All Chapters of HELLO HUSBAND {INDONESIA}: Chapter 21 - Chapter 30
244 Chapters
21.
Raven tidak menjawab, kapan ia mengubah warna kamarnya dan sejak kapan ia melakukannya. Karena ia tidak ingat sama sekali apa yang sudah ia lakukan saat cemburu dan marah menguasai hatinya hingga membuat pikirannya tidak menentu sama sekali.  “Biarlah aku yang semakin tengelam dan kau tetap di langit,” batin Raven. Sedangkan Romeo masih memikirkan cara mengatakan pada Ruster, bahwa ia dan Raven selalu berbagi dan memiliki kebiasan sex yang tidak biasanya. *** Makan pagi berlangsung penuh dengan kesunyian, Raven tidak bersuara. Ia sibuk membaca koran di pagi hari. Sampai tidak mencicipi sarapan pagi dan keluar dengan tergesah-gesah setelah merasakan getaran pada ponselnya yang ada di saku celananya. yang sudah di pastikan oleh raven, panggilan tersebut dari Lius Versalius. Melihat sarapan tidak di sentuh, Romeo merasa hatinya sakit. Ia tidak ingin Raven sakit karena kebiasan buruknya yang lupa makan pagi. jika suasana hati sedang buruk.
Read more
22.
Ruster memperlihatkan wajah bahagianya kepada seketaris Romeo. "Terima kasih,” balas Ruster yang melangkah membuka pintu ruangan kantor Romeo. Ternyata di dalam ruangan, Raven juga berada disana duduk di atas sofa berkutat dengan laptopnya. "Hay...sayang!" sapa Romeo yang menghampiri Ruster dan mengecup bibirnya sekilas. "Aku membawakan bekal makan siang untukmu,” balas Ruster dengan senyuman manisnya. "Seharusnya kau tidak perlu melakukannya, Sayang. Aku tidak ingin kamu kelelahan,” balas Romeo dengan nada perhatiannya dan membimbing Ruster untuk duduk di sofa yang dekat dengan Raven. Sedangkan Raven, entah kenapa ia mendengar perkataan Romeo terkesan menjijikkan. Bahkan asam lambungnya naik seketika. "Aku senang melakukannya, lagi pula seharian di rumah membuatku bosan!" jelas Ruster yang membuat Raven semakin menjalankan ide jahatnya di dalam otak. Romeo meletakkan rantang makanan di atas mejanya. Kemudian, ia meliri
Read more
23.
“Duduk di pangkuanku, Honey?” perintah Raven yang menarik pergelangan tangan Ruster dan membawanya dengan cukup mudah ke atas pangkuannya. Kedua tangannya yang gagah melingkar di pinggang Ruster. Aroma vanila di tubuh Ruster tercium begitu manis di hidung Raven. “Lepasin, aku istri adikmu..” ucap Ruster yang di landa rasa gugup dan takut. Karena posisi tubuhnya saat ini dan keringat dingin mulai meluncur melewati kening hingga pipinya. “Aku ingin bermain denganmu, Ruster.” Dalam seketika tubuh Ruster membeku. Aroma dan nafas Raven menyapu lembut sebagian wajahnya yang telah di selimuti keringat dingin. Hidung Raven menyentuh hidung Ruster. Satu gerakkan maju saja. Bibir mereka  akan menyatu. Namun Ruster tidak mau melakukannya. Karena Raven adalah iparnya, walaupun wajahnya mirip dengan suaminya. “Jangan, tolong lepaskan aku. Atau aku akan berteriak?” ancam Ruster dengan menggunakan cara terakhir. Ancaman Ruster di tangkapi dengan terkeke
Read more
24.
