Lahat ng Kabanata ng Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA): Kabanata 41 - Kabanata 50
91 Kabanata
Bab 40
Proses penyembuhan berjalan lambat. Makhluk itu keluar masuk tubuh Diah. Seperti enggan untuk dikuarkan dalam tubuh wanita itu. Diah merintih menahan sakit saat Mbah Karjo meletakkan ujung jari telunjuknya di dahinya. Seolah dia merasakan sakit yang teramat. Mulut Mbah Karjo terus berkomat-kamit. Beberapa orang yang masih ditempat itu, termasuk Tiara, diminta membantu lewat doa. Doa apa saja yang bisa terbaca. Diah telentang. Peluhnya mengucur deras. Dilihat dari penampilan fisiknya---rambut acak-acakan, baju naik semua, sampai Mia harus menyelimutinya dengan selimu--- terlihat kalau dia sudah sangat  kelelahan. Tiara mengamati wajah Diah. Bukan wajah wanita itu yang dia lihat. Wajah harimau ganas yang memandang ke arah Tiara dan Mbak Karjo bergantian. Seperti makhluk itu tahu jika Tiara dapat melihat wujudnya. Andai Tiara bisa membantu menyembuhkan Diah pasti kini dia sudah membantu Mbah Karjo. Sayangnya, Tiara tak tahu caranya. Kemampuan yang bersarang di tubuhny
Magbasa pa
Bab 41
B a y i B u n g k u sB a b  4 1P E  N U T U P  D A G A N G A N πŸ”²πŸ”³πŸ”²πŸ”³ Setahun lebih tak ada yang aneh dengan dagangan Sri dan Sapardi. Ramai. Bahkan Sapardi berniat membuka cabang baru dagangan tahu campur dan es campurnya di tempat lain. Tiara kini telah masuk perguruan tinggi. Alhamdulillah, putrinya itu diterima di perguruang tinggi negeri di daerah Surabaya.Mereka pun telah berpindah rumah. Mencari ukuran yang lebih besar. Mengingat Alif dan Tiara sudah sama-sama dewasa. Tak mungkin tetap tidur bersama.Kegiatan pagi rutinan. Sapardi berangkat bekerja---beberapa bulan lalu Sapardi melamar pekerjaan menjadi petugas kebersihan di salah satu perumahan di daerah sekitar rumahnya. Syukurlah Sapardi diterima bekerja. Pu
Magbasa pa
Bab 42
Saat pertama kali menerima batu itu. Telapak tangannya seperti tersengat arus listrik. Aneh, memang, tetapi itulah yang dirasakan Tiara. Batu itu seperti memiliki penghuni. Bentuknya saja yang batu biasa, tetapi ada makhluk gaib yang mendiami batu itu. Jika menilik dari bentuknya, batu itu mirip sekali dengan batu sungai dari kedalaman. Halus. Hitam pekat. Bentuknya bulat sempurna. Tiara menggenggam batu tersebut. Sengatan listrik yang dihasilkan semakin kencang. Serta merta, dilepaskan batu itu, bahkan dilempar. Keringat yang sebelumnya telah mengering, kini mengucur kembali. Napasnya kembali memburu, kilatan masa lalu menerobos pikiran. Bagaimana batu itu diletakkan. Kapan waktunya. Hanya saja tak begitu jelas. Gambaran itu sepotong-potong dan loncat-loncat. Tiara melihat warung ibunya di malam hari. Gelap. Tak ada warung lain yang buka. Warung ibunya pun tak buka. Selanjutnya Tiara melihat tangan seseorang meletakkan batu itu ke rak atas etalase Sri. Sem
Magbasa pa
Bab 43
Beberapa hari setelah penemuan batu tersebut, Tiara jatuh sakit. Sri harus libur jualan untuk merawat putrinya itu. Tanda-tanda yang ditunjukkan penyakit Tiara mirip sekali dengan gejala tifus, tetapi saat diperiksa oleh dokter, buah hatinya itu tak sedang mengalami tifus. Anehnya lagi, setiap sehabis maghrib hingga menjelang adzan subuh datang, suhu tubuh Tiara meningkat. Dia mengigau. Perutnya mual. Kepalanya pusing. Tiara pun tak betah tidur di satu tempat dalam kurun waktu lama. Paling lama dua jam, setelahnya dia mengeluh sesak napas. Ketika moving tempat, barulah sesak napas itu reda. Bukan hanya itu saja yang dikeluhkan. Sejak sakit, Tiara lebih banyak tidur. Bukan karena tubuhnya lemas. Akan tetapi, setiap kali dia membuka mata, tembok di sekelilingnya seperti bergerak maju dan hendak menghimpitnya. Suara ramai seperti orang berbicara timbul tenggelam di telinganya. Saat hendak tertidur, dia pasti tersentak lantas terbangun. Mimpi jatuh dari ketinggiaan itu berulang kali di
Magbasa pa
Bab 44
Azan maghrib berkumandang, Alif maupun Tiara tengah bersiap-siap menunaikan salat. Tiara yang merasa tubuhnya tiba-tiba lemas, setelah mengambil wudhu memutuskan untuk salat sembari duduk. Tiga Rakaat. Rakaat terakhir, sebelum kemudian ditutup salam. "Mbak, aku ke Ibu dulu, ya?" Alif melongok dari celah pintu yang terbuka. Tiara tengah melipat mukenah. Dia tak sabar ingin membaringkan badan. Mendadak perutnya mual dan kepalanya pening. Ah, setiap malam datang, penyakit itupun ikut datang."Nggak ada titipan lain?" Alif masih di sana.Sadar Alif masih mengamatinya, buru-buru Tiara menyembunyikan wajah kesakitannya. Seulas senyum dia untai. Jangan sampai Alif curiga jika dia merasa kesakitan. Yang ada Alif akan melapor pada Sri, dan berujung penutupan toko, karena Sri pasti panik dan memilih pulang. "Sama teh panas, ya," ujar Tiara.Alif mengudarakan ibu jari lantas bergegas pergi. Setelah Alif pergi, Tiara tak lagi berpura-p
