All Chapters of Dear Gavin (INDONESIA): Chapter 31 - Chapter 40
70 Chapters
BAB 30
Aku menangis tersedu-sedu dengan film yang diputar di layar lebar. Bahkan beberapa kepala menoleh ke arah kami karena suara tangisku yang mengalahkan movie di hadapan.Entah mengapa aku merasa sedih tiba-tiba dan ingin menangis keras. Seharusnya tadi kami tidak usah ke sini, karena bukannya menghibur, tetapi membuat lukaku semakin pedih.“Dia pria jahat, huaaaa,” tangisku keras yang membuat Mason sedikit mencondongkan tubuh ke arah berlawanan, dan berpura-pura tidak mengenalku karena sejak tadi dia menutupi wajah dengan kotak pop corns.“Lihatlah, wanita itu padahal sangat mencintainya.” Tunjukku sembari menarik baju Mason pada adegan dimana si wanita menangisi tubuh kekasihnya yang terluka.Aku mengambil kotak pop corn yang Mason pegang dan memasukan isinya ke mulut sebanyak satu ganggaman tangan.Dia menggelengkan kepala, karena aku tidak berhenti mengunyah dengan air mata luruh di pipi. Setelah puas melihatku menangis, Ma
Read more
BAB 31
Selama perjalanan, aku mendiamkan Gavin dan membuang pandangan ke luar jendela. Dan kurasa dia juga melakukan hal yang sama; mengabaikanku dengan sengaja.Amarahku semakin besar, begitu menyadari dia membawaku ke jalanan yang biasa kulalui saat pulang ke rumah. Tadinya kupikir dia akan mengajakku ke suatu tempat berdua, menghabiskan sisa malam bersama. Tetapi aku salah.Lalu untuk apa dia membawaku di mobil pribadinya, dan menyuruh Mason membawa mobilku ke rumah, jika pada akhirnya tujuan kami juga ke sana.Setelah sampai di halaman, tidak sekali pun aku menoleh dan kudengar dia mendengus sebelum membuka kunci pada pintu.Tanpa mengatakan apa-apa, aku langsung berlari ke luar hingga masuk ke dalam rumah dan mengabaikan Ayah yang melintasi ruang tengah.“Krista?” panggil Ayah yang sedang memegang mug kopi.Kepalaku hanya menoleh sebentar dan melambaikan tangan tanpa berkata-kata.Disaat sedang marah atau kesal, aku lebih su
Read more
BAB 32
Sudah beberapa minggu berlalu sejak Jaxon mengirimkan foto Gavin berciuman dengan wanita asing. Dan selama itu pula aku tidak lagi mencari tahu kabar tentangnya.Untuk apa? Hanya akan membuatku sakit hati karena mengingat kejadian yang sama.“Apa kau tidak ingin pulang?” tanya Audrey yang berjalan di depan.Aku mengehela napas dan menutupi wajah dari terik matahari yang mulai membakar kulit.Rasanya aku ingin cepat-cepat lulus dan bebas melakukan apa saja tanpa harus terikat waktu untuk menghadiri kelas setiap hari.“Apa kau tahu tempat yang bagus untuk melupakan sesuatu yang mengganggu kepalamu selama beberapa hari?”Sebenarnya, aku salah bertanya pada seseorang karena jelas sekali Audrey tidak akan tahu. Dia anak rumahan, sama sepertiku.Apa kutanya saja pada Evan, karena biasanya dia suka kelayapan malam-malam.Kulihat dahi Audrey berkerut mendengar pertanyaan konyol barusan, mungkin dia membatin; &ls
Read more
BAB 33
