Home / Romansa / Zombieing / Bab 3. The Name I Hate

Share

Bab 3. The Name I Hate

Author: nadiinath
last update Last Updated: 2022-04-07 09:54:20

Tell your name if you want make my heart hurt again.

~

Senin

Hari yang paling dibenci beberapa orang, termasuk dirinya. Bukan karena hari ini penuh kesialan, bukan. Tapi karena hari liburnya sudah berakhir dan harus kembali bekerja bak orang kesetanan.

Bayangan tentang kejadian sabtu pagi membuat Naira meringis pelan. Bahkan rasanya ia tidak punya muka untuk bertemu dengan Bos beserta adiknya itu.

[Flashback on]

Karena masih terlalu nyaman, Naira pun semakin mengeratkan guling di tangan dan kakinya. Entah kenapa rasanya sangat hangat. Tapi sebentar, kenapa guling ini keras sekali?

Naira mengernyitkan dahi begitu membuka matanya. Ia mengucek mata beberapa kali kemudian terdiam sesaat. Apa ini yang ada didepannya. Sepertinya kulit manusia. 

Hah? Kulit manusia?

Tidak, tidak. Pasti ia sedang mimpi. Iya benar. Pasti otaknya masih konslet karena baru bangun tidur. Merasakan sesuatu yang keras dan menusuk bagian bawahnya membuat tubuh Naira tegang.

Shit

Sekarang ia yakin, bahwa sekarang yang berada di pelukannya benar-benar manusia. Dan lebih parahnya dia berspesies laki-laki. Dasar Naira bodoh, bodoh.

"Yan, berkas yang kema... APA-APAAN KALIAN INI?"

Dengan gesit, Naira langsung melepas pelukannya dan melompat dari kasur. Wajah garang yang ditampilkan Demi langsung membuat wajah Naira berubah pucat. Gawat.

Ia hampir tidak bisa bernafas melihat sosok pria yang ia jadikan guling tadi. Naira ingat betul bahwa pria itu adalah... Gila, bisa-bisanya ia tidur bersama adik sang bos.

"Bisa jelasin kenapa kalian bisa sekamar? Dan Bian, kemana perginya baju kamu itu?"

Naira meringis saat menyadari bahwa pria bernama Bian itu hanya memakai boxer abu-abu tanpa atasan. Dan parahnya, ia melihat jelas adanya sesuatu yang menggembung di balik boxer itu.

Heh Naira, apa yang kau pikirkan di saat genting seperti ini? 

"E-enggak gitu bang. Kita cuma tidur ngga lebih. Benar kan Nai?"

Eh

Apa? Nai? Pria itu tau namanya? Sebentar sebentar, sepertinya ada yang janggal. Ia ingat betul bahwa nama pria yang tidur dengannya tadi adalah Bian. Apa dia Bian yang itu? Ah tapi kan namanya pasaran.

"Kamu pulang aja Nai. Saya uda nyuruh pak Joko buat nganterin kamu. Beliau uda nunggu di lobi" ucap Demi datar dengan mata yang tetap menatap pada Bian.

"I-iya pak. Te-terima kasih. Saya permisi" ucap Naira kemudian langsung berlari keluar kamar hotel itu. Ia merutuki nasib sialnya yang begitu memalukan.

[Flashback off]

"Aaaaaah"

Naira mengacak-acak rambutnya kasar. Huwaaah Mama, bagaimana ini? Harus apa ia saat menghadapi Demi nanti?

Ngomong-ngomong soal Demi, bosnya itu sudah memberi pengumuman pada seluruh karyawan untuk datang ke kantor satu jam lebih awal. Dia ingin mengenalkan sang adik yang merupakan CEO baru perusahaan Nusa cabang Indonesia.

Adik? CEO?

Oh my god. Berarti saat itu, ia tidur dengan CEO perusahaan tempatnya bekerja? Seriously? Mati mati. Tamat sudah riwayatmu Nai.

Wait a minute. Sepertinya ada yang aneh. Kenapa ia bisa tidur dengan adiknya bos malam itu? Naira ingat betul bahwa ia masih ada di meeting room. Jadi...