Magbasa pa
Bab 45
Perlahan Tiara mengangkat setengah tubuhnya. Meski pening di kepala tak juga undur diri, Tiara tak mau kalah dengan penyakit itu. Dia yakin jika batu tersebut dilenyapkan, penyakitnya pun akan minggat selamanya dari tubuhnya. Tiara mengamati dua orang yang menunggunya berbicara. Dia harus menjelaskannya sekarang juga. "Pak, Tia lihat sesuatu," ujarnya tebatah."Kamu lihat apa, Nduk? Ceritakan." Itu Pak So.Tiara menganggu. Menelan ludahnya. Menarik napas, setelah itu barulah dia bercerita."Saya melihat pemilik batu itu, Pak. Batu itu milik seorang lelaki yang meninggal dengan cara tak wajar. Pun lelaki itu dimakamkan dengan kondisi tubuh yang tak lengkap. Makanya kenapa batu itu memiliki aura negatif yang sangat kuat. Pemiliknya masih terus mencari bagian tubuhnya yang hilang.""Terus, Nduk. Apakah kamu tahu cara untuk memusnahkan isinya.""Bakar, Pak. Batu itu harus dibakar telebih dahulu sebelum kemudian dibuang ke sung
Magbasa pa
Bab 46
B a y i B u n g k u s  TUYUL πŸ”²πŸ”³πŸ”²πŸ”³ Kabar itu menjadi konsumi ibu-ibu gang-gang sempit, bahkan bapak-bapak sembari memandikan burung di teras rumah. Sudah jadi rahasia umum, di era moderen seperti saat ini, keberadaan tuyul masih dibudidayakan. Entah benar atau tidak, kabar itu berembus begitu capatnya. Salah satu pedagang di pasar induk diyakini memelihara tuyul. Bagaimana bisa begitu? Kondisi perekonomiannya dengan casing luar tampilan serta gaya hidupnya tak selaras. Dia hanya berdagang lontong pecel, tetapi memiliki rumah yang besar. Mobil dua. Perhiasan yang hampir seperti gerbong kereta di tangannya, berjajar.Ah, orang-orang saja kali yang terlalu berburuk sangka. Andai saja ada pekerjaan sambilan yang dilakukan keluarganya, se
Magbasa pa
Bab 47
B a y i B u n g k u s  POCONG DI RUMAH πŸ”²πŸ”³πŸ”²πŸ”³Semester pertama terlalui dengan lancar, seperti biasa setelah ujian akan ada waktu dimana Tiara akan berpisah beberapa waktu dengan Basri. Lelaki itu pulang kampung. Tiara pun tak perlu ke kampus hampir satu bulan penuh, sebelum di bulan selanjutnya, perkuliahan kembali seperti biasa.Komunikasi mereka hanya terjalin melalui pesan aplikasi atau telepon.  Waktu Tiara penuh untuk membantu Sri berjualan.Namun, hari ini hati Tiara begitu khawatir. Hampir satu minggu, Basri tak memberi kabar. Pesan-pesannya terkirim, tetapi tak ada balasan. Beberapa kali dihubungi, juga tak diangkat. Seolah lelaki itu sengaja menjauhinya. Ada apakah? Mata Tiara mulai berkaca-kaca, saat pikirannya mencipta
Magbasa pa
Bab 48
B a y i B u n g k u s  PERTAMA KALI BERTEMU IBU πŸ”²πŸ”³πŸ”²πŸ”³ Sejauh ini Sapardi selalu bilang jika kemampuan yang  Tiara miliki bukanlah tanpa alasan. Kemampuan yang kini mendarah daging di tubuhnya warisan leluhur. Entah nenek atau kakek buyut. Sapardi tak tahu pasti siapa yang mendapingi Tiara. Sampai detik ini pun, Tiara tak pernah melihat sosok pendampingnya. Mungkin belum saatnya, atau Tiara belum terlalu kuat untuk dapat melihat sosok tersebut. "Nduk, Bapak ke Ibu dulu, ya?" pamit Sapardi. Dia pulang hanya mengambil sarung. Syukurlah sekarang di tempat jualan terdapat mushala, jadi Sapardi tak perlu lagi pulang jika ingin menunaikan salat.
Magbasa pa
Bab 49
B a y i B u n g k u s  IBU GAIB πŸ”²πŸ”³πŸ”²πŸ”³ Keesokan harinya, saat Sapardi dan Sri berkumpul di ruang tamu, menikmati siaran berita, Tiara pun ikut duduk. Sri Menemani Sapardi Sarapan sebelum akhirnya berangkat bekerja. Hari minggu tetap masuk, lembur. Sri pun berjualan hari ini. Nanti Sapardi berangkat Sri pun berangkat belanja ke pasar induk.  Tiara libur kuliah. Basri ada kegiatan asrama. Jadi Tiara tak harus membawakan sarapan atau makan siang. Alif, entah kemana. Sejak pagi sudah pergi main. Mengendarai kereta anginnya. Menggendong tas berisi mainan.Sejenak Tiara ikut hanyut menikmati siaran televisi. Berita tentang kenaikan harga bahan pokok. Minyak naik, gula naik,
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status