Raven mengakui, selain ia membenci Ruster. Ia juga sangat menyukai tubuh Ruster dan aroma tubuhnya yang khas dan memabukkan. Yang tidak terdapat pada wanita manapun yang pernah ia jamah.  "Raven, tolong hentikan. Aku tidak bisa melakukannya," lirih Ruster dengan bibir bergetar gugup. Raven mengabaikan permintaan Ruster dan dengan berani bermain di kedua bukit kembar yang sekal. "Ven, jangan!" pinta Ruster memohon, saat salah satu tangan Raven. Menarik sleting dressnya hingga dan melepaskan kaitan branya. "Diam, jika tidak mau ku aduhkan ke Romeo. Bahwa kau mulai mengodaku," perintah Raven dengan ancamannya, yang mengulum salah satu buah kembar dan satu tangan meremas buah kembar serta menarik unjungnya dengan kasar. "Ah.. sakit..  " lirih Ruster kesakitan. Ketika puncak dada di gigit  dan di hisap oleh Raven dengan keras. "Buka kakimu lebih lebar, Honey!" perintah Raven yang sudah menaikkan dress yang di kenakan oleh Rus
Read more
25.
“Liat, celah intimu sangat menginginkan cairan milikku?” ucap Raven yang mulai mengelantur. Kemudian ia membalikkan tubuh Ruster yang lemas. Di bukanya ikatan di tangan dan sumpalan di mulut. “Kau jahat, aku ini adik iparmu. Kenapa melakukan hal seperti ini padaku?” ucap Ruster lirih dengan tatapan tajamnya. Raven hanya tersenyum penuh dengan aura jahat. “Orang yang akan ku tunjukkan mahakarya ini adalah Romoe dan aku pastikan kau akan di buang olehnya,” ancam Raven sebelum menghilang dari balik pintu kamar. Ruster kembali terisak sangat kencang hingga tidak sadarkan diri dan tidak menyadari kedatangan Raven kembali yang menikmati tubuhnya kembali. Di perusahan, Romoe yang tidak menemukan kembarannya. Ia memilih pulang ke rumah, karena perasaanya mengatakan Raven ada di dalam rumah dengan rencana jahatnya dan apa yang ia rasakan menjadi kenyataan. Saat melihat Raven di balik celah pintu, melihat Raven memperkosa istrinya kesekian kalinya. Istr
Read more
26.
Ha ha  ha ha.. Tawa keduanya yang terkapar di atas ranjang mengema di dalam ruangan dengan kedua tubuh mereka tergeletak di atas ranjang ukuran besar. “Aku benci warna hitam, aku ingin kau mengubah warna kamar ini!" protes Romeo yang melihat ke arah Raven yang berwajah memar. “Kenapa? Menurutku menarik dengan warna ini?” balas Raven yang melihat ke arah Romeo yang berwajah memar. Yang sama-sama tidak kalah dengannya. “Jika kamarmu seperti ini, bagaimana kau bisa menyelesaikan tugas kali ini. yang ada kau semakin menundahnya dan ia semakin akan lama di sini. dengan begitu, kita berdua akan semakin berubah dengan kehadirannya,” jelas Romeo yang membuat Raven tercengang. Ia melupakan hal itu dari rencana awal mereka berdua. “Aku lupa,” ucap Raven dengan menepuk jidatnya. “Tuhkan, kau saja bisa ceroboh. Apa lagi aku,” balas Romeo yang berdiri dari atas ranjang, kemudian berjalan ke arah pintu kamar. “Kau mau kemana?” tanya Rav
Read more
27.
