Semua Bab Hoffen: Bab 11 - Bab 20
99 Bab
Masalah Baru
Berbeda dengan Trisha, dia justru senang mendapat perlakuan Sev yang mengejutkan seperti itu, karena semua ini bisa dijadikan bahan komiknya nanti. Trisha tersenyum lebar dan mengeluarkan ponselnya untuk menulis outline.Saat sedang asyik menggambar sketsa kasarnya di ponsel, dia terlonjak kaget saat Sev yang tiba-tiba keluar dari ruangannya. Dengan cepat dia menyembunyikan ponselnya ke belakang.“Lo ngapain masih di sini?”“Nunggu lo, apa lagi? Gue asisten lo, jadi gue harus jalan di—“ Belum Trisha menyelesaikan perkataannya, Sev langsung berjalan lebih dulu meninggalkan Trisha.Wanita itu menghela napas panjang saat lelaki itu berlalu begitu saja tanpa menunggunya selesai menjawab, untung saja Trisha sudah mencari cara agar dia tetap bisa menjaga emosinya. Trisha mengambil permen dari kantungnya, lalu membuka bungkus dan memasukkan ke dalam mulut. Dengan adanya permen, dia bisa mengontrol rasa marahnya.***Sesampainya di tempat pemotretan, mobi
Baca selengkapnya
Menyebalkan!
“Lo kenapa diem aja? Cepat beli kopi buat atasan lo! Beliin gue juga!” ucap wanita itu beralih pada Trisha.Trisha hanya bisa mengangguk dengan senyuman paksa, dia sudah menggerutu dari dalam hatinya. Rasanya ingin cepat-cepat mengakhiri semua ini, namun semua itu sangat mustahil. Ini baru hari pertamanya, tapi kenapa terasa sangat melelahkan?Bukan lelah fisik, melainkan batin. Dia benar-benar lelah menahan diri untuk tetap tersenyum saat ingin marah.Tak lama Trisha pergi, Sev yang masih dirangkul itu sudah tidak tahan pada wanita ini. Lelaki itu tidak bisa marah pada wanita yang satu ini karena dia termasuk seniornya.“Lepas, Zihan,” ucap Sev pada wanita yang merangkulnya.“Lo enggak kangen sama gue, Sev? Padahal gue baru aja pulang dari Singapura dan ikut pemotretan ini demi ketemu lo,” ujar wanita itu melepas rangkulannya dengan memasang wajah sedihnya melihat ke arah Sev.Zihan Rauhel, aktris senior
Baca selengkapnya
Membenci Mangaka?!
“Ji, tanya atasan lo, dia mau yang dingin atau panas, pahit atau manis. Kalau perlu kasih dia air comberan!” ucap Sev pada asisten Zihan dengan meletakan gelas kopi itu di meja dengan kasar, bahkan kopi itu sedikit tumpah.Sev langsung membalikkan tubuhnya dan hendak pergi, namun tangan Zihan menahan lengan lelaki itu.“Sev,” panggilnya dari belakang. Sev diam, dia tidak menjawab panggilan Zihan.“Lo kenapa bela dia? Bukannya tadi lo bentak-bentak dia?” tanya Zihan menunjuk ke arah Trisha.Sev menghela napas, dia menyingkirkan tangan Zihan dari lengannya, lalu membalikkan tubuhnya dengan senyuman paksa. “Trisha itu asisten gue, dia enggak ada kewajiban buat membeli dan mengganti kopi lo. Yang berhak menyuruh dan membentak dia itu gue, bukan lo! Ngerti?”Zihan yang mendengar itu langsung mendengus dan kembali duduk di kursinya, sedangkan Trisha yang dibela oleh Sev pun merasa sedikit senang. Dia tersen
Baca selengkapnya
Kesuraman
