Semua Bab HELLO HUSBAND {INDONESIA}: Bab 31 - Bab 40
244 Bab
31.
*** Di ruang makan, Raven sedang makan dengan lahap untuk mengisi perutnya yang kosong dan  memutuskan untuk segera pergi ke perusahan. Mengingat pekerjaan pasti sudah menumpuk tinggi, karena ia tidak menyelesaikannya selama dua hari, katena menyiksa Ruster untuk mengakui siapa yang menyuruhnya mendekati Romeo. “Fuck,” maki Raven yang segera menyambar tas kerjanya dengan berlari terbirit-birit ke arah pakiran mobilnya. Di jendela, Ruster melihat mobil Ferrary biru elektrik keluar dari halaman rumah. Hati Ruster seketika lega, karena ia tidak perlu di paksa melayani iparnya lagi. “Apa yang sedang kamu lihat?” tanya Romeo yang memeluk pinggang Ruster dari belakang dengan mengecup leher Ruster. Takut akan tanda dari Raven ketahuan, Ruster segera membalikkan tubuhnya dan menatapi Romeo dengan tatapan serba salah. “Ayo mandi sana, aku akan meminta pelayan menyiapkan sarapan untuk kita berdua!” perintah Romeo yang di turutin oleh Ruster
Baca selengkapnya
32
Dengan kaki panjang di balut celana mahal, Raven melangkah keluar dari dalam kantornya di ikutin seketaris pribadinya dan sekaligus asistennya yang bernama Jack. Raven anti dengan seketaris wanita, sehingga ia memaksa Jack untuk merangkap menjadi seketaris pribadinya. Jack membukakan pintu dan mempersilahkan Raven untuk masuk kedalam mobil di bagian kursi penumpang. Raven duduk dengan laptop di atas kedua pahanya, kedua matanya terus menatapi layar laptop dengan serius tanpa berkedip sedikitpun di dalam perjalanan menuju ke tempat pertemuan para CEO yang menurut Raven hanya akan merusak matanya yang indah itu. karena jijik dengan tampang para CEO yang berwajah menjijikan di benak Raven. “Tuan, kita akan sampai!” ucap Jack yang memberitau Raven yang tengah sibuk dengan dunianya. Raven melirik ke arah jendela dan melihat salah satu kawasan restoran mewah yang merupakan tempat pertemuan antara klien yang di adakan di salah satu tempat restoran mewah yang
Baca selengkapnya
33
“Jika enak, kenapa menundukkan kepala?” tanya Romeo yang masih dengan nada perhatiannya. “Aku malu, kamu terus menatapku sedari tadi. Sehingga aku tidak konsetrasi untuk makan,” alasan Ruster, padahal pikirannya sedang tempat lain. “Oh, kalau begitu. Ayo makan yang banyak. Biar sehat,” balas Romeo dengan senyuman palsunya. Ruster kembali menyantap makanan di depannya dengan gugup. Walaupun pria di depannya saat ini adalah suaminya. Tapi entah kenapa ia merasa aneh dan tidak nyaman. Seolah-olah pria di depannya adalah Raven yang sedang mengawasinya dan bukan suaminya yang bernama Romeo Van Diora. “Apa mungkin karena ia mirip dengan Raven,” batin Ruster yang masih mengingat apa yang di lakukan oleh Raven padannya selama dua hari berturut-turut. Seketika, Ruster semakin merasa bersalah pada suaminya dan ia tidak tahu mau menjelaskan bagaimana soal kejadian tersebut kepada Romeo. Selesai makan, Romeo bergegas naik ke lantai atas  untuk menghu
Baca selengkapnya
34
