Langit begitu biru, cerah tak berawan. Tawa anak kecil yang bermain dan tawar menawar antar pedagang dan pembeli, cukup meramaikan suasana desa yang cantik penuh bunga.
"Selamat pagi" sapa seorang pria yang mengendarai sepedahnya dengan sekantung roti panas di keranjang sepedahnya.
"Selamat pagi" jawab beberapa pria yang lebih tua darinya.
"Selamat pagi semua" sapa pria yang sama kepada segerombolan wanita paruh baya.
"Selamat pagi"
Pria itu menghentikan sepedahnya tepat di depan sebuah kedai roti milik wanita berumur 45 tahun yang memiliki 1 anak perempuan berumur 15 tahun dan 1 anak laki-laki berumur 9 tahun.
"Pagi bibi"
"Selamat pagi Lord Cyrus"
"Tolong jangan panggil aku seperti itu, atau seluruh penduduk desa akan tahu siapa aku sesungguhnya"
Wanita tersebut tersenyum lebar seraya mengambil kantung kertas dari tangan pria bernama Cyrus.
"Bagaimana bisa seorang pangeran menjual kue?" sindir sang wanita.
"Bibi Selene, kenapa kau selalu mempertanyakan hal yang sudah tahu jawabannya?" Pria bernama Cyrus mengambil buah apel dari atas meja makan dan mulai memakannya.
"Kapan kakak Cyrus membawa ku ke tempat tinggal kakak?" tanya seorang gadis yang baru kembali setelah memetik beberapa bunga.
"Amaris, kapan kau memberikan kakak mu ini hasil dari ujian mu kemarin?"
Gadis bernama Amaris itu memutar matanya di hadapan Cyrus.
"Hei, kau.. Apa yang baru saja aku lihat?"
"Menurut kakak apa?" Amaris pergi meninggalkan Cyrus.
"Luar biasa, bagaimana bisa anak sekecil dirimu melakukan hal ini kepada orang tua? Hei nak, kembalilah"
"Sudahlah Cyrus, apa yang kau inginkan dari gadis berumur 15 tahun?" ujar bibi Selene sembari meletakkan secangkir teh panas di hadapan Cyrus. "Apa ayah mu tidak pernah tahu kalau kau sering keluar istana?"
"Tidak mungkin tidak tahu" Cyrus menunjuk pria yang berdiri di dekat jendela kedai bibi Selene. "Sejak tadi ia mengikuti ku, bukankah sudah jelas siapa orang itu?"
Bibi Selene tertawa lepas. "Begitu merepotkan"
"Aku pulang"
"Oh Konan, kau baru kembali?"
"Kak Cyrus? Sejak kapan kakak ada di sini?"
"Sudah dari tadi, dan sekarang kakak akan pamit pulang sebelum banyak orang yang datang kemari"
"Bagaimana dengan wanita mu itu? Siapa namanya? Hmm.." bibi Selena mencoba mengingat nama kekasih Cyrus.
"Valerie" Cyrus mengingatkan.
"Ya, bagaimana hubungan mu dengannya?"
Dengan senyuman manis Cyrus mengeluarkan cincin berbentuk bunga dari kantung celananya.
"Ya Tuhan, kau.. Kau akan melamarnya?" tanya bibi Selene dengan bahagia.
"Ya, doakan agar dia menerimaku"
"Sudah pasti dia akan menerimanya, bagaimanapun kalian sudah lama menjalin hubungan, tapi... Bagaimana dengan ayah mu? Apa beliau akan menerimanya?"
"Aku akan menjelaskannya perlahan-lahan. Ayah pasti mengerti" Cyrus yang merasa tidak dapat membuang waktu lebih lama lagi, akhirnya pergi dari kedai itu dan membawa sepedahnya jauh menaiki bukit.
Kembali ia keluarkan cincin yang telah ia persiapkan jauh-jauh hari. "Semoga saja ia senang mendengarnya. Jika ia menerima lamaran ku, maka aku akan.." mata Cyrus terbelalak melihat kejadian di depan matanya. "Tidak mungkin..."