Wah, tidak bisa dibiarkan. Ini pelecehan namanya. Bisa-bisanya pria itu menjebak Naira untuk tidur sekamar. Awas saja, ia akan balas dendam nanti.

Ah tidak jadi. Naira lupa bahwa Bian adalah bos barunya, hiks.

Entahlah, nanti saja ia memikirkan hal rumit itu. Sekarang ia harus segera mandi dan berangkat ke kantor. Naira lupa kalau hari ini ada meeting untuk membahas pembukaan resort.

Hari ini perusahaan sangat ramai. Bahkan di depan perusahaan banyak kiriman papan bunga yang mengucapkan selamat atas CEO baru yang bernama...

Ya ampun, bisa-bisanya ia lupa kalau sudah telat. Salahnya memang yang bodoh kuadrat. Ia lupa tidak memesan ojol padahal sudah membuka aplikasinya. 15 menit sudah ia tadi menunggu dan ojol tak kunjung datang.

Ya iyalah, kalo tidak pesan bagaimana ojol bisa tau kalo ia butuh tumpangan. Bego kan?

Setelah menggunakan seluruh tenaganya untuk sampai ke hall yang terletak di lantai 8, akhirnya Naira bisa duduk tenang. Huft. Untung saja tidak ada yang menyadari kedatangannya yang telat ini.

Ah Naira butuh air. Air dimana air? Duuuh kenapa ia seperti berada di gurun sih. Melihat jajaran botol air mineral di meja panjang tepat di samping pintu membuat mata Naira berbinar. Ia pun segara bangkit dan meneguk kesegaran itu.

"Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Saya Fabian Vero Dirgantara, terima kasih atas sambutannya"

Byuuur

Apa? Siapa? Ah Naira dimana? Ok cukup. Inhale, exhale, inhale, exhale, huuuuuh. Tenang Nai, mungkin telingamu tadi sedang error.

Ta-tapi, ia jelas mendengar bahwa pria yang sedang turun dari podium itu mengatakan nama kramat yang haram disebut. Ehm, tepatnya haram didengar oleh Naira. Ok mari kita positif thingking saja. Nama dia kan memang pasaran.

Setelah acara penyambutan CEO baru selesai, semuanya pun langsung bergegas untuk absen. Begitupun Naira. Ia berjalan cepat menyalip beberapa orang di depannya. Dan,

Tiit

Yes. Jika bukan karena ada penyambutan, pasti ia sudah telat. Syukurlah. Dengan langkah lemas, Naira duduk di kubikel yang terletak tepat di depan pintu CEO. Duh, kok ia jadi deg-degan begini.

"Gila sih, hot banget CEO baru kita"

"Iya mbak, duuh rahimku jadi basah"

Uhuk uhuk

Rahim basah? Oh my god. Kenapa frontal sekali ucapan Wilona itu. Kalau sampai terdengar oleh objek ghibah kan berabe. Duuuh, bisa tercemar otak polosnya gara-gara sering mendengar ucapan nyeleneh Wilona.

"Tapi gue denger dari anak keuangan, katanya CEO baru itu macem iblis. Cuma katanya sih"

"Iblis? Mana ada iblis ganteng"

"Serius ege. Weekend kemaren divisi keuangan kagak libur. Malah dapet amukan dari CEO baru"

Naira semakin menajamkan telinganya mendengar gosip yang tengah hangat diperbincangkan itu. Sebenenarnya ia sudah mendengar hal tersebut saat di hall tadi. Tapi karena suasana yang ramai, ia jadi tidak bisa mendengar dengan jelas.

Bunyi lift yang terdengar, membuat semua karyawan lari keteteran. Pasalnya bunyi itu berasal dari lift khusus untuk petinggi. Duh, kenapa Naira jadi mules begini.

"Ayo ayo kumpul dulu" ucap Demi dengan senyum cerah yang terlukis di wajahnya.

Mau tak mau semua karyawan pun menuju ke sumber suara, termasuk Naira. Melihat sosok pria yang menatap lekat ke arahnya, membuat nafas Naira sesak. Astaga, kemana perginya semua oksigen di bumi ini?