Tatapanku terpaku pada pantulan bulan dari danau di hadapan. Dan terdengar suara-suara serangga di sekitar yang tidak lagi kupedulikan, begitu pula dengan kumpulan bebek di dekat pasir berbatu, tak jauh dari danau, kini terdengar ribut karena sepertinya terganggu akan hadirku. “Aku juga butuh tempat sama seperti kalian, dasar berisik,” kataku sengit saat salah satu bebek itu mulai mengepakkan sayap, seolah mengusirku pergi. Aku mendengus keras dan mulai beranjak mencari tempat nyaman untuk merenung kembali. Baru saja aku menemukan spot yang bagus, saat tiba-tiba bayangan seorang pria hadir di hadapan yang seketika menghentikan langkahku. Duh, mengejutkan saja. Apa sulitnya membuat suara? Untung saja aku tidak berteriak dan membuat semua bebek itu semakin ribut dan mengejarku dengan sayap terkembang karena sudah mengganggu tidur mereka. “Mau apa Om ke sini?” tanyaku kesal ketika menyadari bukan dia pria yang kuharapkan. Padahal biasanya
Read more
BAB 34
Baru saja aku menaruh tas di kamar setelah pulang dari sekolah, saat tiba-tiba ponselku berbunyi dan nama ‘Om Jaxon’ muncul di layar.Huh, tidak biasanya dia mengirimi pesan.Dia sendiri yang mengakui lebih menyukai panggilang suara dibanding text. Kurasa dia tidak begitu mahir membaca dan rasa ‘suka tidak suka’ tersebut hanya alasan agar orang-orang tidak curiga, bahwa kepala Mafia paling ditakuti buta literasi.Om Jaxon: Kau sudah pulang?Aneh sekali dia menanyai, bukankah tadi orang suruhannya mengikuti sampai ke rumah. Dasar basa-basi busuk.Me: Memangnya kenapa bila belum? Kau mau mengajak makan siang? Kebetulan sekali aku ingin makan di La Fontana.Om Jaxon: Siapa juga yang akan mengajakmu ke sana. Aku tidak mau berbicara dengan Dune Fontana saat ini. Kemarin saja dia nyaris tidak memberiku kursi. Reservasi penuh.Membaca pesannya, aku sangat yakin dia mengajak teman kencan seorang wanita ke La Fontana. H
Read more
BAB 35
Kakiku pegal karena terlalu lama berdiri sehingga aku pun memutuskan untuk berjongkok.Tidak lama kemudian petugas penjaga pintu mendatangi lagi, dan ini sudah sekian kali dengan menyakan hal yang sama berulang-ulang.“Apa kau benar-benar tidak apa-apa berada di sini?”Dapat kulihat wajahnya yang cemas, karena bisa saja dia takut kedapatan membiarkan tamu berada di luar gedung malam-malam.Untuk meyakinkannya, aku mengangguk pasti hingga membuat leherku sedikit pegal.“Tidak apa-apa. Kembali saja ke dalam, aku lebih suka menunggu di luar,” kataku sembari mengibaskan tangan, pertanda mengusir petugas itu agar membiarkanku sendiri, tetapi dia sangat keras kepala, atau mungkin saja rasa takut berlebih membuatnya enggan beranjak.“Di dalam lebih hangat dan nyaman,” bujuknya lagi yang membuatku ingin memutar bola mata.Bagaimana cara mengusir petugas ini agar membiarkanku sendiri?“Aku lebih
Read more
BAB 36
Aku menatap langit-langit kamar, dan dengan perasaan kesal, kedua tanganku memukul sisi tempat tidur diikuti hentakan kaki berkali-kali.Dasar pria menyebalkan!Setelah membawaku ke sini, Gavin pergi keluar dan meninggalkanku sendiri, tapi tidak lama setelahnya dia datang lagi dengan sebuah kemeja dalam genggaman bersamaan dengan T-Shirt dan juga celana boxer.Tanpa sekali pun melihat ke arahku, dia menaruh semua itu di kaki ranjang, lalu keluar begitu saja.Aku bahkan tidak mendengar sedikit pun dia bicara, membuatku sedikit menderita karena itu artinya dia benar-benar abai sehingga pergi tanpa sepatah kata.Apa aku pulang saja? Tapi … aku tidak mau di rumah sendiri.Bagaimana bila ke rumah Evan?Hhh … takutnya dia sedang ke party dan tidak di rumah.Saat kedua tanganku memukul kasur kembali, maka saat itu pula Gavin memutuskan untuk masuk ke kamar dan berdiam diri di depan pintu sembari bersandar pada kusen seda
