All Chapters of Penggoda Dalam Rumah: Chapter 21 - Chapter 30
53 Chapters
Perang Terbuka
Seperti biasa, pulang kerja aku selalu menunggu Arini di mushola dekat rumah. Tetangga sekitar sudah hafal kalau aku adalah orang yang paling rajin ke mushola, bahkan mereka mengacungi jempol untukku. Banyak pujian aku terima karena mereka menganggap aku mau mengabdikan diri dengan membersihkan tempat ibadah.Sebenarnya bukan pujian yang aku harapkan, apalagi apa yang aku lakukan bukanlah sesuatu yang besar. Aku sengaja membersihkan mushala karena memang sekalian menghabiskan waktu menunggu Arini pulang. Nggak etis jika hanya duduk bermain gawai di tempat ibadah, kan?Sepertinya Allah kasih bonusnya berlebihan. Allah memang baik. Kasih istri yang pengertian, memberiku jalan rejeki yang halal dan mudah, dan sekarang hal kecil pun Allah kasih balasan untukku. Tapi ... sepertinya Allah kasih ujian juga, yaitu kehadiran ibu mertua yang menggoda iman.Tak habis aku berpikir, kehidupan ini terkadang aneh. Bobby ganteng dan tajir melintir, tapi bisa jatuh ke pelukan wanita tua. Bahkan hingga
Read more
Akhirnya Dia Pergi
Teriakan histeris dari mulut wanita yang berjuluk ibu mertua itu kian melemah. Mungkin energi yang sedari tadi ia luapkan kini melemah. Ia menjatuhkan diri di lantai, bersandar pada dinding bercat biru muda.Perlahan namun pasti, lelaki bertubuh atletis itu mendekati Bu Hera. Ia mengulurkan tangan yang kemudian ditepis kasar oleh wanita itu. Jangankan menerima uluran tangan dari Bobby, melihat wajah pria yang level kegantengannya di atasku itu saja dia tak mau."Hera, kenapa kamu jadi membenciku? Apa salahku sampai-sampai kamu meninggalkan aku?""Aku tidak sudi hidup miskin denganmu!""Apa karena aku miskin kamu meninggalkan aku?""Kamu itu bodoh, Bob! Orang tua kamu kaya raya, tapi malah mengajakku hidup melarat! Apa kamu pikir aku menikah denganmu karena ketampananmu?"Bobby menurunkan satu lutut dan duduk setengah berjongkok menghadap ke arah Bu Hera. Ada kilatan rindu yang menggelora di mata sendu itu."Aku pikir kamu mau menikah denganku karena tulus mencintaiku," ucap Bobby sera
Read more
Pertemuan
Setelah menunggu ibu mertua bersiap-siap selama dua puluh menit, akhirnya wanita itu muncul dengan gamis berwarna navy membalut tubuh montoknya. Hijab warna senada menonjolkan wajah yang masih menyisakan kecantikan masa muda.MashaAllah ... sungguh cantik ia dalam balutan pakaian syar'i. Seandainya saja hidayah itu datang, mungkin hati yang hampir mati itu akan kembali ke fitrahnya sebagai istri dan ibu yang baik."Bobby, buruan pesen ojek online!" perintah Bu Hera sembari duduk dengan kaki kanan di atas kaki kiri."Untuk apa?" "Pesen mobil lah ... emangnya kamu pikir aku mau naik motor bututmu itu!"Ya, Allah ... baru saja dalam hatiku mengagumi kecantikan fisiknya, tapi sosok anggun itu justru masih saja menampakkan sifat aslinya.Bobby hanya mendengus, kemudian meraih gawai yang ada dalam waistbag. "Pak Nardi, tolong bawa mobil ke sini, ya." "Pak Nardi? Bukankah dia sopir Ayah kamu?" tanya Bu Heran dengan memicingkan netra."Iya, kenapa?" jawab Bobby dengan cuek."Itu artinya kam
Read more
Akhirnya Aku Tahu