Demi mulai mengucapkan beberapa kalimat panjang yang entah ia tidak bisa mencernanya. Fokus Naira pecah karena pandangan pria itu yang seolah mengincar nyawanya.

"Terima kasih untuk semua kerja keras kalian. Saya pamit dulu dan selamat menjalankan tugas" tutup Demi kemudian menjabat tangan satu per satu karyawan yang bekerja satu lantai dengan CEO.

Jika ia bukan laki, pasti demi sudah menangis sejak tadi. Bukan, bukan karena cengeng. Tapi kebersamaan mereka dari awal perusahaan ini dibangun sangatlah berkesan. Rasanya ia tidak mau berpisah dengan mereka.

"Pak, jangan lupa sama kita ya. Hiks. Sering-sering maen kesini"

"Iya pak. Duh, ngga ada lagi dong yang suka ingetin makan siang"

Demi hanya tertawa mendengar ocehan para karyawannya. Setelah semuanya kondusif, ia pun segera pamit karena harus ke hotel dulu sebelum terbang ke London.

Naira sendiri masih sesenggukan. Ia tidak rela jika Demi harus pergi secepat ini. Beliau adalah sosok yang membuatnya bisa sampai di titik sekarang. Bahkan Demi selalu sabar dengan tingkahnya yang ceroboh dan teledor. Good bye my good boss.

"Sudah cukup drama nangis bombaynya. Silahkan kembali ke meja masing-masing dan mulai bekerja. Ingat, deadline laporan yang sudah ditetapkan oleh pak Demi tidak boleh di undur. Dan untuk kamu, ke ruangan saya sekarang juga"

Brak

"Anjir. Baru juga kenal uda maen banting pintu aja"

"Kayaknya bener kata anak keuangan, CEO baru kita emang iblis. Hiks"

Naira ingin menangis kencang rasanya. Apalagi saat pria itu dengan seenak jidat menyuruh dirinya untuk masuk ke kandang macan. Adakah yang bisa membawanya pergi dari sini?

"NAIRA, APA KAMU TIDAK DENGAR PERINTAH SAYA?"

"Buruan Nai, makin ngamuk ntar"

"Eh eh Nai, nitip berkas dari pak Wayan. Cukup lo yang kena sembur, gue ogah" ucap Wilona sambil menyodorkan map bewarna hitam.

Karena tidak ingin mendapat amukan di pagi hari senin yang cerah ini, Naira pun segera menuruti kemauan CEO baru itu. Ehm, apa kita ganti saja namanya dengan iblis? Ups.

Tok tok tok

"Masuk"

Setelah menghembuskan nafas pelan, Naira memutar gagang pintu dan masuk ke ruangan tersebut. Ok tenang Nai, ruangan ini tetap sama. Bahkan dekorasinya tidak berubah satupun. Tapi kenapa hawanya jadi negatif begini?

Deg

Mata Naira langsung melotot melihat ukiran nama kramat yang tidak pernah ingin ia baca selamanya. Dan apa sekarang? Pria pemilik nama itu kini malah menatapnya intens dengan tatapan yang sulit diartikan. Tubuh Naira terasa panas sekarang.

”Gimana? Sudah ingat siapa saya?"

Wajah itu, suara itu, dan tatapan itu. Iya, Naira ingat sekarang. Ia ingat siapa pria yang tengah menatapnya itu. Dan ia juga ingat bagaimana pria itu meninggalkannya dulu. Naira ingat semua tentangnya.

"Jawab Nai. Saya bukan cenayang yang bisa baca pikiran kamu"

"Maaf pak, kalau tidak ada hal penting saya permisi dulu" ucap Naira menghindar. Matanya sudah berkaca-kaca karena dadanya yang begitu sesak.

"Apa menurutmu saya tidak lagi penting?"

Naira menundukkan kepala dalam. Usahanya untuk menahan air mata ternyata sia-sia. Baru mendengar pertanyaan pria itu aja ia sudah tidak kuat.

"Ngga marah karena saya tinggal tiba-tiba? Atau kamu penasaran alasan saya pergi dari hidup kamu? Atau..."