Read more
BAB 37
Setelah kejadian beberapa hari lalu, aku pun melakukan apa saja untuk merusak hari-hari yang Gavin lalui dengan sengaja. Dimulai dari mendatanginya ke Red Cage, lalu mengobrak-abrik kesenangannya saat dia bersama wanita lain. Bahkan, banyak wanita yang perlahan menjauhinya karena tahu aku akan melabrak mereka satu per satu, namun hanya satu orang saja yang tidak terpengaruh, yaitu si Jalang Nayla.Tidak hanya mendatangi Gavin di mana saja, aku juga menerornya dengan pesan-pesan singkat serta menghubunginya tengah malam, hanya untuk memastikan dia sendiri apa tidak. Untungnya Om Jaxon berbaik hati memberiku nomor Gavin dan tanpa peduli dia akan kesal, aku pun mengganggunya setiap waktu.Mulai dari menanyakan apakah dia sudah makan, hingga kegiatan apa yang sedang dia lakukan. Meski dengan marah-marah, Gavin tetap membalas dan menjawab semua pertanyaan.Hanya saja, saat kami mengadakan pesta Piyama di Penthouse milik saudara laki-laki Slaine, yaitu Danny Johanson,
Read more
BAB 38
Malam semakin larut, tetapi aku tidak juga bisa tidur, sehingga aku pun terbangun kembali dan duduk di atas kasur sembari menatap ke arah jendela yang sengaja kubuka.Bulan tampak bersinar terang di luar, tetapi cahayanya yang lembut tidak bisa memberiku ketenangan.Bahkan aku tidak menyadari pipi yang basah selama beberapa menit. Dan begitu lelehan air mata jatuh ke lengan, barulah aku mengusap semua jejak tangis yang tidak ingin kubiarkan bertahan lama di pelupuk.Kepalaku melirik ke arah ponsel yang terletak di atas meja, namun sekuat tenaga aku mengenyahkan keinginan untuk meraihnya.Buat apa? Menghubungi Gavin tengah malam dan menangis hanya untuk diabaikan? Atau mungkin saja dia mengangkat panggilan dan aku mendengar suara feminim yang sedang menghangatkan ranjangnya di seberang.Mengingat kemungkinan terakhir, hatiku merasa sakit tiba-tiba, dan tanpa sadar aku meremas dada lalu menepuk-nepuknya pelan.“Kau bahkan tidak peduli,&r
Read more
BAB 39
Aku mematut diri di depan cermin dengan tidak minat, padahal bila diperhatikan sekilas, kecantikanku sangat paripurna, tanpa cela dan … sempurna.Sayang sekali, tidak ada teman dansa yang akan menghabiskan malam bersama. Dan dapat kubayangkan nantinya aku hanya akan jadi pajangan di sudut ruangan, menatap ke arah teman-temanku yang berputar di lantai bersama pasangan masing-masing, sedangkan wajah mereka tampak berbinar bahagia.“Krista?” panggil Ibu dari luar kamar yang membuat senyum tidak tulusku luntur seketika.Mendengar kekhawatiran dari nada suaranya, aku tahu bahwa Ibu pasti ingin  bertanya apa yang sebenarnya terjadi, dan di mana pria berstelan necis yang seharusnya mengetuk daun pintu sejak sejam lalu, karena jelas sekali acara Prom Night akan dimulai tidak lama lagi, tetapi tidak seorang pria pun datang ke rumah.Aku bahkan sudah tidak peduli, dan jika memang terlambat, aku hanya akan pasrah.“Krista?”
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status