All Chapters of Dear Gavin (INDONESIA): Chapter 21 - Chapter 30
70 Chapters
BAB 20
Sebelum Gavin benar-benar keluar dari kamar, aku menarik celan boxernya, membuat langkah Gavin terhenti dan menoleh padaku dengan delikan tajam.Ya ampun, apa dia pikir aku akan menelanjanginya di sini? Aku juga tidak seagresif itu!Bila mau, bisa saja aku melakukannya saat berada di dalam kamarnya pagi tadi.“Ada apa lagi Krista?” tanya Gavin setelah menarik napas panjang dan menyisir rambut acak-acakan.Aku jadi ingin membantunya melakukan itu.“Krista?” panggil Gavin beberapa kali, karena aku terpaku dan menatap dengan pandangan ‘ingin’ ke arah rambut pirangnya yang mencuat ke segala arah.Setelah menata ekspresi, aku pun mengatakan apa yang tadi hendak kuminta.“Seharian aku tidak menghubungi Ayah, apa aku boleh memakai ponselmu? Karena punyaku ketinggalan dalam lemari,” jelasku sembari mengingat lagi benda pipih yang tidak sengaja terlepas di tangan ketika berlari ke dalam pelukan G
Read more
BAB 21
Ponsel Gavin berdering tanpa henti, membuatku kewalahan ketika melihat ada banyak notifikasi dari sebuah grup chat yang masuk. Alisku bertaut bingung saat membaca sebuah pesan dengan nama-nama aneh muncul di layar. Bahkan, nama grup itu mesum sekali; DickOnlyForVaginaLovers. Ya ampuuuuun, Gavin, kau sangat mesum! ‘Mr. CockTease: Hey, sejak kapan kau tidur sama anak-anak? Bukankah kau sendiri yang bilang gadis itu masih bau kencur?’ Darahku mendidih ketika membaca pertanyaan itu, karena secara tidak langsung dia mengataiku anak kecil. Tanpa sadar aku melirik ke bawah, pada bongkahan dada yang telah tumbuh sempurna. Apa ini saja tidak bisa jadi bukti bahwa aku salah satu dari golongan wanita dewasa? Apa perlu aku menambah ukurannya lebih besar lagi? Sekarang saja sudah menyaingi melon, apa dia mau aku mengupgrade ke semangka? Tapi bisa-bisa Ayah akan marah bila aku meminta yang aneh-aneh. Natural saja sudah cukup tanpa me
Read more
BAB 22
Begitu pagi tiba, aku bergegas keluar kamar dan berjalan sembari berjinjit dengan menajamkan telinga. Setelah memastikan tidak ada tanda-tanda bahwa Gavin bangun pagi itu, aku pun mempercepat jinjitan kaki hingga ke pintu depan.Rasanya lega sekali begitu sampai ke dalam lift yang membawaku turun ke lantai bawah.Sesampainya di lobby, aku pun mendekati salah satu petugas keamanan dan menatap pria itu dengan mata polosku yang menggemaskan.“Paman, apakah aku boleh meminjam ponselmu untuk menelepon seseorang?” tanyaku pada pria yang berjaga di balik meja.Dia menatapku cukup lama, mungkin mencari tahu siapa aku dalam kepala.Semoga saja dia tidak ingat kalau aku datang bersama Gavin, bisa-bisa dia menghubungi si hati freezer dan melaporkan aku berada di lobby.“Apa terjadi sesuatu?” tanya pria itu sembari memperhatikan baju kaus dan celana boxer yang melekat di tubuhku.Aku menggeleng pelan dan mengulas senyum ma
Read more
BAB 23
Lama aku terdiam di depan pintu apartemen yang Audrey tempati, namun pencahayaan yang menakutkan di lorong membuatku memberanikan diri untuk membunyikan bell.Sembari melirik sekitar, aku pun berdoa dalam hati Bibi Flo dan Tante Jewel memberiku izin masuk ke dalam.Pada percoban pertama, tidak ada tanda-tanda pintu akan dibuka, maka aku membunyikan bell untuk ke dua serta ke tiga, dan pada kali keempat barulah pintu di depanku terbuka … sedikit, karena hanya selebar penggaris dan Bibi Flo mengintip dari dalam.“Ada apa kau ke sini?” tanya Bibi dengan suara serak khas perokok berat.“Apakah Audrey ada, Bibi?” tanyaku sembari tersenyum lebar, walau dalam hati harap-harap cemas.Bibi Flo memperhatikanku dari kepala hingga kaki dan dia menggeleng dengan raut tidak suka.“Lihatlah anak orang kaya ini, dia pasti baru pulang dari rumah seorang laki-laki,” kata Bibi Flo pada diri sendiri yang seketika melun
Read more
BAB 24
“Ya, Oh shit,” desis Gavin sembari memerangkapku di pintu.Aku menelan saliva dan melirik ke arah Slaine dengan pandangan meminta tolong, namun tangan Gavin menahan daguku di tempat hingga sulit bergerak dan hanya bisa menatap lurus ke matanya saja.Seketika aku meringis saat merasakan cengkraman kuat kedua jarinya di pipi, namun tampaknya dia tidak sadar karena diliputi emosi.“Aku baru saja terpejam sebentar, dan kau menghilang dalam sekejab,” geram Gavin sembari menahan kedua bahuku dengan tatapan menunjukan kemarahan. “Apa yang sebenarnya kau pikirkan!”Suara Gavin yang tiba-tiba mengeras membuat tubuhku terlonjak.“Bagaimana bila ada orang jahat di luar sana berniat menculikmu? Membunuhmu? Memperkosamu? Atau bahkan melakukan semuanya bersamaan!”Mataku terpejam dan telingaku berdenging saat mendengar suara teriakan yang berasal dari dalam diafraghmanya.Genggaman Gavin terasa semaki
Read more