To Be Continued
5 tahun berlalu sejak terakhir kalinya Cyrus hidup sebagai manusia normal di mana hanya ada cinta dan kebahagiaan di sekitarnya, tapi setelah satu-satunya alasan kebahagiaannya di renggut, kini Cyrus di juluki sebagai pria haus darah. Selama 5 tahun Cyrus terus berkelana, mencoba memperluas wilayah kekuasaan kerajaannya baik dengan cara berdialog maupun berperang. Tiada hentinya pedang Cyrus di lumuri darah musuh yang menentang dan meremehkannya. Bahkan sekarang nama Cyrus sudah di kenal di seluruh kerajaan sebagai pria tanpa ampun yang akan menghabisi siapa saja yang menghalangi jalannya. "Salam sejahtera, duke Cyrus" Cyrus yang tengah mengasah pedangnya menoleh sejenak. "Ada apa?" "Emperor memanggil anda untuk kembali ke istana" Cyrus menghela nafas berat. "Ada apa?" "Emperor tidak memberitahu secara rinci, hanya saja meminta saya untuk menyampaikan pesan ini ke duke Cyrus" Di letakkannya pedang itu di atas meja panjang
CYRUS POVKu pijat kepala ku yang terasa begitu berat hingga rasanya ingin ku copot dan di letakkan di salah satu meja di dalam kamar ku ini. Bahkan rasanya semakin menjadi ketika Reyden terus mengoceh tentang keinginan ku. Jika tahu akan berakhir seperti ini, aku memilih untuk tidak memberitahunya dan langsung saja bertindak."Dengar, keinginan mu ini tidak mungkin aku setujui. Meskipun kau melakukannya di belakang ku, maka akan ku gagalkan bagaimana pun caranya""Rayden, dengar. Ini bukan permintaan dimana kau harus membunuh salah satu pendeta di kerajaan ini, atau permintaan untuk membakar seisi kota. Aku hanya meminta kepada mu untuk membatalkan penobatan ku, katakan saja kepada para pendeta itu kalau keadaan ku sedang tidak stabil karena di bawah pengaruh alkohol. Bukankah itu cara terbaik untuk membatalkan penobatan?"Gelengan kepalanya membuat ku semakin kesal. "Itu berbohong namanya. Bukankah kita di ajari pendidikan yang sama, di
CYRUS POV "Kau masih hidup?" tanyaku seraya bangkit dari duduk dengan tatapan penuh kebencian ke arahnya. "Selama kau hidup, bagaimana aku bisa mati? Kau adalah jiwaku" Sebuah senyuman kecut ku tunjukkan kepadanya. "Jiwa mu yang telah kau bunuh dengan tangan mu sendiri Cyrus yang kau kenal sudah mati, maka seharusnya kau juga mati bersamanya" Dia tidak membalas perkataan ku, hanya senyuman tanpa rasa malu sedikitpun. "Pergilah, aku tidak ingin melihat mu di sini" Tidak merasa tersinggung karena telah mengusirnya, ia malah pergi dengan suka rela dan sempat-sempatnya ia tersenyum penuh kebahagiaan di hadapan ku. Untuk memastikan kalau ini bukan khayalan kepalaku, dengan perasaan penuh amarah ku raih dokumen yang sudah di tandatangani olehnya. Dan benar saja, namanya tercantum di bawah tanda tangannya. "Argh!" ku lempar kertas itu agar namanya menjauh dari diriku. Kenapa ia harus kembali? Ken
CYRUS POV"Kau begitu lihai dalam melakukannya. Sudah berapa lama kau melatih keahlian mu ini?" tanyaku yang berada di atasnya dengan pandangan lurus ke sepasang mata coklat yang kini menatap ku ketakutan. "Kenapa Saphire? Kau menatapku dengan ketakutan seperti itu. Apa kau berpikir aku akan mencoba membunuh mu?""Maafkan saya the emperor, saya sama sekali tidak bermaksud seperti itu. M-mereka meminta saya melakukannya""Siapa?""Segerombolan orang dengan pakaian mewah. Mereka menyebut diri mereka sebagai pembela negeri sebrang"Rasanya aku pernah mendengarnya. Dimana kira-kira aku mendengar nama kelompok itu?"Tolong lepaskan saya the emperor, tolong" dari matanya keluar air mata yang memohon kepada ku agar mau melepas ikatan tangan dan kakinya."Kenapa aku harus melepaskan mu?" ku dekatkan belati yang ku bawa ke wajahnya. "Aku lebih senang menghabisi mu dan mendengar mu memohon ampun kepada ku"Air mata