"CUKUP PAK. SAYA DISINI UNTUK BEKERJA. TOLONG PROFESIONAL. KALO BAPAK CUMA MAU BAHAS MASALAH PRIBADI... hiks"

Hancur sudah pertahanan Naira. Tubuhnya sampai bergetar karena dipenuhi emosi. Ia menatap nyalang pria di depannya yang kini entah, Naira tidak tau arti tatapan itu.

"Nai"

"Saya permisi" ucap Naira dan langsung berlari keluar ruangan. Teriakan dari beberapa rekan kerjanya ia hiraukan begitu saja. Ia hanya butuh toilet untuk menenangkan diri.

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Zombieing   Bab 17. Naira dan Selingkuhannya

    Kenapa harus bertemu jika hanya menebarkan garam di atas luka? Takdir sungguh kejam.~"Uda sah? Ha ha ha, halu banget tuh orang"Wajah Bian sontak berubah menjadi cemas. Pikirannya melambung, berusaha mengingat wajah Naira yang terlampau serius saat mengatakan hal itu.Tidak mungkin kan kalau dia sudah menikah. Buktinya status di CV gadis itu masih lajang. Iya benar, gara-gara penasaran, Bian sampai meminta data tersebut pada salah satu karyawan HRD.Yang pasti bukan Hilmi. Bisa gawat kalau pria itu mengadu pada Naira jika dirinya ini kepo dengan asistennya. Iya kalau dia hanya mengadu, kalau sampai menghajarnya bagaimana?Masalahnya, Bian belum tau status diantara mereka, jadi ia tidak boleh gegabah. Naira juga tidak mengatakan dengan siapa dia menjalin hubungan. Bisa jadi dengan Ganendra, Hilmi, atau bahkan dengan pria yang mengantarkan gadis itu ke kantor.Atau jangan-jangan dia madih berhubungan dengan pria sewaktu SMA itu?Ah entahlah, ia jadi pusing."Woy ngelamun aja. Mikirin

  • Zombieing   Bab 16. Tukang Nyindir

    Jika tukang bangunan menghasilkan rumah dan gedung, maka tukang nyindir menghasilkan... Ada yang bisa jawab?~Bian meringis pelan saat menerima berkas yang diberikan oleh Tiur. Bagaimana bisa berkas penting ini ada padanya?"Kok ada di kamu?""Gimana pak?"Ia menghembuskan nafas pelan kemudian membuka berkas itu. Benar, ini berkas yang sama dengan yang ia lihat kemarin. Jadi, dimana Tiur menemukannya."Kenapa berkas ini ada di kamu?" Tanya Bian lagi dengan dahi mengernyit bingung."Kan bapak sendiri yang ngasih ke saya kemarin"Hah? Kapan? Kenapa Bian tidak ingat hal itu sama sekali? Sebentar-sebentar, sepertinya Bian mengingat sesuatu.Rasyid memberikan berkas itu tepat saat dirinya selesai meeting. Karena sibuk, ia tanpa sadar memberikan berkas itu pada... Tiur? Oh god, harusnya kan ia memberikan berkas itu pada Naira yang merupakan asistennya. Pantas saja gadis itu ngotot bahwa berkas penting ini tidak ada padanya. Duh, dasar Bian bodoh."Kenapa pak? Saya ngga boleh liat berkas i

  • Zombieing   Bab 15. Bad Day Ever

    Lebih enak mana, bos adalah mantanmu, atau mantan adalah bosmu? Serius nanya.~"Kamu gimana sih? Itu berkas penting Nai""Iya pak, saya juga tau. Tapi saya ngga ngerasa nerima berkas itu" ia sampai menekankan semua kata yang diucapkan.Baru 2 jam ia bekerja, Naira sudah mendapat amukan dari Bian. Berkas dari Rasyid mengenai gaji di hotel Nusa yang diterima langsung oleh Bian menghilang.Entah dimana pria itu menyimpan berkasnya, yang pasti Naira sama sekali tidak merasa menerima berkas itu. Boro-boro menerima, ia melihat saja tidak.Yang jadi masalah, kenapa Bian malah menyalahkannya? Ah pria itu memang suka melemparkan kasus yang ia buat sendiri. Menyebalkan."Meskipun kamu ngga nerima, tapi kan kamu yang beresin meja kerja saya. Jadi otomatis kamu harus bertanggung jawab karena berkas itu hilang"Mampus. Kenapa Naira tidak memikirkan kemungkinan itu? Bisa jadi berkas itu keselip dengan berkas lain. Sebaiknya ia segera mencari berkas itu sebelum mendapat amukan yang lebih parah. Bis