Sinar terang menyilaukan serasa memaksa kelopak mata untuk sedikit menutup, membiarkan bulu netra menghalangi intensitas cahaya yang berpendar.Kuedarkan pandangan tatkala sinar itu perlahan memudar. "Masihkah aku hidup?" Pertanyaan itulah yang pertama ingin kutemukan jawabnya.Entahlah, aku tak mengerti. Pasalnya, aku berasa melayang. Tubuh ini begitu ringan dan ... tunggu! Aku melihat sosok yang sering aku lihat dalam cermin."Aku? Itu aku?" gumamku tak percaya, kucoba mendekat untuk memastikan sosok tubuh yang terbaring lemah dengan beberapa alat menempel di tubuh itu.Bagai dihentak oleh ribuan kilogram beban, dadaku serasa menyesak tatkala menyaksikan kebenaran bahwa yang tergolek lemah itu adalah jasadku.Apa yang terjadi denganku? Apa aku mati suri? Lalu di mana semua orang? Kenapa tidak satu pun di antara mereka yang menungguiku? Di mana Arini?Ada banyak pertanyaan yang berputar di kepala. Aku mencoba mengingat apa yang telah menimpaku. Sejenak aku terdiam, membiarkan detik
Read more
Misi Dimulai
POV AriniDenting sendok beradu dengan piring menghiasi makan malam. Hanya berdua, aku dan Mas Danu. Seperti biasa, Ibu lebih suka mengurung diri. Bahkan untuk makan saja ia bawa masuk ke kamar.Aku tangkap ada sorot kegelisahan dalam tatapan mata Mas Danu. Kegelisahan yang kian hari kian menjadi, membuat ketenangan lelakiku terusik.Aku tahu Mas Danu selama ini selalu menjaga hati dan kesetiaan untukku. Tak pernah ia biarkan ibu merayunya kembali.Semakin hari rasa tidak nyaman juga muncul dan kian menekan batinku. Ketakutan akan hal-hal buruk yang sewaktu-waktu bisa menghancurkan biduk rumah tangga terus membayang.Baiklah, sepertinya apa yang telah aku rencanakan dengan Bobby harus aku jalankan segera. Apalagi ketika melihat ibu kembali berulah, rasa ingin segera membuatnya pergi dari rumah ini semakin begitu kuat.Sore itu juga segera kuhubungi Bobby untuk segera bersiap datang ke rumah. Apapun nanti resiko yang akan terjadi, aku sudah siap. Aku yakin, Bobby mampu membawa ibu perg
Read more
Misi Pertama
POV AriniSesuai permintaanku, usai salat Maghrib Mas Danu segera menyusulku ke dapur. Sebenarnya, ia tak membantu apapun. Hanya saja aku ingin dia menemaniku di tempat bereksperimen cita rasa masakan ini.Sembari menyiapkan bahan, aku mendengarkan celotehan Mas Danu yang terkesan sedang curhat. Dapat aku lihat kegelisahan itu tampak di raut wajah tampannya.Aku berusaha untuk tetap tenang meski dalam dada penuh gejolak menahan emosi sejak lama. Aku biarkan Mas Danu meluapkan isi hati hingga suara ibu menghentikan percakapan kami.Dengan nada ketus wanita yang ingin kucabik-cabik mulutnya itu memintaku cepat membawakan makanan yang kumasak. Sengaja kucampurkan bubuk cabe lebih banyak ke mangkuk bagian untuknya.Sudah dapat dipastikan reaksi pada suapan pertama. Pedas panas. Hahaha ....Sebagai gantinya aku harus merogoh kantong daster dan memberikan uang dua puluh ribu kepadanya. Kuserahkan uang itu dengan senyum penuh arti.Ah, sebentar lagi dia pasti kembali. Karena di depan telah m
Read more
Kekhawatiran
POV AriniBulir bening masih jatuh bergulir di pipi kala memandang tubuh lelakiku tergolek lemah dengan beberapa alat medis menempel di badannya. Layar deteksi jantung masih menunjukkan adanya indikasi kehidupan pada raga yang koma.Berkali-kali aku rutuki kebodohanku yang tak mampu menolongnya. Mas Danu, pria setia yang tak pernah mendua. Keinginannya begitu sederhana, hanya ingin hidup bahagia bersamaku hingga menua bersama.Kini, kuhanya mampu mendekap erat tangan pria tampan yang telah meluluhkan hatiku. Kucium berulang kali punggung tangan yang tak mampu merespon.Bak disambar petir di siang bolong, derai air mata tak mampu kutahan tatkala mendengar penjelasan dari dokter yang menangani Mas Danu.Menurut hasil pemeriksaan, akibat pukulan vas bunga yang membabi buta itu mengakibatkan Mas Danu mengalami cedera saraf yang serius.Trauma pada otak yang menyebabkan pembengkakkan dan perdarahan di otak bagian belakang mengakibatkan gangguan fungsi otak yang berujung pada penurunan kesa