 “Mendekatlah,” Romeo menarik punggung Ruster agar merapat ke tubuhnya. Ruster semakin di buat salah tingkah, dalam seketika waktu. Ruster menahan nafas seolah lupa bagaimana caranya untuk menghirup oksigen karena sempat mengira Romeo adalah Raven. “Bernafaslah, jangan gugup seperti itu. aku tahu, kamu belum pandai mengikat dasi?” ucap Romeo yang sangat paham dengan keandaan istrinya yang sangat gugup di hadapannya. Butiran demi butiran keringat menetes turun melewati pipi. Wajah Ruster yang yang di selimuti rona merah yang menggoda, menjadikan Ruster tampak begitu cantik dan mengemaskan di mata Romeo. “Kau kelihatan begitu sulit memakaikan dasi untukku, Sayang!” ucap Romeo beralih menggenggam tangan Ruster. Merasakan tangan dingin Ruster yang tegang. “Ma-maaf…. Aku belum pandai melakukannya.” Di antara rasa gugup, Ruster menikmati sikap lembut Romeo kepadanya. “Sini ku ajarin,” ucap Romeo memberikan instruksinya kepada Ru
Baca selengkapnya
35
Setelah sekian lama, akhirnya Ruster mulai bersuara. “Ro-Romeo, kau mau apa!?” tanya Ruster berbata-bata. Ketika ia menangkap gerakkan kecil dari Romeo yang saat ini sedang menurun resleting pada celananya sendiri. Wajah Ruster memucat, saat pria yang kini berstatus sebagai suaminya mengeluarkan rudalnya dari sarang. Entah berapa kali ia melihat rudal suaminya yang ukurannya sama dengan milik iparnya yang benar-benar besar dan panjang. Seketika Ruster meringis menahan sakit saat melihat rudal suaminya yang besar dan panjang di hiasi oleh urat-urat kemarahan yang mengelilingi badan rudal yang berdiri kokoh tersebut. “Romeo… aku…” ucap Ruster yang berniat menolak di setubuhi oleh suamianya untuk hari ini.  “Diam Sayang,” Romeo memotong ucapan Ruster dan memintanya untuk diam. Ruster mengigit bibir dengan jantung berdebar-debar, kedua tangannya terangkat naik secara otomatis untuk memeluk leher Romeo. Saat suaminya siap melakukan pen
Baca selengkapnya
36
“Perhatian kepalamu, jika sampai jalang itu mati. Kita yang repot dan kau pasti gagal dapat info darinya,” balas Raven dengan menarik dasinya, kemudian melemparkan ke wajah Romeo yang mirip dengan wajahnya. Romeo mengaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal, karena apa yang di katakan oleh kembarnya memang benar. ia lupa sampai bagian itu karena ke asyikan mencicipi tubuh Ruster barusan. Tidak sampai sepuluh menit. Devan Holland tiba ke diaman kedua kembar, ia berjalan masuk dengan pakaian lengkapnya yang masih ada berkas darah di jas putihnya. Klek. Pintu terbuka, kedua kembar menatapi Devan Holland yang di selimuti kemarahan. “Cepat sekali?” ucap Romeo yang berusaha menetralkan suasana. Melihat tidak ada jawaban dari Devan Holland. Raven mulai bersuara untuk menyelamatkan nyawanya dan Romeo.  “Sepertinya kau sedang sibuk?” timpal Raven yang merapatkan diri ke Romeo. Karena marahnya Devan Holland lebih menyeramkan dari Jame
Baca selengkapnya
37
Merasakan kehangatan tangan Ruster. Air mata Romeo langsung jatuh dari kedua matanya. Ia menggenggam jemari Ruster dan mengecupnya berkali-kali. Karena kesedihan kali ini tidak di buat-buat olehnya. Romeo merasa sungguh lega dan bahagia, melihat Ruster membuka kedua matanya. Melihat nampan di atas nakas, Ruster bisa menebaknya. Jika ia harus makan, agar bisa mempunyai tenaga lagi. “Aku bisa sendiri,” ucap Ruster lemah. Romeo menggeleng pelan, lalu mengambil mangkuk dan mulai menyuapi Ruster makan. Melihat Ruster yang sangat lemas membuat hati Romoe tersakiti. Apa yang ia lakukan, hingga Ruster sakit dan ia terlambat mengetahuinya. sesat ia memaki dirinya sebagai suami yang tidak berguna. berbeda dengan Raven yang cepat menyadari. Ruster memandangi suaminya yang telaten menyuapinya, di pandanginya tubuh atletis Romeo yang hanya di balut kaos biru muda. Entah mengapa, melihat Romeo yang di depannya. Semakin membuat Ruster semakin panas. Otot len