  • Zombieing   Bab 14. Terlatih Dimodusin

    Aku memang sudah melatih tanganku untuk mengendalikan stik drum. Tapi hatimu, aku masih tidak paham bagaimana cara menjinakkannya.~ Tangan dan kaki Bian tidak bisa berhenti bergerak saat Bimo mulai menyanyikan sebuah lagu. Ia sendiri sedang memainkan drum dengan senyuman yang merekah di wajahnya.Sudah lama ia tidak memegang alat musik, apalagi ngeband seperti ini. Ya semoga saja bakatnya masih tersimpan. Jika tidak, bisa malu dirinya karena salah nada.Lagu jadilah legenda yang dinyanyikan oleh SID benar-benar membuat suasana menjadi syahdu. Lirik lagunya yang berisi ungkapan kebanggan untuk negara tercinta itu benar-benar membangkitkan semangat semua orang.Bimo yang kini menjadi vokalis, benar-benar bisa membangun suasana yang meriah. Semua orang yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing, langsung mendekat ke arah panggung.Suaranya yang memang cukup besar dan dalam, terdengar sangat cocok dengan lagu yang ia bawakan. Semangat pria itu yang begitu membara semakin membuat p

  • Zombieing   Bab 13. Ok?

    Naira cantik, siapa yang punya? Tentu saja bapak ibunya, hiks.~Bian menaikkan satu alisnya saat melihat Naira yang menatapnya dengan mata penuh kebencian. Ia jadi bingung, apa salahnya sampai mendapat pelototan seperti itu.Ia disini kan hanya untuk menghadiri acara reuni. Karena ini adalah reuni SMP pertama yang ia ikuti, jadi Bian menjadikan taman hotel perusahaannya untuk lokasi pertemuan.Tak hanya penyedia tempat, ia juga sudah menyuruh para koki hotel untuk menyiapkan beberapa hidangan lezat. Bahkan ia juga memerintah beberapa karyawan untuk membuat panggung. Asal kalian tau, apapun akan Bian lakukan demi Naira. Ya meskipun gadis itu sudah menduakannya. Tapi ia ingin Naira melihat bahwa inilah Bian sekarang. Sudah sukses dengan harta kekayaan yang menggunung.Siapa tau kan gadis itu akan memutuskan pacarnya dan kembali pada Bian. Ia memang mengharapkan itu terjadi. Meskipun ia benci, tapi rasa cintanya lebih besar pada Naira."Ehm maaf, mas siapa ya?" T

  • Zombieing   Bab 12. School Reunion

    Dimanakah tempat aman bagi Naira? Masuk kardus dan dipaketin ke gurun sahara, sampe tidak ya?~Naira menghembuskan nafas pasrah melihat Silla yang heboh membawa sesuatu dan meletakkannya di kamar kost. Niatnya yang ingin langsung tidur sepulang kerja ternyata hanya angan-angan.Selama dirinya masih berteman dengan Silla, itu tandanya hidup Naira tidak akan pernah tenang. Seperti sekarang ini, meskipun ia bilang tidak, pasti dia akan tetap menyeretnya untuk datang ke sebuah acara yang menurutnya tidak penting.Ya Reuni, salah satu hal yang paling dibenci Naira. Jika bukan karena temannya yang heboh meminta dirinya untuk ikut, ia tidak akan sudi datang ke acara itu.Bayangkan saja, siapa sih zaman sekarang yang masih mengadakan reuni SMP. Iya SMP, duh, ia saja hampir lupa dengan masa-masa SMPnya dulu.Setiap tahun reuni itu memang diadakan. Dan Naira yang kelewat malas, tidak pernah datang ke acara itu. Lagian tanpa reuni, mereka juga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status