Lima menit berlalu, bus yang ditunggu Trisha pun datang. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan dua langkah untuk menunggu orang yang keluar dari bus itu. Setelah tidak ada yang keluar dari bus itu lagi, Trisha langsung masuk ke dalam dan duduk di kursi yang kosong. Kepalanya menyandar dengan mata menatap keluar jendela.Entah kenapa dia sangat menyukai langit senja.Tak membutuhkan waktu lama, bus yang dinaiki Trisha sampai di halte depan studio. Saat dia keluar dari bus, wanita itu tersenyum ketika melihat Vanda yang sudah menunggu kedatangannya.Vanda beranjak dari duduknya dan tersenyum pada Trisha. “Gimana? Lancar? Apa hari lo menjadi menyenangkan? Lebih berwarna? Kepala lo udah enggak mikir adegan membunuh atau berantem, kan?” tanya Vanda dengan rentetan pertanyaannya.Bukannya mendapatkan jawaban, wanita itu justru mendapat pukulan pelan di lengannya. Trisha langsung berjalan keluar dari halte dan masuk ke studio meninggalkan Vanda yang terus memanggi
Baca selengkapnya
Cemas
Sedangkan gadis yang dilihat oleh Sev tidak menyadari tatapan Sev, dia masih asyik mengelus kepala kucing itu. Dia mulai menggambar dengan iPad, dan memakan satu suapan mi instannya. Dengan mata yang sesekali menatap langit malam. dia mulai masuk ke imajinasinya. Tangannya bergerak dengan lihai menggambar di layar iPad dengan bantuan pen yang dia pegang.Pergerakan tangannya terhenti ketika mendengar ponselnya yang berdering, dengan cepat dia mengambil ponselnya. Matanya sedikit terbelalak saat melihat nama sang mama terpampang di layar ponsel. Trisha berdeham dengan menghela napas panjang. Lalu, mengusap tombol hijau ke atas.“Halo, Ma. Kenapa?” tanya Trisha saat menempelkan ponsel ke telinga.“Halo, kamu lagi di mana? Udah sampai rumah? Udah makan? Makan apa kamu hari ini,” tanya sang mama dari seberang telpon.Trisha tersenyum tipis saat mendengar pertanyaan sang mama, dia sudah tau kalau mamanya akan bertanya seperti ini. &ldqu
Baca selengkapnya
Mabuk
Pesan terakhir yang Zhui kirim membuat Trisha langsung bergegas keluar rumah, dan berlari. Dia celingukan mencari taksi, karena sudah larut, tidak mungkin ada bus yang datang. Satu-satunya harapan adalah taksi. Jarak yang dikirim Zhui pun lumayan jauh, jadi tidak mungkin dia berlari ke sana. Dia sangat cemas, karena Zhui juga tidak bisa menolong Sev. Sedari tadi dia terus berdoa dalam hati agar menemukan taksi. Trisha tersenyum saat melihat taksi dari kejauhan yang melaju ke arahnya. Dia melambaikan tangannya guna memanggil taksi itu. Dua lampu jauh pada taksi itu berkedip, menandakan kalau dia akan segera datang. Setelah taksi berhenti di hadapan Trisha, dengan cepat wanita itu masuk ke dalam. Dia memberikan ponsel itu pada sang sopir untuk menunjukan alamat yang di kirim oleh Zhui. “Malam-malam ke bar, Mbak? Enggak takut? Mbaknya bukan—““Bukan, Pak. Saya mau jemput …”“Pacar ya, Mbak? Anak muda jaman sekarang, tuh, pasti
Baca selengkapnya
Terlalu Takut
Lin memasukkan Sev ke dalam mobil dengan perlahan dibantu oleh Trisha, lalu pria itu menatap Trisha dengan tatapan tak enak. Karena ini sudah malam, dia takut kalau terjadi apa-apa dengannya.“Ada apa?” tanya Trisha.Lin menggeleng. “Kau yakin tidak mau saya antar ke rumah?” tanyanya memastikan lagi.“Iy—maaf, saya angkat telpon dulu,” ujar Trisha seraya mengambil ponselnya yang ada di saku.Satu panggilan masuk dari Vanda membuat dia langsung mengangkat telepon itu. “Halo, Van. Lo di mana?”“Gue ada di dekat bar, lo di mana? Gue susul.”Bibir Trisha perlahan membentuk senyuman mendengar ucapan Vanda, dia merasa beruntung mempunyai teman yang selalu ada di saat seperti ini.“Halo! Lo di mana, Sha! Jangan bikin gue panik dong!”“Gue di … depan bar, dekat tiang.”“Oke, gue tutup, ya!” ujar Vanda yang langsung memati