Baca selengkapnya
38
“Ven, kau marah?” tanya Romeo yang tidak nyaman dengan perasaanya atas sikap Romeo. “Marah? Kenapa harus marah?” balas Raven dengan acuh tak acuhnya. Ia langsung masuk ke dalam kamar mandi. Romeo duduk di pinggiran ranjang dengan mengusap wajahnya dengan kasar. “Ven… kenapa kau berubah," batin Romeo. Di dalam kamar mandi, Raven semakin merencanakan segala rencana liciknya untuk membuat Ruster mengakuinya. Sebelum Romeo terjerat cinta dan akan berakhir menyedihkan. Nafas Raven semakin memburu dan hal ini membuat dadanya terasa sesak. ia semakin sakit kepala, setiap kali mengingat prilaku Romeo padanya. *** Berapa hari kemudian, Ruster perlahan-lahan sembuh dari demamnya. Ia sudah mulai beraktivitas seperti biasanya dan bersyukur ia tidak perlu melihat iparnya. Karena belakangan ini, iparnya pulang tengah malam dan keluar sangat pagi-pagi. entah apa yang di lakukan oleh iparnya, Ruster sama sekali tidak mahu tahu. Untuk m
Baca selengkapnya
39
Di luar dugaan Ruster, Raven benar-benar menunggu dirinya di luar toilet wanita dengan pandangan tajam. Mengawasi dirinya agar tidak melarikan diri kemanapun. Meskipun banyak wanita yang terpesona padanya, Raven tidak perduli. Karena yang incar hanya satu yaitu Ruster. Wanita yang harus ia singkirkan dari sisi Romeo. sebelum Romeo menjauhinya karena wanita ini. Tatapan mata Raven ke arah Ruster yang sudah keluar dari dalam toilet wanita. Ia langsung berjalan mendekati Ruster dan merangkul pinggulnya. Kemudian berjalan kesalah satu toko yang menjual lingerie sexy. Dengan cepat, Raven menarik langkah Ruster dan membawanya masuk ke toko lingerie. Pipi Ruster memanas, ketika melihat begitu banyak pakaian seksi di depannya yang menurutnya sungguh tidak pantas ia kenakan. “Kamu boleh ambil dan beli apapun yang kamu mau di sini,” bisik Raven ketika berdiri di belakang Ruster. Tubuh Ruster menegang, ia tidak mau membeli pakaian seperti ini. “B
Baca selengkapnya
40
“Makan dulu, aku ingin makan berdua denganmu. Kita tidak pernah makan di luar bersama-sama,” ujar Ruster yang merangkul pinggang Romeo untuk menghilangkan kecurigaan Romeo terhadap dirinya yang kenapa bisa bersama dengan Raven. Romeo memikirkan apa yang di katakan oleh Ruster memang benar. Ia tidak pernah mengajak Ruster untuk makan berdua di luar selama menjalani pernikahan palsu. “Maaf, aku lupa. Lain kali tidak akan lagi,” ujar Romeo lirih dengan mengecup kening Ruster sebagai permintaan maafnya yang tidak pernah bersikap romantis kepada Ruster. “Tidak apa, aku tahu kamu pasti sibuk,” balas Ruster dengan mencium rahang Romeo dengan ciuman mengoda. Dari toko pakaian pria, Raven melirik keduanya dengan tangan mengepal kuat sampai mengeluarkan bunyi-bunyi. “Sialan, Devan Holland mengagalkan rencanaku. semua yang aku persiapkan gagal semua,” maki Raven dalam hati. Secara bersembunyi-sembunyi Raven mengikuti keduanya dari belakang. Tetib
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
25
DMCA.com Protection Status