Read more
Kubenci Mereka
POV HeraLangkah kaki yang lelah mulai terseret, napas tersengal-sengal seperti hampir sekarat. Tenggorokan begitu kering kurasa, beberapa kali terbatuk-batuk karena haus yang mendera.Kujatuhkan tubuh di bawah rindang pohon. Sedikit mengerikan karena gelap masih menaungi malam yang telah larut menjelang pagi. Namun, aku tak ada pilihan. Tubuh tak muda ini sudah tak mampu berlari lagi.Pandangan mengedar mencari sesuatu yang bisa membasahi tenggorokan. Untunglah, ada segelas air mineral bekas tergeletak di tepi jalan. Segera tangan ini meraih dan menyobek lebar bagian atas kemasan, kemudian menenggak air hingga tandas.Ah, masih kurang. Air yang hanya seteguk itu tak mampu membasahi sempurna keringnya tenggorokan yang terasa tercekat. Kulempar jauh-jauh gelas plastik itu dengan kesal.Kegelisahan merayapi hati, di mana kini aku akan bernaung. Tak mungkin aku kembali ke rumah Arini, anak durhaka itu pasti tak akan mengijinkan aku tinggal di sana lagi.Tak sepantasnya Arini menceritakan
Read more
Kebohongan
POV DanuMentari begitu terik, angin enggan bertiup. Di tepi jalan depan rumah sakit aku duduk termenung memandangi beberapa kendaraan yang lalu lalang.Aku sengaja keluar untuk mencari inspirasi. Berbagai cara sudah aku coba untuk kembali masuk ke raga, tapi tetap saja tak bisa. Entahlah, hingga kapan aku harus seperti ini.Di sana, di ruang ICU tubuhku masih tergolek lemah dengan perban membalut kepala. Selain itu, berbagai alat bantu kehidupan juga menempel di badan. Mungkin saja jika alat-alat itu dilepas, maka selamanya raga dan nyawa tak akan bersatu kembali.Ketakutan demi ketakutan yang menghantuiku kini berubah menjadi semangat untuk menemukan cara agar bisa kembali ke raga itu. Seperti saat ini, setelah mencoba berkali-kali hingga putus asa akhirnya aku putuskan untuk keluar mencari ide. Berharap menemukan jalan kembali.Apa aku perlu cenayang untuk membantu, ya? Kalaupun perlu, lalu di mana bisa aku temukan cenayang itu? Seperti di film-film horor begitu, bisa panggil arwah
Read more
Tabir Misteri
POV DanuGelap berganti terang, terang berganti senja. Masa telah terlewati dengan sejuta misteri yang perlahan mulai terurai. Namun, menyisakan teka-teki yang belum terungkap pasti.Arini, ia terus saja membuat ihwal baru yang tak kumengerti. Seluruh rencana yang ia susun tak melibatkan aku sedikit pun. Bahkan kebohongan yang ia ciptakan kemarin membuat aku semakin tak mampu memahami apa yang sebenarnya sedang ia mainkan dengan Bobby.Kutatap wajah wanitaku yang tertidur sembari duduk dan memeluk lenganku. Wajah lelah yang terlampau sangat begitu tersirat jelas. Kelopak mata yang terpejam dipenuhi tanda hitam melingkar.Kucoba untuk menyentuh pipi yang tertutup anak rambut, ingin sekali menyibakkan rambut yang menghalangi pandangan untuk menikmati paras yang telah memikat hatiku.Arini, sungguh aku merindukan segala hal tentangmu. Di sini netra ini mampu menatap, namun tak dapat menyentuh ragamu. Aku masih bisa merasakan cinta itu tetap untukku, tetapi di sudut hati terselip sedikit
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status