Baca selengkapnya
Menjemput
"Gue mau izin Zhui dulu, lo istirahat--" Ucapannya terhenti saat Trisha menggelengkan kepalanya cepat. "Kenapa?" tanya Vanda yang tidak mengerti maksudnya."Lo tau Sev, kan? Bisa dipecat gue kalau hari ini izin. Sekarang jam berapa?" tanya Trisha celingukan mencari jam dinding. Matanya terbelalak ketika melihat jam yang menunjukan pukul tujuh pagi. Dia teringat pada ucapan Sev yang akan memecatnya kalau ia terlambat."Lo kenapa, sih?""Van, panggil perawat. Kita harus pulang!" ujar Trisha dengan nada cemas.Vanda mengangguk dan langsung pergi memanggil perawat. Sedangkan Trisha, dia meraih ponselnya untuk mengecek apakah lelaki itu mengirimkan pesan. Namun, seketika dia teringat kalau lelaki itu tak mungkin menyimpan nomornya. Secara dia aktor, mana mungkin menyimpan nomor telepon sembarangan.Saat hendak meletakan kembali ke atas nakas, satu pesan masuk membuatnya mengurungkan niatnya, lalu kembali melihat ke layar ponselnya. Trisha menautkan kedu
Baca selengkapnya
Mulai Penasaran
Trisha langsung masuk ke mobil, dia duduk di samping Sev karena kursi paling belakang sudah penuh dengan barang.Mobil itu pun melaju meninggalkan rumah sakit, dan bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya. Trisha mendadak canggung dengan Sev, karena mengingat kejadian tadi malam di bar. Meskipun tidak berbuat apa-apa, tapi entah kenapa jantung wanita gemuk itu berdegup kencang saat duduk sebelahan dengan Sev.“Sha, kita langsung menuju lokasi syuting. Itu udah gue bawakan minuman dan camilan untuk Sev,” ujar Zhui memecahkan keheningan.Trisha mengangguk paham. “Baik, Kak. Terima kasih, maaf merepotkan,” ucap Trisha yang merasa tidak enak. Padahal seharusnya semua ini menjadi tugasnya, bukan Zhui.“Sama sekali tidak merepotkan. Justru gue mau berterima kasih sama lo, karena tadi malam lo udah datang tepat waktu. Sev ini tidak kuat minum, tapi selalu saja pergi ke bar. Apa tadi malam dia bikin repot?” tanya Zhui s
Baca selengkapnya
Hanya Orang Buta Yang Menyukainya!
Yang masih menjadi pertanyaan di pikiran Trisha adalah, kenapa dia membenci komik dan mangaka? Apakah dulu dia pernah dikhianati oleh mangaka? Benar-benar membuatnya penasaran.“Jangan sering-sering natap gue! Nanti lo suka lagi sama gue!” ketusnya seraya berjalan meninggalkan Trisha yang baru saja tersadar dari lamunannya. Dia berdecak kesal, lalu menoleh dan menatap punggung Sev yang sudah jauh itu.Menyukai Sev? Hanya orang buta yang menyukai Sev. Menjadi asistennya saja sudah menjadi hari tersialnya, apalagi pacaran? Bisa mati di tempat wanita gemuk itu.“Jangan ditatap terus, nanti suka lagi!” Ucapan seseorang dari belakang membuat Trisha terlonjak kaget dan langsung membalikkan tubuhnya. Spontan tangannya itu memukul pelan lengan Vanda yang baru saja datang.“Bikin kaget lo! Cepet banget perasaan?”Vanda terkekeh pelan ketika mendengar suara omelan dari Trisha, dia meletakkan tasnya di meja, lalu duduk deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status