Share

#7

“Aku antar ke kelas ya” ucap Rey setelah menggandeng tangan Lara, Lara pun terdiam karena bingung harus bereaksi apa.

Are you okay?” tanya Rey, “hem.. gapapa kok, nanti sore bisa antar aku pulang?” tanya Lara mengalihkan perhatian Rey, “bisa dong, sekalian aku ajak kamu ke café baru, kamu pasti suka sama tempatnya” ucap Rey antusias dan Lara hanya bereaksi tersenyum

Perkuliahann Lara berjalan seperti biasanya, hanya saja saat diakhir perkuliahan, wali dosennya memanggil untuk ke ruangannya.

Tokk – tokk – tokk

“Silahkan masuk” ucap wali dosen Lara dari dalam ruangan

“bapa panggil saya?” tanya Lara sopan, “ya Lara, minggu lalu kamu mengirim aplikasi untuk pertukaran pelajar ke Singapura kan?” tanya wali dosen yang akrab dipanggil Pak Indra

“iya pak betul” jawab Lara gugup dan berharap bahwa akan mendapat kabar baik, “begini, saya baru dapat kabar tadi pagi bahwa sayangnya aplikasi kamu ditolak, karena syarat yang tidak terpenuhi dari bagian akademik, juga saya periksa ke bagian prodi bahwa kamu belum mengumpulkan 1 tugas besar yang deadlinenya 2 minggu lagi, jadi saya cukup mengerti mengapa aplikasi kamu ditolak karena komitmen kamu di bagian akademik kurang” jelas Pak Indra panjang

“baik pak, maaf sudah merepotkan” ucap Lara sambil menunduk

“jika kamu seperti ini terus, pertukaran pelajar tidak akan terwujud untuk kamu” lanjut Pak Indra

“baik pak” ucap Lara, “yasudah hanya itu yang saya sampaikan” tutup Pak Indra, “terima kasih pak informasinya, saya izin undur diri” ucap Lara lalu melangkah keluar ruangan wali dosennya itu.

Berita yang Lara dapatkan dari wali dosennya itu membuat suasana hati Lara semakin memburuk, perkara perasaan Rey yang tidak jelas, Beno yang membuatnya ragu dan juga rencana study exchange  yang gagal, terjadi pada saat yang bersamaan. Untuk mengisi kekosongan menunggu mata kuliah selanjutnya Lara berada di sudut kantin sambil menyesap sekotak susu coklat dingin sambil menatap kosong ke arah taman yang tak jauh dari kantin itu di penuhi mahasiswa yang mungkin sedang berdiskusi mengenai tugas-tugasnya. Ada satu sosok yang melambaikan tangan dari arah taman itu dan Lara pun membalas dengan mengangkat tangannya sekilas.

Sosok itu pun mendekati Lara, “woi! Kenapa lo?” ucap nya yang datang bersama salah satu temannya, “galau terus la” ucap teman dari sosok itu.

“lagi ga mood bercanda” ucap  Lara memalingkan wajah dari mereka

“kayanya permasalahannya berat Al”

“kenapa? Si Rey lagi?” tanya sosok yang dipanggil Al itu, dan Lara menjawab “salah satunya”

“ah males, perbucinan ini mah Ki” ucap Al kepada temannya yang ia panggil Ki

“tapi, asli kalian tuh sebenernya mirip” ucap Ki tiba-tiba, “mirip gimana?” tanya Lara malas

“ya, mirip kaya ade kakak. Awalnya juga gue kira kalian sodaraan, soalnya sifat sama mukanya juga mirip” jelasnya, “males dimiripin si Al” ucap Lara acuh

“eh bener La, kenapa? Soalnya si Rey baik-baik aja ke gue, malah ngajak nongkrong nanti sore” ucap Al

“loh? Diajak juga? Kirain mau ngajak nge-date” ucap Lara kecewa, “ya gue gausah dateng aja, problem solved” ucap Al sepele

it’s not simple as you think” balas Lara

“berat kalau udah pake Bahasa enggrees” ucap Ki lalu pergi meninggalkan Al dan Lara berdua

Al mendekati Lara dengan raut wajah yang lebih serius, membuat Lara sedikit memundurkan diri. Al menatap Lara tajam beberapa saat lalu mulai berbicara.

study exchange?” tanya Al dan Lara balas mengangguk, “gue tahu, lo gausah jelasin juga gue ngerti” lanjut Al

“saran gue ya, coba lagi, coba terus sampe lo dapet apa yang lo mau” ucap Al menenangkan, “udah gagal dua kali, gue—“ ucap Lara terpotong, “Thomas Alva Edison aja seribu kali baru berhasil La, masa lo baru dua kali aja udah mau nyerah?” tanya Al menyemangati, “but I’m not him” lirih Lara

“gue cuma bisa bantu nyemangatin dan ngasih saran, sisanya terserah lo mau berbuat apa” jelas Al agar sahabatnya itu tidak merasa tertekan

“gue gatau harus gimana soal exchange, let me think” ucap Lara lalu menyesap kembali susu di dalam kotak itu yang belum habis

refreshing dulu aja, ngopi bareng si Rey” ucap Al, “lo ikut dong” ajak Lara, “gue nyusul kalo rapat BEM beres cepet” jawab Al dan Lara jawab mengangguk, “yaudah gue balik rapat dulu” ucap Al lalu kembali ke taman yang sudah terdapat kumpulan pengurus BEM dilihat dari kemeja yang mereka pakai seragam itu.