BAB 25
Hal paling menyebalkan di dunia adalah; kejutan yang tidak terduga dengan hasil menyiksa.Hhhh … entah harus bagaimana menjelaskannya, karena aku sangat malu untuk bercerita.Baiklah, kita mulai dari pertengkaran kecil di rumah Slaine, kemudian berpindah saat Gavin menaruhku di bahu dan berakhir dengan aku yang dilempar ke kursi belakang mobil. Lalu bagaimana akhir kisah kami setelah itu?Yups, aku dikurung di kamar dengan borgol terkunci di kepala ranjang.Please, jangan tanya bagaimana aku bisa berakhir di sini, karena pelakunya adalah Gavin!“Aku ingin pipis!” jeritku sekuat tenaga.Kurang dari dua menit kemudian, aku mendengar suara langkah kakinya dan Gavin pun muncul di ambang pintu dengan wajah datar menatap ke arahku.“Aku ingin pipis!” rengekku lagi yang membuat Gavin menarik napas panjang sembari mendekat.“Dalam setengah jam kau sudah pipis dan bolak-balik kamar mandi sebanyak lim
Read more
BAB 26
Suara gemerincing besi beradu membuatku membuka mata sedikit.Dibawah pengaruh kantuk, aku merasa seperti bermimpi ketika mendapati Gavin sedang membukakan borgol di lengan yang berada tepat di atasku.“Sssttt … tidurlah kembali,” bisiknya sembari menyibak rambutku yang mulai mengganggu di wajah.Kelopak mataku yang berat sangat susah diajak bekerja sama.Dengan mata kembali terpejam, aku merasakan sebuah elusan jemari yang hangat di sekitar kulit lecet bekas borgolan.“Mmm …,” gumamku merasa sedikit nyeri ketika jemari itu menyentuh salah satu luka.Tangan yang mengelusku terhenti sesaat, namun dia melanjutkan lagi ketika aku semakin tertidur pulas.“Gavin,” panggilku karena melihat sosoknya samar-samar.Dia tidak menjawab, namun tiba-tiba saja aku merasakan kecupan hangat di lenganku yang terluka. Hawa panas dari bibir dan napasnya membuatku membuka mata kembali.&ldquo
Read more
BAB 27
Romantis My Ass.Bukannya membawaku ke dalam tempat belanja, Gavin malah meninggalkanku di mobil yang mesinnya masih menyala. Dan lebih menyebalkannya lagi, dia memborgolku di salah satu rangka kursi.Sebelum keluar, Gavin mengancamku untuk tidak menarik perhatian, karena akan menjadi sia-sia.Hampir semua penduduk Denver mengetahui siapa pemilik mobil ini. Tentu saja mereka akan sangat takut berurusan dengan salah satu anggota organisasi paling dihindari di kota.Bukannya mendapat bantuan, orang-orang itu akan lari menjauh. Walau aku berteriak sekeras pita suara mengizinkan, semua orang akan menjadi tuli tiba-tiba dan menganggapku hanya manekin yang dapat berbicara.Dasar Gavin tegaaaa!Untung saja dia menyalakan pendingin sehingga aku tidak mati kepanasan.Apa dia tidak tahu, menunggu adalah hal paling menyebalkan?Tidak sampai empat puluh menit, Gavin kembali dengan kantung belanjaan di tangan yang tampak penuh menutupi sete
Read more
BAB 28
Aku mencari-cari keberadaan Audrey begitu tiba di sekolah.Setelah bertanya ke sana-sini, kudapati dia berada di taman sedang duduk termenung sendirian.“Apa Ibumu mengganggumu lagi?” tanyaku begitu berada di sebelahnya hingga membuat Audrey terperanjat, nyaris terjatuh dari kursi.Dia melotot padaku karena kesalahannya sendiri yang termenung di siang bolong.“Apa kau tidak bisa berdehem atau membuat suara halus begitu mendekat?” sungutnya yang kubalas dengan pelototan juga.“Ketika sedang PMS kau sangat emosional,” balasku yang membuat dia mendengus dan melanjutkan lamunan.Hhhhh … seharusnya kutanya saja apa dia sudah makan atau belum.Setelah mengeluarkan sebungkus makanan ringan dari tas yang kubawa-bawa sejak tadi, kepala Audrey pun menoleh cepat ke arah bingkisan snack yang kupegang.Lihatkan, dia tidak ubahnya seperti kucing yang akan menggoyakangkan ekor dan telinga ketika meng
Read more
BAB 29
Compound yang biasa disebut Gedung Red Cage terlihat tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa mobil terparkir serta kumpulan pria-pria di setiap sudut membentuk kelompok kecil.Dari jaket kulit yang mereka pakai, aku tahu bahwa pria-pria itu adalah anggota dari klub motor bernama Hades. Jelas terlihat dari emblem yang menempel di punggung masing-masing.Sengaja aku menunggu di dalam mobil dalam keadaan mesin menyala, karena tidak ingin laki-laki asing mendekat disaat sedang sendiri, karena kebanyakan wanita yang datang ke Coumpound biasanya hanya mencari f*ck buddy, dan aku tidak ingin seseorang salah kira.Setelah lewat beberapa menit, barulah aku melihat sosok yang ditunggu keluar dari gedung utama.Senyumku terkembang sempurna. Rasa rindu yang kutahan seharian akhirnya tersalurkan begitu menatap wajahnya yang rupawan.Aku hendak keluar dari mobil dan menyapa, tetapi tanganku yang memegang pintu membeku di udara ketika dia keluar bersama seorang wa
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status