All Chapters of Dear Gavin (INDONESIA): Chapter 51 - Chapter 60
70 Chapters
BAB 50
Mata Krista yang basah menatap Gavin lekat. Dia bahkan tidak tahu harus berbuat apa pada pria yang telah berkali-kali membuat hatinya pecah berkeping-keping.“Tidak perlu peduli padaku,” ucap Krista sembari menarik tangan yang berada dalam genggaman hangat pria itu.“Aku tahu kau merasa nyeri di sini,” ucap Gavin dengan suara sedikit serak sembari menghembus pelan-pelan permukaan kulit Krista yang masih berdenyut akibat tamparan tadi.Rasanya hati Krista seperti diremas begitu perhatiannya teralih ke wajah rupawan yang berusaha meredakan nyeri bekas tamparan tadi. Bahkan, alam bawah sadarnya ingin mengelus pipi pria itu yang memerah bekas jejak telapak tangan. Namun dengan cepat dia menepis semua perasaan itu.“Mengapa kau tidak menjauh saja seperti tiga tahun ini,” bisik Krista dengan nada suara berderak dan bibir bergetar.Dia tidak kuat membendung air mata yang perlahan berlinang jatuh ke atas tangan mereka ke
Read more
BAB 51
Wajah Gavin seketika basah karena tiba-tiba saja wanita di hadapan menyiramnya dengan air mineral di depan semua orang. Untuk sesaat pria itu terpaku.Atmosfir di sekitar dengan sangat cepat berubah menjadi tegang.Dalam posisi berdiri, Krista memegang erat gelas yang berada dalam genggaman, di mana benda berbahan kaca tersebut menggantung di sisi tubuh sedang matanya sembab dengan manik mata bergetar ketika menatap pria di hadapan.Terdengar suara terkesiap dari segala arah, namun tidak mereka pedulikan.Setelah menarik napas, perlahan-lahan Gavin membuka kelopak mata yang tadi sempat tertutup karena refleks tubuh. Dia berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya mata Gavin terbiasa dengan air di sekitar wajah.Pria itu tidak mengulas senyum, tidak pula terlihat marah. Ekspresinya sangat datar, tanpa ada emosi mengitari.Pandangan Gavin pun terarah pada gadis bertatapan melankolis di depannya begitu dia menyadari apa yang sedang terjadi.
Read more
BAB 52
Ketika pagi tiba, Krista membuka mata dengan pandangan bingung ke segala arah. Dia mendapati diri berada di kamar yang terasa asing. Seketika dia berada dalam keadaan de ja vu, terutama ketika sebuah tangan kekar memeluk dari belakang.“Gavin?” panggil Krista dengan nada suara sedikit bergetar. Berharap dia tidak  berada di atas ranjang pria asing.“Hmm,” gumam pria itu, masih dalam keadaan mata terpejam.Mendengar suara maskulinnya, seketika perasaan lega memenuhi dada. Dan tanpa sadar dia mengelus permukaan lengan yang masih memeluk tubuhnya erat.“Apa kau tidak ada kuliah?” tanya pria itu dengan suara serak bangun tidur, sedang pelukannya semakin kuat, dan tanpa aba-aba Gavin menarik Krista hingga mendekati badan, sementara hidung pria itu mengendus tepat di balik telinga dan sepanjang leher bagian belakang.“Berhenti mengendusku!” geram Krista dengan suara rendah.Dia berusaha menjauhi
Read more
BAB 53
Perkataan Gavin pagi itu masih terngiang-ngiang di telinga, membuat Krista beberapa kali mencuri lihat pada pria yang menyetir di sebelah. Bahkan, dia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka saat ini.Belum lagi pria itu mengatakan sedang mencari pendamping dan menanyakan lamaran yang pernah dia ucap saat masih berusia tiga belas.Saat ini barulah Krista sadari, dia sangat percaya diri pada usianya yang sangat muda.“Berhenti menatap wajahku, Krista,” ucap pria itu masih dengan fokus ke depan, pada jalanan yang padat merayap.Tanpa mengatakan apa-apa, Krista pun mengalihkan pandangan ke luar jendela.Untungnya ada musik yang berputar dari radio sehingga suasana tidak terasa canggung. Namun, karena tidak ada topik pembicaraan, akhirnya Krista pun mencoba untuk sedikit bersuara. Setidaknya cukup untuk mengisi kekosongan di antara mereka.“Kapan kau akan kembali ke Denver?”Gavin hanya melirik
Read more
BAB 54
Gavin memperdalam ciuman dan dia pun memegangi kepala Krista bagian belakang untuk memberinya akses lebih mudah dan menahan gadis itu agar tidak bergerak menjauh, sedang tangan satunya mulai meraba pinggang dan panggulnya yang ramping.Begitu merasakan sentuhan di tubuh bagian bawah, barulah Krista tersadar dan tanpa diduga dia pun melakukan sesuatu yang menyakiti pria itu.Seketika Gavin merasakan bau amis darah yang menyebar di mulut saat gadis itu menggigit bibirnya yang berubah menjadi merah.Mata Gavin pun membuka cepat begitu merasakan sakit yang menyengat.Dalam sekejap tautan mulut keduanya terlepas. Dia tidak mengira Krista melakukan yang baru saja.Melihat ada celah untuk bebas, Krista pun mendorong dada Gavin untuk mundur beberapa langkah. Dan untung saja tidak ada apa-apa di belakangnya, sehingga pria itu tidak terluka.Mendapat gigitan cinta yang berlebihan, Gavin hanya memandang Krista dengan ekspresi yang tidak biasa tanpa sed