Tak lama setelah itu, Lara pergi ke kelas untuk mata kuliah selanjutnya dan berlanjut sampai matahari sudah berwarna oranye. Setelah Lara keluar dari kelasnya dan berjalan menuju gerbang belakang kampus, Rey menghampirinya dengan sepeda motor.

“yuk?” ajak Rey lalu Lara menaiki sepeda motornya, “aku lupa ga bawa helm dua, gapapa ya gapake helm?” ucap Rey di tengah perjalanan, “gapapa” jawab Lara sedikit teriak

Tak lama mereka sampai di sebuah café yang memiliki vibes seperti di dunia harry potter.

“Bagus banget Rey” ucap Lara kagum, lalu Rey tersenyum dan menarik tangan Lara untuk memasuki café tersebut.

Mereka memesan dua gelas butter beer dan beberapa keping cookies cokelat.

Rey mengelap busa-busa pada bibir Lara dengan tisu, “hari ini kamu kelihatan murung, ada apa” ucap Rey

“Gapapa” jawab Lara, “soal kita yang waktu itu?” tanya Rey lagi, “salah satunya” jawab Lara

“La, aku gamau jadi beban kamu. Aku ga bisa kasih status karna beberapa hal” jelas Rey, “apa Rey? Jelasin” tuntut Lara

“Aku.. gabisa” ucap Rey berat

“Aku ga pernah jadi bagian hidup kamu kan Rey, kamu ga pernah bisa cerita ke aku itu kenapa?” ucap Lara tertekan

“karena aku tahu, that’s not right” jawab Rey

“oke, kita jangan bahas hal itu dulu, aku gamau kalau setiap ketemu kita selalu berantem” ucap Lara mengalah

“Maaf ya La” ucap Rey sambil menggenggam tangan Lara, “it’s okay, aku gamau paksa kamu” ucap Lara

Al pun tak lama datang menyusul mereka dengan membawa beberapa buku bacaan tebal yang tidak berhubungan dengan jurusannya.

sorry, baru dateng” ucap Al sambil duduk

“ini buat apaan Al?” tanya Lara heran

“oh.. ini titipan Rey, gue pinjem dari kating fk yang satu BEM” jelas Al

“Thank you ya” ucap Rey, “bentar, ini bukannya buku yang sama yang kamu bawa tadi pagi kan?” tanya Lara sambil memegang salah satu buku yang dibawa Al tadi

“Beda kok, kamu salah inget kali, masa aku minjem buku yang sama” ucap Rey terkekeh lalu mengambil buku yang dipegang Lara, “ya lo mana tahu yang begituan” ucap Al jahil lalu Lara mendesis kesal

“mau pesen apa Al? Aku pesenin” tawar Rey, “samain aja kaya kalian” ucap Al, “oke bentar, aku pesen dulu” ucap Rey lalu beranjak pergi

“Lo naik motor tadi? Pake helm ga?” tanya Al, “engga, Rey ga bawa helm katanya” jawab Lara

“ini helm yang biasa lo pake bukan?” tanya Al dan Lara balas mengangguk  “kok bisa ada di lo?” tanya Lara, “tadi helm gue dipinjem sama anak BEM terus dia ketabrak and you know lah, helm gue ancur dan dia juga dirawat di rs sekarang, jadi gue pinjem ke Rey, ya gue kira dia bawa mobil makanya ngasih pinjem” jelas Al dan Lara terdiam, “lo pake aja helmnya, gue gapake helm juga gapapa” ucap Al karena merasa tidak enak kepada Lara

“santai aja, lo lebih butuh, pake aja” ucap Lara santai, lalu Rey datang dengan membawa segelas butter beer dan beberapa makanan untuk Al

“Nih, atas ucapan terima kasih aku karena udah minjemin bukunya” ucap Rey lalu tersenyum ke arah Al, “wih! Banyak banget, thank you Rey!” ucap Al senang

“emangnya buat apa bukunya?” tanya Lara penasaran

“sebulan lagi aku ada ujian blok, aku mau persiapin ujiannya dari sekarang, makanya nyari referensi buku dari kating” jelas Rey lalu mengambil tisu dan menyodorkan kepada Al, “itu belepotan” lanjut ucap Rey dan Al mengambil tisu tersebut untuk mengelap bibirnya, “oiya Al, nanti aku kembaliin sesudah ujian ya” ucap Rey lagi

“Aku mau ke toilet dulu ya” ucap Lara lalu keduanya mengangguk

●●●

“Sadar Ra, pikiran lo aneh banget” ucap Lara sambil menatap pantulan dirinya dicermin kemudian mencuci tangannya dan kembali.