CYRUS POVTok tok tok"Masuk" jawab ku dingin karena aku sudah tahu siapa orang di balik pintu itu."Emperor memanggil saya?"Aku menatapnya tajam. "Wah Valerie, wah. Jika aku tidak mengenal mu maka aku tidak akan segera mengetahui niat busuk mu masuk kedalam castle ini" wanita yang ku benci itu menatap ku dengan bingung. "Kau tidak perlu berpura-pura bingung seperti itu Valerie, kini aku tahu segalanya""Sebenarnya apa yang-"Ku cengkram rahangnya hingga wajahnya seketika memerah menahan sakit."Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan saat fajar tadi? Katakan kepadaku, untuk apa kau bersembunyi-sembunyi menemui orang dari luar castle? Bahkan dengan lancangnya kau membiarkan orang itu masuk ke taman di castle ku ini dan berbicara dengannya dari balik pohon besar tempat aku di serang kemarin""A-apa yang emperor katakan? Aku tidak melakukan apapun" ujarnya.Cengkraman ku yang semakin erat membuat wa
VALERIE POV Hari dimana penobatan terjadi adalah hal yang cukup menegangkan bagiku. Jika kau tanya mengapa, maka jawabannya karena aku kembali muncul di hadapan mantan kekasih ku setelah 5 tahun berlalu, atau lebih tepatnya.. Setelah aku menghancurkan hatinya. Ku langkahkan kaki melewati gerbang yang terbuka lebar di saat kerumunan orang masuk begitu saja tanpa pengawasan ketat. Rasanya aku ingin mempercepat langkah ku, tapi tidak mungkin dengan banyaknya orang yang melewati gerbang bersamaku. Mataku masih tidak dapat lepas dari sosok pria tinggi bertubuh besar dengan rompi kulitnya dan celana berwarna senada dengan kaus yang ia kenakan -putih-. Sejak awal aku mendengar percakapannya dengan seseorang dari balik kegelapan, dari sana aku memiliki firasat bahwa dia akan membawa nasib buruk pada emperor yang baru. Hingga akhirnya kami berhenti melangkah dengan jarak 2 meter di antara kami. Apa maunya? Kenapa dia mencob
CYRUS POVDengan cepat ku lahap kue terenak yang pernah ku makan, tapi sangat disayangkan karena aku harus segera pergi dari toko kue bibi Selene.FLASHBACK"Aku melihat kakak di kedai mengerikan malam itu dan-""Mau apa kau kesana?" anak sekecil dia untuk apa datang ke kedai semacam itu? Apa dia tidak tahu kalau isinya orang jahat semua?"Dengarkan aku dulu. Aku kesana untuk mengirimkan pesanan pemilik kedai, bahkan aku tidak masuk ke dalam kedai. Kami bertemu di tepi jalan""Tapi tetap saja, jika kau melihatku masuk kesana berarti kau ada di luar rumah pada larut malam seperti itu? Kau ini seorang wanita, jadi jangan sembarangan pergi di tengah malam" omel ku membuatnya mengeluarkan ekspresi kesal."Jadi kakak mau mengomeli ku atau mendengar ucapanku? Pilihlah salah satu. Jika kakak mau mengomeli ku lebih baik aku pergi untuk mengantarkan pesanan lainnya, tapi kalau mau mendengarkan perk
CYRUS POVTiada kusangka, dia sungguh tangguh. Kekuatannya bagaikan 1000 prajurit. Apa mungkin dia mantan prajurit di negara lain?"Hei, bagaimana kau bisa setangguh ini? Apa kau mantan prajurit istana?" tanyaku kepada pria di sampingku dengan wajah penuh memar bahkan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar akibat pukulan ku."Aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawabnya""Sombong sekali" geram ku sembari melirik sinis ke arahnya. "Jika aku tidak menahan diri maka kau sudah ku bunuh sekarang juga""Akan lebih baik jika aku mati sekarang daripada harus di perintah orang sepertimu""Ish pria tua ini" dengan cepat aku duduk di perutnya dan ku raih pisau yang tadi sempat terlempar dari tanganku. "Aku akan mengabulkan permintaan terakhir mu"Ku ayukan pisau itu dan..******Huft, apa aku semakin tua atau memang dia begitu kuat? Demi tuhan, ku rasakan sakit di sekujur tubuh ku akibat pukulan yang dia berikan