Read more
BAB 55
Suara kerincing dari mainan kunci yang terdengar di luar kamar membuat Krista menoleh ke arah sumber suara. Dia hendak menyuruh siapa pun di depan sana untuk tidak masuk saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan sosok Gavin hadir di ambang pintu dengan satu tangan di saku celana sedang mata memandang lurus ke arahnya.Seketika Krista terduduk di atas kasur dengan selimut melilit tubuh.“Mau apa lagi kau ke sini?” tanya gadis itu sengit sembari mendelik tajam.Gavin tidak menjawab dan dengan sikap diam dia menutup pintu di balik tubuh, mengurung mereka dalam kamar yang berukuran kotak sepatu.Pria itu melangkah masuk sembari menatap sekitar, pada lukisan dan beberapa vas kosong di atas meja yang dia yakini pernah diisi bunga-bunga pemberiannya.“Gavin!” geram Krista kesal sembari menyibak selimut yang menunjukan piyama yang dia pakai dengan tali satu dan memamerkan beberapa bagian tubuh.Mata pria itu langsung beralih
Read more
BAB 56
Ketika air matanya mulai mengering, Krista pun mengangkat kepala yang rebah dari dada Gavin.“Kau mau tahu sesuatu?” tanya Gavin dengan senyum samar, yang membuat Krista hanya menatap datar dengan wajah sembab.Pria itu membantu untuk mengusap pipinya yang penuh akan jejak air mata, sisa-sisa tangis yang sebenarnya masih belum reda.“Selama kita bersama, aku tidak pernah benar-benar dengan wanita lain.”Begitu perkataan tersebut keluar dari mulut pria di hadapan, tangan Krista seketika naik ke udara dengan ancang-ancang hendak menampar yang dengan cepat Gavin tahan.“Jangan mengatakan suatu kebohongan padaku!” desis Krista dengan sedikit meninggikan suara.Mata basah gadis itu pun berubah menjadi bara amarah yang terlihat berkilat-kilat.Melihat ekspresinya, sudut bibir Gavin berkedut sedang tatapan pria itu menunjukan bahwa dia berkata sebuah kebenaran.“Aku tidak berbohong, Little Gir
Read more
BAB 57
“Ayah … ku?” tanya Gadis itu dengan pandangan kosong sedang mata mengedip beberapa kali.Gavin hanya diam, dan tidak langsung menjawab. Sengaja menunggu Krista untuk tersadar dari keadaan trans.“A-ayahku … memintamu? Ba-bagaimana …?”Keheningan menyelimuti kamar tersebut, dan rasa sesak membuat Krista meremas dada Gavin keras. Hingga pada akhirnya gadis itu menangis dengan kepala menunduk.Pria itu menahan ringisan, namun sesekali tangannya menyapu rambut Krista yang terjatuh menutupi wajah.“Ayahmu bilang; ‘Aku ingin puteriku tumbuh menjadi gadis mandiri dengan pendidikan bagus dan mencapai mimpi setinggi-tingginya ketika berada di luar sana, karena dia memiliki kesempatan untuk menikmati masa muda selagi mencari cita-cita yang sebenarnya’ sehingga aku pun menuruti keinginan seorang Ayah yang sangat mencintai puterinya.”Seketika kepala Krista terangkat, dan dia menatap l
Read more
BAB 58
Krista mempercepat langkah saat menelusuri koridor asrama.Baru saja Gavin mengantarnya pulang sampai parkiran, dan dengan bersikeras dia melarang pria itu untuk ikut ke dalam.Benar-benar tidak habis pikir, bagaimana pria itu memperlakukannya akhir-akhir ini. Manis dan penuh perhatian, jauh berbeda saat awal mereka bersama.“Kurasa dia memiliki kepribadian ganda,” sungut Krista sembari menghentakkan kaki ke lantai. “Jika tidak, bagaimana mungkin dia bersikap sangat manis. Dan apa-apaan penjelasan tentang Ayah yang memintanya untuk menolakku ke prom night?”Jauh dalam lubuk hati, Krista merasa semua itu tidak masuk akal. Ayahnya bukanlah pria seperti itu.Sembari menggeram kesal, dia setengah berlari untuk tiba di kamar secepatnya. Namun, langkahnya terhenti saat tiba-tiba dia melihat Evan tengah berdiri dengan posisi tubuh bersandar di dinding dekat pintu.Pria itu menoleh saat menyadari kehadirannya.“S
Read more
BAB 59
Setibanya di kampus, Krista jadi lebih banyak melamun. Bahkan, Linda yang mengajaknya untuk makan di kafe terdekat ditolak begitu saja.“Aku tahu kau sedang patah hati, tapi mengurung diri di kamar sampai berhari-hari bukanlah sesuatu yang baik.”Krista tersenyum lemah mendengar sindiran barusan.“Jauh lebih baik aku mengurung diri daripada mencari pria-pria di luar sana hanya untuk melupakan satu pria.”Seketika dia mendapat pukulan di bahu.“Ouch!” ringisnya yang tidak Linda dengarkan.Ketika Krista hendak melempar suatu hal yang menyinggung, tiba-tiba saja dia terdiam begitu melihat Evan melintas di hadapan. Anehnya, pria itu tidak menyapa seperti biasa dan hanya lewat begitu saja. Seolah dia tidak melihat Krista saat itu.“Ada apa dengannya?” tanya Linda yang ternyata menyadari kejanggalan hal tersebut.Merasa perlu untuk memastikan sesuatu, Krista pun menyusul Evan yang henda
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status