“mau pulang sekarang?” tanya Rey, “boleh” jawab Lara

“Aku pulang duluan ya Al, kesian Lara  kemaleman” ucap Rey sambil menepuk bahu Al

“gue balik ya” ucap Lara, “kabarin kalau udah nyampe” titah Al dan Lara balas mengangguk

Rey dan Lara sampai di rumah kakek tepat pukul sebelas malam. Terdapat Beno berada di kursi teras terduduk dan menatap ke arah Lara dan Rey yang baru datang.

“Itu siapa La?” tanya Rey karena tidak mengenal sosok itu, “kakak” jawab Lara singkat karena Beno menghampiri mereka berdua

“Ga pake helm?” tanya Beno dan keduanya terdiam

“Ra, masuk” titah Beno tegas, “tapi mas—” ucap Lara terpotong karena melihat wajah Beno yang datar

“A—ku masuk ya, kamu hati-hati, kabarin kalau udah nyampe” ucap Lara lalu berjalan memasuki rumah kakek

Lara mengintip Beno dan Rey yang sedang berbincang, entah mengenai apa dari dalam rumah melalui jendela. Raut wajah Beno tadi membuat Lara berpikiran bahwa Rey dan dirinya dalam bahaya besar. Mungkin saja Lara akan dimarahi karena pulang larut atau karena tidak memakai helm atau karena keduanya. Perbincangan Rey dan Beno cukup singkat, karena tak lama dari itu Rey pergi meninggalkan rumahnya.

Beno membuka pintu, mendapati bahwa Lara berada di jendela samping pintu utama.

“dia orangnya Ra?” tanya Beno tiba-tiba dan Lara balas mengangguk

“yaudah kamu bersih-bersih dulu, saya tunggu di kamar” ucap Beno tenang lalu berjalan menuju kamar Lara

Sikap Beno tadi tidak dapat Lara tebak. Lara pun sudah membersihkan diri lalu pergi memasuki kamarnya.

“Ya Allah!” ucap Lara kaget melihat Beno terduduk di sisi kasur menghadap pintu kamar dengan tangan yang dilipat di depan dada.

“Ada apa mas?” tanya Lara sambil berjalan menuju meja riasnya untuk menyisir rambut.

“saya rasa Rey itu cukup baik” ucap Beno tiba-tiba, “kok tahu namanya?” tanya Lara, “tadi kenalan” jawab Beno singkat, “oh yaudah, kirain ngomongin apa” ucap Lara lalu mengambil posisi untuk tidur begitu juga Beno

“Ra” panggil Beno kepada Lara yang tidur memunggunginya

“hem” jawab Lara dengan mata tertutup

“saya boleh tidur sambil meluk kamu?” tanya Beno dan tanpa menjawab Lara langsung mengubah posisinya menjadi memeluk Beno, “tumben tidak protes” ucap Beno jahil, “ngantuk” jawab Lara singkat

“tapi mas, kenapa minta peluk? Biasanya juga engga” ucap Lara ditengah Beno mengusap pelan punggung Lara, “karena kelihatannya yang kamu butuhkan sekarang hanya pelukan Ra” ucap Beno dan Lara pun tersenyum

“Mas, kalau saya nyerah sama ambisi saya gimana?” Tanya Lara

“tapi sudah kamu coba?” tanya Beno balik, “dua kali dan gagal” jawab Lara, “ya kalau saya jadi kamu, saya berpikir bahwa yang penting sudah dicoba dan kalau akhirnya nyerah setidaknya saya mendapat sedikit pembelajaran dari usaha itu daripada menyerah tanpa mencoba terlebih dahulu” jelas Beno sambil terus memeluk Lara

“Ra, ga ada yang sia-sia, semua kegagalan memberi pengajaran, jadi jangan salahkan dirimu kalau ingin menyerah, semua akan jadi milikmu kalau sudah waktunya—“ucap Beno tertahan, “seperti hati kamu yang akan jadi milik saya kalau sudah waktunya” lanjut Beno

“Jadi—menyerah saja?” tanya Lara, “itu pertanyaan untuk saya atau untuk kamu?” tanya Beno balik, “kalau saya jelas tidak akan menyerah untuk mendapatkan hati kamu Ra” jelas Beno

“Kamu pikirkan saja dulu Ra, take your time, sekarang tidur saja” ucap Beno dan Lara mengangguk setuju lalu keduanya pun tertidur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status