Sekian lama, Raven yang menatapi tubuh Ruster. ia mulai kembali tersenyum lebih jahat. “Kau sangat cantik, Honey!” puji Raven dengan nafsu di matanya yang biru laut. Matanya kemudian jatuh turun di dada Ruster yang terlihat menggoda. yang meminta untuk di jamah. Tanpa basa basi, Raven mulai merasang dada Ruster. Ia mengulum dan menciumi puncaknya dengan kuat. Sementara dada Ruster yang lain, ikut di remas kuat oleh tangan Raven. “Ahhhh... janganghhhhh...” desah Ruster di sela-sela tidurnya yang masih terjaga. Rangsangan Raven kini semakin meluas. Sembari membuka kedua paha Ruster. Tangan Raven mulai bergerak aktif menuju ke bibir inti Ruster. Raven mengelus dan bermain semakin liar dengan dua jari tangan menerobos rapat inti Ruster. “Ahhh...” Ruster bereaksi dalam setiap sentuhan Raven. Tubuhnya menggeliat dengan desahan kecil yang lolos dari bibir seksinya. “Aku tahu, bahwa kau telah menikmatinya, Honey,” ucap Raven de
Read more
28. KELELAHAN
Raven mulai meneliti tempat dirinya berada saat ini dan,ia baru sadar. Kalau ini bukan kamarnya, karena ia tidak mungkin memiliki kamar dengan nuasa putih semua. Warna kamarnya saja belum ia ganti sama sekali. Setelah berpikir cukup lama, Raven merasa tidak menemukan jawabannya. Karena kepalanya cukup sakit hari ini. ia pun malas untuk melanjutkan untuk berpikir lagi. Kemudian kedua matanya melirik tubuhnya. Raven melihat tubuhnya yang tidak memakai sehelai benangpun untuk menutupi tubuhnya dan kemungkinan barusan itu bukan mimpi. Senyuman jahatnya semakin lebar, ia melangkahkan kakinya untuk turun dari atas ranjang. Berharap menemukan pakaian yang bisa di kenakan olehnya dan kembali melecehkan Ruster untuk kesekian kalinya. Tetiba suara pintu terbuka dan mengalihkan perhatiannya. Hingga langkah kaki Raven terhenti dan segera menoleh ke arah sumber suara. Raven melihat Ruster yang keluar dari kamar mandi dengan penampilan kacau. “Kau..
Read more
29. SINTING
Raven kembali membuka kedua kaki Ruster, lalu menganjal bokong Ruster agar cairan yang ia tembakan barusan tidak keluar semuanya. Setelah selesai, Raven mengocok wine beralkohol tinggi dan meminumnya sedikit. Lalu segera menuangkan wine tersebut di dalam liang inti Ruster. Tentu dengan jarinya yang ikutan masuk ke dalam untuk membuka akses masuk cairan wine itu. Ruster terkejut, karena rasa dingin di liangnya. Tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Kedua kakinya di paksa kuat dengan di cengkram oleh Raven. Agar tetap terbuka sempurna di tambah dengan tubuhnya yang begitu lelah untuk melawan Raven yang semakin gila. “Hentikan..” rintih Ruster memohon. “Akan ku hentikan, asal kau mengaku siapa yang menyuruhmu dan di bayar berapa?” tanya Raven dengan suara seraknya. “Tidak tau apa maksudmu,”balas Ruster jujur. “Keras kepala sekali, wanita ini!” batin Raven “Baiklah, jika itu maumu. Maka silahkan menikmati ke indahan ini dan in
Read more
30. CEMAS
Raven kembali memasukkan kembali rudalnya yang masih kokoh dengan urat kemarahan yang menghiasi badan rudalnya. yang seperti emosinya kali ini yang menguasai tubuhnya. Ruster memejamkan kedua matanya, ia mendesah berkali-kali karena ulah Raven yang terus menyiksanya tiada henti dengan gerakkan memancing gairahnya yang semakin naik. “Ahh... Ven...” desah Ruster lirih Raven seperti biasa, ia menulikan telinganya. Dengan mengubah posisi tubuh Ruster yang semula bertumpu pada kepala ranjang. Kini menarik pinggang Ruster semakin mendekatinya dan membiarkan Ruster menunging di tengah ranjang. Yang merupakan pemandangan yang indah bagi Raven. Raven kembali menghentakkan rudalnya ke inti Ruster untuk memulai ronde selanjutnya untuk mengejar kenikmatan yang sebentar lagi akan datang. Hingga akhirnya, Raven semakin mempercepat gerakan pinggangnya dengan mencengkeram pinggul Ruster semakin erat untuk tetap dalam posisi tersebut. Hentakan demi hentakkan c
Read more
PREV
123456
...
25
DMCA.com Protection Status