baik-baik saja?Pertanyaan itu sungguh mengganggu, sayangnya saat menelepon tadi, Elian tidak menceritakan apa-apa, dia hanya memintaku cepat ke sana. Aku hanya bisa berharap tidak ada hal buruk yang terjadi padanya, oh Tuhan ... aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau sampai terjadi sesuatu dengannya.Saat harus berhenti ka

  • Young Summer   Chapter 26 Incredibly Bad News

    Begitu yakin dengan kehamilanku, aku mengambil keputusan yang sama sekali tidak pernah aku rencanakan. Resign.Ya, aku memutuskan akan meninggalkan California, pergi ke pinggiran kota dan menetap di sana selama beberapa waktu. Kurasa tabunganku sudah cukup untuk hidup berdua dengan anakku sampai beberapa tahun, setelah itu aku bisa kembali bekerja.“Coba pikirkan sekali lagi, Em.” Baxter terlihat enggan melepasku. “Ambillah cuti, pergi berlibur dan kemudian kembali ke sini, aku membutuhkanmu.”“Terima kasih, Bob. Tapi aku hanya ingin resign,” sahutku mantap.Baxter menghela napas. “Kalau kau punya masalah, ceritakan padaku. Kau tahu aku selalu bisa diandalkan, bukan?”“Aku tahu, kau salah satu yang terbaik, Bobbie,” aku berkata tulus.“Bagaimana dengan liputanmu? Kau berjanji akan memberiku berita spektakuler.”Aku terdiam, ucapan Baxter menginga

  • Young Summer   Chapter 25 Fuckin' Mess

    Entah berapa lama aku menangis dalam pelukannya, selama itu Tobias terus mendekapku dengan lembut, membelai rambutku, dan sesekali mengecup puncak kepalaku. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir Tobias, dia hanya melakukan hal tersebut, terus menerus, sampai akhirnya tanpa sadar aku tertidur.Saat terbangun, aku masih berada dalam pelukan Tobias. Akan tetapi dengkuran halus yang kudengar memberitahuku jika pria itu sudah terlelap. Kulepaskan dekapan tangannya dengan hati-hati, lalu beranjak turun dari tempat tidur.Kupandangi wajah pria yang beberapa bulan terakhir mengisi kehidupanku, yang sudah memoles ruang abu-abuku dengan keceriaan aneka warna, mengajarkanku tentang pengorbanan dan cinta tanpa batasan.Dadaku terasa sesak, meski kebersamaan kami hanya semusim, tapi begitu banyak yang telah kami lewati. Setiap detik yang kulalui bersamanya adalah waktu yang paling berharga, yang tidak akan pernah aku lupakan.Aku membereskan barang-barangku tanpa

  • Young Summer   Chapter 24 I Ain't Want To

    “Kekasih Anda pasti mempunyai alasan kenapa tidak berkata jujur pada Anda,” kata Sam menghiburku.Aku tersenyum masam.“Aku punya sesuatu yang mungkin akan sedikit mengobati rasa kecewamu, Miss.” Sam keluar dari balik meja bar dan menuju meja kerjanya, lalu mengambil sesuatu dari laci. Setelah itu dia langsung kembali.Dia mendorong selembar tiket yang ia letakkan di atas meja ke hadapanku. “Malam ini pacar Anda bertarung. Saya membeli tiket karena ingin menonton dia, tapi mendadak istri dan putri saya pergi ke rumah orangtua istri saya, jadi saya harus menunggu pub. Bayar seharga saya beli saja, 247 dolar. Tolong uang kes.”Tanpa banyak bicara aku mengeluarkan dompetku dan menguras isinya, meletakkan 12 lembar uang kertas 20 dolar dan satu lembar 10 dolar ke atas meja. Untungnya aku baru mengambil uang tunai di ATM tadi.Aku meraih tiket dan langsung pergi meninggalkan pub.Langkahku gontai saat menyusuri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status